BAGIKAN
(Wikimedia)

Sebuah video menayangkan sebuah cuplikan yang mengejutkan di mana seekor paus sperma kerdil (Kogia sima) melepaskan cairan seperti tinta ketika mencoba melarikan diri dari seekor anjing laut yang agresif. Peristiwa ini terjadi di perairan dangkal yang jernih di Cape Town, Afrika Selatan.

Paus itu mengeluarkan cairan berwarna coklat kemerahan dari ususnya, saat sang predator berusaha mendekat

Saat paus itu berlari menjauh dari predator yang mendekat dan menuju ke pantai, bangunnya tiba-tiba menjadi mendung dengan bahan coklat kemerahan langsung dari ususnya.

“Perilaku ‘tinta’ ini telah didokumentasikan sebelumnya,” Karlina Merkens mengatakan kepada ScienceAlert, “tetapi itu sangat jarang diamati, dan mungkin tidak pernah terlihat dan tercatat di dalam perairan dangkal seperti ini sebelumnya.”

Paus sperma kerdil adalah makhluk pemalu yang biasanya menghuni laut dalam. Mereka menghabiskan sedikit waktu di permukaan air dan hampir tidak pernah mendekati kapal.

Sehingga, sangat sedikit data-data yang telah dikumpulkan mengenai paus ini. Tetapi tidak seperti kebanyakan paus lainnya, makhluk seukuran lumba-lumba ini diketahui menggunakan ‘taktik mirip cumi-cumi’ ketika mencoba menyelamatkan diri dari para pemangsanya.

Jika paus sperma kerdil merasa terancam, mereka sebenarnya bisa melepaskan lebih dari 11 liter cairan gelap, berwarna coklat kemerahan dari sebuah kantung yang terdapat di ususnya. Dengan demikian perilaku ini dapat memberikan kesempatan kepada mereka dalam pelariannya.

Sayangnya, peristiwa baru-baru ini di Afrika Selatan tidak banyak menolongnya. Laporan berita lokal mengklaim bahwa paus sperma dalam keadaan lemah dan terluka parah ketika pihak berwenang berkunjung, dan memutuskan untuk membiusnya.

Beberapa orang telah berteori bahwa paus menjadi tertekan dan bingung karena air dangkal menghentikan ekolokasi kerjanya. Tetapi Merkens, yang bekerja untuk NOAA mengatakan kepada ScienceAlert bahwa menurutnya hal tersebut sangat tidak mungkin.

Ia berpendapat, bahwa gema yang keluar dari benda-benda di pelabuhan mungkin membingungkan bagi hewan itu karena kemungkinan besar hewan itu tidak pernah menemui permukaan padat yang besar sebelumnya.

“Ditambah ‘kebisingan’ lingkungan saat diserang oleh hewan agresif dengan ukuran yang kira-kira sama dan juga memungkinkan kepayahannya yang menyebabkan berada di perairan dangkal, dan sangat masuk akal untuk berasumsi bahwa hewan ini sangat sangat tertekan dan kebingungan bahwa itu sebenarnya tidak dapat menavigasinya dengan aman dalam keadaan seperti itu,” kata Merkens.

“Itu adalah situasi yang sangat menyedihkan tetapi paus itu jelas telah mencapai tujuannya dan meskipun tidak ada yang mengharapkan berakhir seperti ini, sayangnya itu adalah hal yang paling baik untuk dilakukannya,” katanya kepa Sapeople.