BAGIKAN
NASA/JPL-Caltech/University of Arizona/University of Idaho

Titan adalah salah satu bulan dari Saturnus yang cukup unik. Belum lama ini para ilmuwan NASA telah mendeteksi suatu molekul yang disebut cyclopropenylidene (C3H2), di atmosfernya. Ini adalah sebuah senyawa organik reaktif yang sangat langka. Selama ini diketahui senyawa tersebut hanya bisa didapatkan dari hasil rekayasa di laboratorium. Hasil penelitian mereka telah dipublikasikan dalam The Astronomical Journal

Dan faktanya, senyawa langka ini juga tidak pernah terdeteksi sebelumnya di atmosfer manapun di sistem tata surya kita. Dan satu-satunya lokasi yang dapat membuat senyawa ini stabil adalah di ruang hampa antariksa. Para ilmuwan menduga bahwa molekul unik ini adalah sebuah blok pembangun yang mungkin akan membentuk molekul organik lainnya. Di mana pada suatu hari, bisa saja akan membentuk kehidupan.

“Kami melihat Titan sebagai sebuah laboratorium besar. Di mana saat ini kami melihat komposisi kimia yang sama seperti di bumi. Ketika bentuk kehidupan mulai terbentuk,” kata Melissa Trainer. Ia adalah seorang ahli astrobiologi dari NASA’s Goddard Space flight Center.

“Kami akan mencari jenis molekul yang lebih besar dari C3H2. Dan, kami juga ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada atmosfer Titan. Untuk lebih memahami reaksi-reaksi kimia yang menghasilkan molekul organik kompleks. Kemudian akan turun ke permukaan.”

Molekul yang aneh

Cyclopropenylidene, digambarkan oleh ilmuwan NASA sebagai molekul kecil yang aneh. Tidak dapat bertahan lama pada kondisi atmosfer. Karena molekul ini dapat bereaksi dengan mudah dan cepat dengan molekul-molekul lainnya. Membentuk senyawa-senyawa baru yang berbeda.

Molekul cyclopropenylidene hanya dapat stabil di ruang hampa antariksa. Di mana di sana gas-gas atau debu-debu angkasa memenuhi ruang angkasa dalam temperatur yang sangat dingin. Sehingga, tidak akan banyak terjadi interaksi antar molekul di sana.

Titan sangat berbeda dari benda-benda langit lainnya di sistem tata surya. Dengan kondisinya yang basah, terdiri dari danau-danau hidrokarbon, awan-awan hidrokarbon, dan atmosfer yang didominasi oleh nitrogen, dan sedikit metana. Lapisan atmosfer Titan empat kali lebih tebal dibanding atmosfer Bumi (yang juga didominasi oleh nitrogen). Di bawah permukaannya, para ilmuwan menduga terdapat lautan air garam yang sangat luas.

Pada tahun 2016, sebuah tim peneliti melakukan misinya. Dipimpin oleh ilmuwan keplanetan Conor Nixon dari Goddard Space Center NASA. Mereka menggunakan Atacama Millimeter/submillimeter Array (ALMA) di Chili. Menganalisa komposisi atmosfer Titan serta mencari keberadaan molekul-molekul organik lainnya.

Komposisi bagian atas atmosfer Titan sangat tipis. Jauh di atas permukaannya, di mana di sana terdeteksi molekul-molekul kimia yang tidak dikenal. Para peneliti membandingkannya dengan database senyawa-senyawa kimia yang ada. Mereka mengidentifikasi molekul tersebut sebagai Cyclopropenylidene. Kemungkinan besar karena komposisi atmosfer Titan yang tipis. Pada ketinggian tersebut, ikut berkontribusi pada kestabilan molekul ini. Tetapi bagaimana molekul tersebut bisa ditemukan di Tita, hingga kini masih menjadi misteri.

Cyclopropenylidene menarik perhatian para ilmuwan karena molekul ini dikenal sebagai molekul cincin. Terdiri dari tiga atom karbon yang saling berikatan membentuk sebuah cincin. Cyclopropenylidene sejauh ini memang tidak memiliki peran biologis apapun. Tetapi nukleotida pada DNA dan RNA juga termasuk dalam golongan molekul cincin.

Suatu reaksi kimia yang mungkin bisa membentuk suatu kehidupan

Reaksi dari molekul-molekul kecil yang memiliki sedikit ikatan akan terjadi lebih cepat dibandingkan pada molekul-molekul yang memiliki ikatan kompleks. Artinya reaksi yang melibatkan molekul yang lebih kecil, biasanya akan menghasilkan molekul lainnya yang lebih beragam.

Sebelumnya, benzena (C6H6) dianggap sebagai molekul hidrokarbon dengan cincin ikatan terkecil yang ditemukan di atmosfer (termasuk di Titan). Dan ternyata, Cyclopropenylidene memiliki cincin ikatan yang lebih kecil dari benzena.

Banyak terjadi aktivitas reaksi kimia organik di Titan. Nitrogen dan metana akan terurai oleh sinar matahari. Memicu terjadinya terjadinya reaksi kimia berantai di atmosfer Titan. Dan apakah rangkaian reaksi kimia tersebut akan membentuk sebuah kehidupan di sana, masih menjadi misteri.

“Kami masih terus mencari tahu, apakah Titan memiliki kondisi yang layak huni,” kata Rosaly Lopes. Ia seorang ahli geologi dari Jet Propulsion Laboratory NASA.

“Kami ingin mengetahui senyawa-senyawa apa saja dari atmosfer yang turun ke permukaan. Dan apakah senyawa-senyawa tersebut dapat menembus lapisan es hingga mencapai lautan di bawah permukaan. Karena kami menduga bahwa kondisi lautan di bawah permukaaan bisa menunjang bentuk kehidupan.”