“Imajinasi lebih penting dari pengetahuan.” Albert Einstein
Imajinasi adalah ruang bebas, tanpa aturan. Adapun pengetahuan adalah seperangkat informasi yang kandungannya sudah tertentu dan terstruktur. Karena itu pengetahuan sering kali menciptakan batasan-batasan yang menghambat kreativitas manusia.Pada anak-anak di masa pertumbuhan, penumbuhan imajinasi menjadi jauh lebih penting. Imajinasi anak pada dasarnya tanpa batas. Maka situasi ini harus dirawat. Anak-anak harus dibiarkan, bahkan dirangsang untuk berimajinasi tanpa batas.
Sayangnya, banyak orang tua yang membatasi imajinasi anak itu dengan berbagai cara. Orang tua, manusia dewasa, terbiasa hidup dalam batasan-batasan pengetahuan. Maka, mereka cenderung menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan pengetahuan itu.
Salah satu bentuk pengekangan imajinasi itu misalnya ketika anak menggambar. Sapi digambar berwarna hijau. Orang tua si anak akan menegur,”Nak, tidak ada sapi berwarna merah.” Itu adalah “aturan” di ruang nyata atau ruang pengetahuan. Di ruang imajinasi, sapi boleh berwarna apa saja.
Ya, para orang tua begitu getol mengajarkan pengetahuan kepada anak, sejak dini. Anak yang serba tahu atau serba hafal sejak dini dianggap anak cerdas. Karena itu banyak yang gatal mengajari anak-anaknya membaca sejak kecil.
Anak-anak meihat berbagai bentuk. Mereka menerjemahkan bentuk itu dalam ruang imajinasi secara bebas. Bentuk bundar, misalnya, bisa diterjemahkan sebagai donat, kue, telur, lubang, bulan, dan sebagainya. Tapi orang tua yang gatal akan membatasi bentuk bulat itu menjad huruf o saja. Nak, ini huruf o, maka anak akan memberi makna pada bentuk bulan sebagai huruf o.
Hal lain yang membatasi adalah berbagai aturan, seperti jangan membuat berantakan, kotor, tidak sopan, dan sebagainya. Dengan berbagai aturan itu, kita membatasi imajinasi anak. Semakin dini kita memulai pembatasan, makin sempit ruang imajinasi anak-anak kita.
Bagaimana meluaskannya? Ada beberapa tips.
1. Perbanyak aktivitas di luar ruangan. Biarkan anak-anak bermain bebas di ruang terbuka. Selain membantu perkembangan motorik, aktivitas bergerak di luar ruangan akan merangsang imajinasi anak.
2. Ciptakan skenario dalam bermain. Rangsang mereka untuk membayangkan diri mereka sebagai apa saja, guru, dokter, polisi, superhero, dan sebagainya.
3. Aktivitas verbal. Ajak anak-anak berbincang, tahya jawab, bercerita, dan sebagainya. Dorong mereka untuk berbicara, tidak sekedar mendengar. Dalam mendongeng, ceritakan dongeng secara interaktif, di mana anak-anak bisa terlibat mengatur jalan cerita. Beri kesempatan pada mereka untuk membuat dongeng sendiri.
4. Rangsang dengan pertanyaan open ended dan menantang. Open ended artinya memungkinkan jawaban beragam. Misalnya, jangan tanya 3+4 sama dengan berapa, tapi tanya 7 adalah penjumalahn berapa dengan berapa. Demikian pula dalam subjek lain, rangsang anak untuk memikirkan sejumlah alternatif jawaban.
5. Batasi penggunaan layar, TV, komputer, dan gawai.
Semoga bermanfaat.