Di tengah merebaknya pandemi seperti sekarang, sebuah kabar mengejutkan lainnya mungki bisa terjadi di tahun ini. Saat matahari sinarnya lebih redup dari biasanya dan bisa berakibat fatal terhadap kehidupan di Bumi, menurut The Sun yang mengutip ilmuwan NASA yang tidak disebutkan namanya yang khawatir akan terulangnya suatu peristiwa yang dikenal dengan Dalton Minimum.
Menurutnya, saat ini matahari berada dalam periode “minimum matahari,” yang berarti aktivitas di permukaannya telah menurun secara dramatis. Seperti yang pernah terjadi sebelumnya antara tahun 1790 hingga 1830, fenomena penurunan intensitas sinar matahari ini telah menyebabkan kegagalan panen, gempa Bumi dan meletusnya vulkanik. Pada saat itu terjadi penurunan suhu hingga 2 derajat Celcius.
Melansir ScienceAlert, mungkin kita tidak perlu untuk terlampau merisaukannya. Sebelumnya, Panel Prediksi Siklus Matahari NOAA telah memprediksi waktu perkiraan minimum matahari antara siklus 24 dan 25 yang akan terjadi pada bulan April, 2020 (+/- 6 bulan). Peristiwa ini bisa saja telah terlewati tanpa kita sadari. Seandainya belum terjadi, peristiwa minimum Matahari tidak separah seperti yang telah diberitakan.
Saat ini, kita berada pad siklus matahari ke-24. Kita tidak tahu secara pasti kapan minimum matahari berikutnya akan terjadi, tetapi kita dapat memperkirakannya secara luas.
Siklus Matahari adalah siklus sebelas tahun sekali ketika jumlah bintik matahari bervariasi. Pada periode teraktif, atau maksimum matahari, jumlah bintik Matahari bertambah hingga puncaknya, sementara pada periode dengan aktivitas terendah, atau minimum matahari, jumlah bintik Matahari berkurang hingga titik terendahnya.
Bintik matahari adalah bagian dari permukaan matahari yang dipengaruhi aktivitas dahsyat magnetis, yang mengakibatkan terhambatnya konveksi, membentuk daerah bersuhu lebih dingin.
Tidak diketahui apa yang menggerakkan siklus ini – penelitian terbaru menunjukkan bahwa hal itu berkaitan dengan penyelarasan planet selama 11,07 tahun – tetapi kutub-kutub itu berubah ketika medan magnet berada pada titik terlemahnya, yang juga dikenal sebagai minimum matahari.
Siklus matahari umumnya tidak berdampak di Bumi. Kita mungkin akan lebih sering menemukan aktivitas aurora selama maksimum matahari, karena aurora yang dihasilkan oleh aktivitas matahari. Peningkatan aktivitas matahari juga dapat mempengaruhi komunikasi radio, dan navigasi satelit.
“Selama minimum matahari, medan magnet Matahari melemah dan memberikan lebih sedikit perisai terhadap sinar kosmik ini,” kata astronom Dean Pesnell dari Goddard Space Flight Center NASA pada 2017. “Ini dapat menimbulkan ancaman yang meningkat bagi para astronot yang bepergian melalui ruang angkasa.”
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi di abad ke-19, sebenarnya mungkin bukan disebabkan oleh minimun matahari. Pada saat itu bertepatan dengan peristiwa meletusnya Gunung Tambora di pulau Sumbawa pada tahun 1815. Akibatnya, menimbulkan salah satu periode ekstrem dalam sejarah Bumi.
Puncaknya pada sekitar tahun 1816 dengan sebuah episode yang dikenal sebagai ‘Tahun Tanpa Musim Panas’. Temperatur menurun, gagal panen, dan banyak orang di seluruh dunia mati kelaparan, atau mati karena kedinginan. Mungkin, aerosol sulfida letusan Gunung Tambora bisa terakumulasi di lapisan atmosfer dan memblokir sinar matahari. Akibatnya suhu di bawahnya menjadi lebih dingin.
Selain itu, sebuah makalah yang telah diterbitkan di tidak menemukan hubungan antara aktivitas matahari dan gempa bumi.
Beberapa ilmuwan telah menghubungkan antara minimum matahari dan aktivitas vulkanik, tetapi lemah dan sebuah makalah yang berbeda tidak menyepakati pada periodisitasnya. Tapi kita mungkin juga tidak perlu khawatir tentang itu. Matahari secara signifikan lebih aktif daripada selama Dalton Minimum, yang ditandai dengan aktivitas bintik matahari yang sangat rendah dari sekitar 1790 hingga 1830.
Bagaimanapun, menurut NOAA dan NASA, minimum matahari yang akan kita lewati tidak akan terlihat begitu luar biasa seperti yang telah dikhawatirkan.