Lubang hitam terbesar yang telah teramati hingga saat ini adalah yang dimiliki oleh kuasar TON 618. Lubang hitam ini, 66 miliar kali massa matahari. Namun, para astronom mungkin telah menemukan lubang hitam yang lebih besar lagi. Dengan ukuran 100 miliar kali massa matahari, atau bahkan lebih.
Dikenal sebagai Stupendously Large Black Holes (SLAB), lubang hitam yang teramat besar ini dapat menjelaskan sebagian besar sifat dari materi gelap yang misterius. Di mana telah menyusun 80 persen materi di alam semesta, kata para peneliti.
Di pusat galaksi Bima Sakti kita, telah terbukti keberadaan sebuah lubang hitam supermasif Sagitarius A *, yang berukuran sekitar 4,5 juta massa matahari. Lubang hitam supermasif bertambah besar ukurannya dengan menelan berbagai materi seperti bintang dan gas di sekitarnya. Ada juga yang terbentuk dari penyatuan dua buah lubang hitam. Namun, lubang hitam seperti ini memilki batasan terkait ukurannya. Paling besar lebih dari 10 miliar kali massa matahari.
Para peneliti mengusulkan bahwa lubang hitam supermasif bisa melewati batasan tersebut. Menjadi SLAB, yang bisa terbentuk di awal semesta dan jauh sebelum berbagai galaksi ada. Lubang hitam primordial seperti ini tidak berasal dari sebuah bintang yang runtuh. Sehingga dapat memiliki kisaran massa yang sangat luas, dari yang terkecil hingga terbesar.
Sampai saat ini belum terbukti keberadaan SLAB. Dan jika memang ada, kemungkinannya berada di luar sebuah galaksi. Mungkin berada di ruang antar galaksi, kata pemimpin penelitian Bernard Carr dari Queen Mary, University of London.
“Namun, yang mengejutkan, gagasan SLAB sebagian besar telah diabaikan sampai sekarang.” katanya.
Alam semesta sebagian besar terbentuk dari materi gelap. Meskipun kita tidak dapat melihatnya, namun terdeteksi karena efek gravitasinya pada materi yang terlihat. Seperti bintang dan galaksi. Bagaimanapun materi gelap masih menjadi sebuah misteri sampai saat ini. Entah terbuat dari apa dan dari mana kemunculannya.
Lubang hitam primordial adalah salah satu kandidat yang memungkinkan. Gagasan keberadaannya dapat ditelusuri kembali ke tahun 1970-an. Ketika Carr dan Stephen Hawking menyarankan bahwa pada saat-saat awal alam semesta, fluktuasi kepadatannya dapat mengakibatkan beberapa area runtuh menjadi berbagai lubang hitam – primordial.
“Terdapat banyak minat terkait apakah lubang hitam primordial bermassa ringan dapat menghadirkan materi gelap,” kata rekan penulis studi Luca Visinelli, astrofisikawan partikel di Universitas Amsterdam, kepada Space.com
“SLAB sendiri tidak dapat menghadirkan materi gelap,” kata Carr, “tetapi jika SLAB memang ada, itu akan memiliki implikasi penting bagi alam semesta awal dan akan membuat masuk akal bahwa lubang hitam primordial yang lebih ringan (bermassa rendah) mungkin melakukannya.”