Tidak semua hewan bisa dijinakkan. Misalnya hiu putih. Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk dapat menjinakkan hiu putih (great white), telah mendatangkan kesia-siaan. Sebagian besar hiu yang telah ditangkap biasanya akan mati dalam beberapa hari, kadang hanya beberapa jam saja. Ini yang menyebabkan mengapa manusia kesulitan dalam menjinakkannya. Mereka benar-benar tidak suka ditangkap. Pernah ditemukan bagaimana hiu putih membentur-benturkan kepalanya pada kaca akuarium sampai mati.
Menurut ahli fisiologi dan geografi evolusioner Jared Diamond, dalam bukunya yang berjudul “Guns, Germs and Steel”, setidaknya ada enam kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu hewan agar dapat didomestikasi, dijinakkan atau dijadikan sebagai hewan ternak.
Pertama, sumber makanan dari hewan peliharaan mudah didapat. Hewan tersebut tidak pilih-pilih soal makanan mana yang dapat membangkitkan seleranya. Mereka juga harus memilki kemampuan untuk mendapatkan cukup makanan di dalam dan sekitar pemukiman manusia untuk bertahan hidup.
Kedua, laju pertumbuhan. Hanya hewan yang relatif cepat besar yang layak dipertimbangkan untuk dijadikan sebagai hewan ternak. Tentu saja akan menjadi sia-sia jika waktu dan tenaga yang dikeluarkan, tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan. Baik hewan itu untuk dipekerjakan, atau disembelih dan diambil dagingnya.
Ketiga, hewan peliharaan harus bersedia berkembang biak di dalam penangkaran. Hewan yang bersifat teritorial saat berkembang biak, seperti kijang, tidak dapat dipelihara di dalam kandang yang ramai. Begitupun dengan cheetah, tidak akan berkembang biak tanpa ritual perkawinan yang rumit dengan berlarian bersama hingga melintasi jarak yang cukup jauh. Hal itu tampaknya dibutuhkan agar betina cheetah berovulasi atau reseptif secara seksual.
Keempat, hewan peliharaan harus jinak secara alami. Sebagai contoh, sapi dan domba umumnya santai, tetapi kerbau Afrika dan bison Amerika sama-sama tidak dapat diprediksi dan sangat berbahaya bagi manusia, sehingga dua spesies yang pertama telah berhasil didomestikasi secara luas sedangkan pasangan yang terakhir tidak. Demikian pula zebra, meskipun berkerabat dekat dengan kuda, mereka jauh lebih agresif.
Kelima, hewan peliharaan tidak bisa memiliki kecenderungan kuat untuk panik dan lari ketika terkejut. Ini mengesampingkan sebagian besar spesies rusa dan kijang, yang memiliki temperamen tidak menentu dan lompatan kuat yang memungkinkan mereka melarikan diri melewati pagar tinggi. Domba, meskipun panik, juga memiliki naluri berkelompok, yang menyebabkan mereka tetap berdekatan saat gugup. Ini berarti mereka dapat digiring.
Terakhir, kecuali kucing, semua hewan peliharaan utama menyesuaikan diri dengan hierarki sosial yang didominasi oleh kepemimpinan yang kuat. Ini memungkinkan manusia untuk dengan mudah memodifikasi mereka sehingga mereka akan mengenali penggembala mereka sebagai pemimpinnya.
Hormon penyebab hewan menjadi jinak
Pada tahun 1959, seorang ilmuwan Rusia melakukan penelitiannya selama 20 tahun terhadap rubah perak yang dikenal sangat agresif dan belum pernah didomestikasikan. Setelah dihasilkan 10 keturunan, didapatkan sebagian rubah yang lebih bersahabat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa apa yang menyebabkan perubahan perilaku pada rubah-rubah perak adalah dikarenakan adanya perubahan hormon. Rubah yang lebih ramah menghasilkan lebih sedikit hormon stres, tetapi lebih banyak hormon kebahagiaan (serotonin) dan hormon cintanya (oksitosin). Namun, sayangnya saat itu sang peneliti tidak dapat untuk menguji hipotesisnya.
Di tahun 2018, setelah lebih dari 50 generasi dihaslkan, sebuah studi lain membandingkan ekspresi gen rubah perak jinak dan agresif. Hasilnya menjelaskan gen mana yang bertanggung jawab atas perilaku sosial. Tim tersebut secara khusus tertarik beberapa hormon yang dilepaskan: dopamin, serotonin, dan glutamin. Di mana pusat kesenangan di otak dipicu oleh hormon dopamin dan bisa mengubah perilaku hewan menjadi lebih jinak. Hewan jinak sepertinya selalu bahagia dan menggemaskan, menurut penelitinya.
Ada hal lain yang juga menarik dari temuan ini. Di mana saat suatu spesies didomestikasi, maka penampakan raut mukanya akan menuju pada usia yang lebih muda. Katakanlah, hewan-hewan yang tadinya liar akan cenderung menjadi imut setelah menjadi lebih jinak atau lebih ramah. Sesuatu yang telah dialami oleh anjing dari serigala. Begitupun dengan mamalia lautan. Lebih jauh, itu juga yang telah terjadi pada manusia.