BAGIKAN
youtube

Sebuah penelitian terbaru merinci bagaimana kucing liar tertangkap kamera menyelinap melewati pagar untuk mengunyah mayat manusia di sebuah fasilitas penelitian.

Stasiun Penelitian Investigasi Forensik (FIRS) di Universitas Colorado Mesa adalah sebuah fasillitas yang berfokus pada penelitian, pendidikan, dan layanan mengenai dekomposisi sisa-sisa manusia.

Beberapa mayat memang sengaja disumbangkan kepada lembaga ini untuk tujuan penelitian ilmiah. Sehingga para ilmuwan dan mahasiswa dapat mendokumentasikan apa yang terjadi, dan temuan mereka membantu dalam penegakan hukum, pemeriksaan mayat dan medis yang menentukan “apa yang terjadi secara alami pada mayat dan apa yang tidak alami,” kata Melissa Connor, seorang profesor antropologi forensik

Di tempat penelitian itu, mayat-mayat akan dibiarkan terbaring di tempat terbuka sebagai laboratorium luar ruangan. Meskipun ditutup oleh pagar yang mencukupi, berbagai hewan masih sempat menerobos mengunjungi tempat ini. Namun, hanya kucing liar yang menunjukkan minatnya pada mayat manusia.



Tempat ini berada jauh dari pemukiman penduduk, sehingga bisa dipastikan jika kucing yang telah berkunjung adalah dari jenis kucing liar yang tak terpelihara. Kedua kucing teridentifikasi sebagai kucing hitam dan kucing bercorak belang.

Dalam sebuah makalah yang baru-baru ini muncul, para peneliti menggambarkan dua mayat manusia yang berbeda yang dikonsumsi oleh dua kucing yang berbeda pula. Kedua kucing menunjukkan selera makannya yang cenderung pada jaringan lengan.

Meskipun tidak pernah terdengar, karena perilaku seperti itu pada kucing jarang didokumentasikan. Jikapun ada, sebagian besar tampaknya terjadi pada kucing peliharaan yang terkunci di dalam rumah saat pemiliknya meninggal. Tetapi mengamatinya di alam liar, bisa membantu memahami peran kucing secara keseluruhan dari profilnya sebagai pemakan bangkai dan untuk membantu analisis forensik.

Seperti yang dikatakan oleh para peneliti di makalah mereka : “Karena prevalensi kucing liar di Amerika Serikat dan seluruh dunia, memahami pola dan perilaku pemungut ini dapat membantu membedakan antara kerusakan jaringan perimortem dan postmortem”

Berdasarkan rekaman kamera yang telah berhasil meliput kegiatannya, kedua kucing selalu memakan daging dari mayat yang sama yang telah dipilihnya. Meskipun terdapat lebih dari 40 jenazah lainnya yang berdekatan tak berdaya jika kucing-kucing itu berselera.

“Teori utamanya adalah kucing, sepertinya pemakan yang pilih-pilih. Begitu mereka menemukan makanan yang mereka sukai, mereka akan bertahan dengan itu,” kata Garcia, penulis utama makalah yang diterbitkan dalam Journal of Forensic Sciences.




Foto-foto, serta tanda cakar yang ditinggalkan kucing, secara ilmiah berharga karena kegiatan semacam ini jarang didokumentasikan.

Kucing pertama, mulai mengunjungi mayat seorang wanita berusia 79 tahun. Meskipun sebagian besar kucing saat menikmati daging wanita itu sedikit di luar jangkauan kamera, kerusakan pada mayat mengindikasikan bahwa ia telah memfokuskan perhatiannya pada jaringan lunak di lengan dan dada sebelah kiri.

Kucing ini selalu kembali hampir setiap malam selama 35 malam secara berturut-turut menghampiri jenazah dan memakan dagingnya.

Kucing kedua, yang hitam, mengunjungi tubuh seorang pria berusia 70 tahun yang diotopsi. Ia mengunyah irisan autopsi di bahu kiri, memakan jaringan lunak lengan kiri, bahu, dan perut.

Kucing itu kembali selama 10 dari 16 malam, menghilang sekitar sebulan, dan kemudian kembali menghampiri mayat dua malam berturut-turut. Ia juga tidak menunjukkan minatnya pada mayat lain di dekatnya.

Keduanya mulai makan ketika mayat berada pada tahap awal pembusukan dan berakhir pada awal “dekomposisi lembap,” di mana ketika cairan mulai keluar dari dalam tubuh mayat. Keduanya makan sampai ke tulang.

“Dalam kedua kasus yang dilaporkan di sini, kucing liar menargetkan area di mana kulit sebelumnya telah ditembus,” tulis para peneliti.