BAGIKAN
Prototipe masker dalam proses desinfeksi dengan sinar UV (horvath et al., Advanced Functional Materials, 2020)

Kita semua telah memahami dengan baik manfaat dari pemakaian masker wajah selama pandemi ini, yaitu untuk membantu memperlambat penyebaran COVID-19. Saat ini, para ilmuwan hingga masih mencari jenis material yang lebih baik sebagai bahan pembuat masker wajah. Dan nampaknya, penemuan jenis material ‘kertas’ yang terbuat dari titanium oksida dalam struktur nano cukup menjanjikan.

Material baru ini memiliki kemampuan yang sangat baik untuk menangkap patogen. Kemampuan dari material yang mampu memusnahkan patogen dengan bantuan sinar ultraviolet menambah keunggulannya sebagai material anti bakterial dan anti-viral, membuatnya lebih efektif dalam membunuh kuman, selain itu, material ini dapat digunakan kembali.

“Filter yang kami kembangkan ini mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam menyerap air, dapat menahan droplet yang membawa virus dan bakteri,” kata fisikawan László Forró, dari Laboratory of Physics of Complex Matter di EPFL di Swiss.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam Advanced Functional Materials.

Sifat fotokatalis dari titanium oksida adalah kunci dari semua ini. Ketika sinar ultraviolet mengenai masker tersebut, serat-seratnya akan merubah air yang tertahan pada struktur nano menjadi senyawa oksida (termasuk senyawa hidrogen peroksida), yang kemudian akan membunuh pathogen.

Dalam eksperimen pada material ini, tim peneliti menunjukkan bagaimana material ini dapat membunuh bakteri Escherichia coli dan memutuskan untaian DNA, dan yang paling penting adalah membunuh mikroorganisme berbahaya yang berasal dari masker itu sendiri.

Pada masker standar yang telah ada sebelumnya, yang biasanya terbuat dari lapisan-lapisan serat mikro non-woven polipropilena plastik, yang juga efektif dalam menghentikan penyebaran penyakit-penyakit saluran pernafasan, tetapi material masker ini hanya mampu menyaring patogen, tetapi tidak bisa membunuhnya.

“Pada rumah sakit, masker jenis ini akan ditempatkan di tempat pembuangan khusus untuk kemudian limbahnya akan diolah dengan hati-hati,” kata Forró. Tetapi ketika digunakan diluar area rumahsakit, masker ini hanya akan dibuang di tempat sampah biasa, bercampur dengan sampah-sampah lainnya, atau bahkan dibuang begitu saja di jalan, tentunya akan menjadi sumber kontaminasi baru.”

Material baru ini masih akan menjalani pengujian untuk virus SARS-CoV-2, tetapi para peneliti sangat yakin bahwa masker struktur nano ini dapat diandalkan dalam melawan pandemi global ini, berdasarkan apa yang mereka telah lihat pada E.coli dan untaian DNA.

Dua orang peneliti yang terlibat diketahui memiliki perusahaan startup bernama Swoxid, yang nantinya akan menjadi perusahaan yang memperkenalkan penemuan terbaru ini pada dunia dan akan mengembangkan material ini sebagai sebuah produk komersial. Pastinya akan ada banyak rintangan yang harus dihadapi sebelum penemuan baru ini masuk ke pasaran, tetapi tim peneliti sangat optimis akan prospek mereka.

“Saat ini, dengan teknologi yang kami tawarkan, yang secara eksklusif masih dalam proses di laboratorium, akan menghasilkan kapasitas produksi filter hingga 100-200 m2 per minggu. Kapasitas ini cukup untuk membuat 40.000 – 80.000 masker yang dapat digunakan kembali setiap bulan.” kata para peneliti dalam laporan penelitian mereka.

Dengan semakin berkembanganya material pembuat masker saat ini, para peneliti kini semakin mengerti masker seperti apa yang paling efektif untuk menahan droplet viral, dan dengan kondisi pandemi COVID-19 yang masih berlangsung hingga saat ini, sebuah masker yang yang secara aktif dapat membunuh virus tentunya sangat dibutuhkan, jika para peneliti nantinya berhasil mengembangkan dan memproduksinya.