BAGIKAN
[Skyrice/pixabay]

Ketika anda menikmati secangkir teh celup yang dikemas dengan menggunakan bahan baku plastik, mungkin anda ikut ‘menyantap’ partikel mikroplastik di dalamnya. Sejumlah manufaktur yang memproduksi teh celup akhir-akhir ini telah mengganti bahan baku kertas untuk kemasan produk kantung teh celup mereka dengan bahan plastik.

Seperti yang dilaporkan dalam jurnal Enviromental Science & Technology, para peneliti dari Mc Gill University di Motreal merendam kantung teh celup dari 4 brand yang berbeda (setelah teh didalamnya disingkirkan) ke dalam air yang dipanaskan Berbahan Nilonhingga suhu 95 º Celcius. Kemudian mereka menggunakan mikroskop elektron untuk menganalisa kandungan dari air dan kantung teh tersebut, dan hasilnya terdapat sekitar 11,6 milyar partikel mikroplastik dan 3,1 milyar partikel nanoplastik yang dilepaskan dari setiap kantung teh tersebut kedalam air.

Kantung-kantung teh tersebut seringkali disebutkan terbuat dari bahan ‘silken’, walaupun pada kenyataannya terbuat dari nylon dan polyethylene terephthalate (PET), sebuah bentuk dari plastik yang kita temukan dalam botol air mineral. Walaupun kantung-kantung teh tersebut tidak secara eksplisit disebutkan terbuat dari bahan plastik, beberapa manufaktur akan menambahkan sejumlah kecil bahan plastik agar kantung teh yang terbuat dari kertas fiber tersebut tidak mudah rapuh. Para peneliti dalam proyek ini yakin bahwa kantung-kantung teh ini melepaskan banyak sekali partikel-partikel mikroplastik karena PET dipanaskan pada suhu yang mendekati titik didih air.

Dan pada bagian kedua dari penelitian ini, para peneliti melepaskan kutu air raksasa (Daphnia magna) ke dalam air yang mengandung bermacam konsentrasi partikel mikroplastik. Walaupun hewan-hewan tersebut tetap hidup, mereka memperlihatkan bentuk anatomi dan perilaku yang tidak normal yang bisa mengindikasikan bahwa partikel mikroplastik telah meracuni tubuh mereka.

Pengaruh potensial dari pencemaran partikel mikroplastik pada manusia yang sehat belum bisa diketahui hingga kini. Badan kesehatan dunia (WHO) belum lama ini mengeluarkan pernyataan bahwa partikel mikroplastik pada air minum kemasan kemungkinan besar tidak akan mengganggu kesehatan tubuh kita, tetapi mereka menambahkan bahwa pernyataan ini “berdasarkan informasi yang sangat terbatas yang kita miliki.”

Walapun pengaruh dari konsumsi partikel mikro dan nanoplastik terhadap kesehatan belum bisa diketahui, dan pengaruh sublethal dalam tubuh manusia masih dalam penelitian dan juga pada jenis-jenis hewan lainnya (misal: algae, zooplankton, ikan dan tikus) setidaknya bisa memberikan peringatan dini adanya resiko baik pada lingkungan hidup maupun kemungkinan resiko pada kesehatan manusia,” para peneliti memberi kesimpulan pada penelitian ini.

“Salah satu potensi terbesar manusia dapat terpapar oleh partikel mikro dan nano plastik adalah melalui pernafasan, dan residu partikel ini kemungkinan bisa ditemukan juga di saluran pencernaaan manusia. Setelah partikel mencapai saluran pencernaan, serapan partikel mungkin telah mencapai sistem sel tubuh dan tertinggal di bagian subselular sel.”

Sudah seharusnya kita semakin menyadari bahwa partikel mikroplastik telah mencemari setiap aspek dari lingkungan hidup kita, dari air hujan di benua Amerika hingga salju pada Antartika, dan mungkin saja telah mengendap di saluran pencernaan kita sekarang, walaupun anda bukanlah peminum teh. Sebuah studi yang dilakukan tahun lalu menemukan bahwa rata-rata warga Amerika mengkonsumsi lebih dari 74.000 partikel mikroplastik setiap tahun, dan hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa pada kebanyakan dari kita terdapat partikel mikroplastik di dalam feses kita.