Beton non pasir atau No fines concrete merupakan bentuk sederhana dari jenis beton ringan, yang dalam pembuatannya tidak menggunakan aggregat halus (pasir). Tidak adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan beton yang berpori sehingga beratnya berkurang. Beton non pasir juga dapat disebut sebagai permeconcrete atau pervious concrete yaitu beton yang dibentuk dari campuran semen, aggregate kasar, air dengan bahan tambahan atau admixture. Pervious concrete dibuat dengan menggunakan sedikit anggregat halus atau bahkan menghilangkan penggunaan aggregat.
Pada umumnya beton non pasir memiliki berat jenis yang rendah jika dibandingkan dengan beton normal. Berat jenis beton non pasir dipengaruhi oleh berat jenis dan gradasi aggregat penyusunnya. Berat jenis beton non pasir dengan aggregat lempung bekah ( pembakaran shale) berkisar 1,20 (Sumartono, 1993) . Berat jenis beton non pasir dengan menggunakan aggregat batu apung berkisar 1,60 (Sulistyowati, 2000).
Sedangkan kuat tekan beton non pasir dipengaruhi oleh :
1. Faktor air semen
2. Rasio volume aggregat dengan semen
3. Jenis aggregatnya
Kelebihan Beton Non Pasir
1.Merupakan beton yang ringan dengan kerapatan sekitar 25 sampai 30% kurang dari beton normal karena tidak ada agregat halus, sehingga berat struktur menjadi ringan.
2. Karena tidak memiliki pasir atau agregat halus, ia memiliki susut pengeringan yang lebih sedikit dibandingkan beton normal
3. Memiliki karakteristik isolasi termal yang lebih baik daripada beton normal dan karenanya berguna untuk konstruksi dinding luar.
4. Karena tidak memiliki agregat halus, luas permukaan yang dibutuhkan untuk pelapis semen berkurang. Jadi, jumlah semen yang dibutuhkan dikurangi per meter kubik dibandingkan dengan beton normal. Sehingga menjadi lebih ekonomis/
5. Sifat ringan dari beton tidak berpengaruh pada kualitas disebabkan pemisahan agregat kasar sehingga tidak memiliki agregat halus. Dengan demikian, bisa dijatuhkan dari ketinggian.
6. Dapat dipadatkan tanpa memerlukan jenis vibrator beton dan dapat dengan mudah dilakukan dengan cara menekuk dengan batang.
Keterbatasan Beton Non Pasir
1. Karena tidak ada agregat halus untuk mengisi kekosongan beton ini, ia memiliki permeabilitas tinggi dibandingkan beton biasa. Jadi, bukan ide bagus untuk membangun beton bertulang dengan beton non pasir, karena penguatnya akan mudah terkorosi.
2. Untuk membuat beton ini menjadi kedap air, tambahan lapisan plesteran batu diperlukan, sehingga meningkatkan biaya.
3. Beton non pasir tidak dapat diuji untuk kemampuan kerja dengan menggunakan uji normal untuk beton seperti uji kemerosotan atau pemadatan. Nilai kemampuan kerja dan metode pengujiannya tidak diketahui.
Proporsi Campuran Beton Non Pasir
Beton non pasir umumnya dibuat dengan perbandingan agregat / semen dari 6: 1 sampai 10: 1. Agregat yang digunakan biasanya berukuran melewati 20 mm dan dipertahankan pada 10 mm.
Berbeda dengan beton konvensional, dimana kekuatan terutama dikendalikan oleh rasio air / semen, kekuatan beton non pasir bergantung pada rasio air / semen, rasio semen agregat dan berat satuan beton.
Rasio air / semen untuk konsistensi yang memuaskan akan bervariasi antara kisaran sempit 0,38 dan 0,52. Rasio air / semen harus dipilih dengan hati-hati. Jika rasio air / semen yang terlalu rendah diadopsi, pasta akan sangat kering sehingga agregat tidak dioleskan dengan baik dengan pasta yang menghasilkan adhesi yang tidak mencukupi di antara partikel.
Di sisi lain, jika rasio air / semen terlalu tinggi, pasta mengalir ke dasar beton, terutama saat bergetar dan mengisi rongga antara agregat di bagian bawah dan membuat bagian itu padat. Kondisi ini juga mengurangi adhesi antara agregat dan agregat karena pasta menjadi sangat tipis.
Tidak ada metode standar yang tersedia, seperti uji kemerosotan atau uji faktor pemadatan untuk mengukur konsistensi beton tanpa denda. Mungkin metode pemeriksaan visual dan trial and error yang bagus, bisa menjadi panduan terbaik untuk menentukan rasio air / semen optimum.
Beton non pasir, bila agregat konvensional digunakan, mungkin menghasilkan kepadatan sekitar 1600 sampai 1900 kg / m3, namun bila beton non pasir dibuat dengan menggunakan agregat ringan, kerapatannya bisa mencapai sekitar 360 kg / m3.
Beton non pasir tidak menimbulkan masalah serius untuk pemadatan. Penggunaan pemadatan mekanis atau metode getaran tidak diperlukan. Pemukulan sederhana cukup untuk pemadatan penuh.
Beton non pasir tidak memberikan banyak dorongan samping pada bekisting karena partikel-partikel tersebut memiliki titik to point kontak dan beton tidak mengalir. Oleh karena itu, sisi bekisting bisa dilepas dalam interval waktu lebih pendek dari pada beton konvensional.
Namun, bekisting mungkin perlu disimpan lebih lama, bila digunakan sebagai bagian struktur, karena kekuatan beton relatif berkurang. Kekuatan tekan beton tanpa campuran bervariasi antara 1,4 MPa sampai sekitar 14 MPa.
Kekuatan ikatan beton non pasir sangat rendah dan karena itu penguatan tidak digunakan bersamaan dengan beton non pasir. Namun, jika penguatan diperlukan untuk digunakan pada beton non pasir, sebaiknya aplikasikan penguatan dengan pasta semen untuk memperbaiki ikatan dan juga untuk melindunginya dari karat
Penggunaan Beton Non Pasir Pada Konstruksi
Konstruksi Bangunan Gedung
Penggunaaan beton non pasir di dunia internasional sudah cukup lama dikenal. Salah satunya adalah gedung apartement 4 (empat) lantai yang didirikan di London, Inggris pada tahun 1961. Kontraktor lokal asal inggris mengerjakan proyek tersebut dengan menggunakan imajinatif tekstur yang berbeda, rendering atau menghaluskan semua cor menggunakan agregat kasar berwarna lokal ada juga beberapa diimpor dalam bentuk keping batu alam, apabila hujan panel akan bersih dengan bantuan percikan air hujan.
Penggunaan beton non pasir di Indonesia belum populer, tetapi pada perkembangannya sudah pernah diaplikasikan untuk struktur ringan yaitu kolom dan dinding bangunan sederhana, bata beton dari beton non pasir, dan buis beton dari beton non pasir.
Konstruksi Perkerasan Jalan Raya
Aplikasi beton non pasir sebagai perkerasan jalan raya dikenal istilah permeconcrete atau pervious concrete dengan pertimbangan ramah lingkungan maka perkerasan jalan menggunakan beton non pasir supaya air hujan dapat meresap ke dalam tanah.
Design perkerasan jalan raya menyediakan jaringan untuk pengangkutan sumber daya dan limbah, drainase, rute untuk semua layanan, air, saluran air, listrik, gas dan telepon dibawah perkerasan jalan. Sangat rumit sehingga dibutuhkan koordinasi dengan para ahli terkait. Perkerasan permeable adalah permukaan perkerasan jalan raya permeabel atau dapat ditembus air dengan reservoir bawah batu. Reservoir sementara menyimpan limpasan permukaan sebelum menyusup ke dalam drainase bawah tanah atau sub-permukaan dan diharapkan dapat berproses meningkatkan kualitas air tanah. Bahan berpori yang digunakan adalah beton nonpasir.
Konstruksi Dinding Penahan Tanah/ Retaining Wall
Aplikasi beton non pasir pada dinding penahan tanah (retaining wall). Selain pertimbangan ramah yang digunakan, pada konstruksi dinding penahan tanah, pemilihan jenis beton non pasir untuk alasan stabilisasi tanah dibelakang struktur dinding penahan tanah. Teksturnya yang berpori meloloskan air membuat dinding penahan tanah sehingga takanan air dibelakang dinding penahan tanah dapat diminimalisir sehingga konstruksi dinding penahan tanah lebih tabil terhadap gaya geser maupun gaya guling yang dipengaruhi oleh tekanan air tanah.
sumber : theconstructor dwikusuma