BAGIKAN
[Sirmarkdavid]

Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Li Liu, seorang profesor arkeologi dari Stanford, telah menemukan bukti pembuatan bir paling awal hingga saat ini. Alkohol tertua yang perah dibuat oleh manusia. Sebuah temuan yang mungkin telah memicu perdebatan lama: Apa yang pertama kali dibuat, bir atau roti?

Di sebuah gua di tempat yang sekarang menjadi Israel, tim menemukan inovasi pembuatan bir yang mereka yakini mendahului munculnya makanan sereal yang dibudidayakan di Timur Dekat selama beberapa ribu tahun. Temuan mereka, yang diterbitkan dalam Journal of Archaeological Science: Report, mendukung hipotesis yang diajukan oleh para arkeolog lebih dari 60 tahun yang lalu: Bir mungkin menjadi faktor pendorong bagi domestikasi sereal asli di beberapa daerah.

‘Rekor tertua dari alkohol buatan manusia’

Bukti menunjukkan bahwa ribuan tahun yang lalu, orang-orang Natufia, sekelompok pemburu-pengumpul di Mediterania timur, cukup ahli dalam membuat bir.

Liu dan tim risetnya menganalisis residu dari batu lesung berusia 13.000 tahun yang ditemukan di Raqefet Cave, sebuah situs pemakaman Natufian yang terletak di dekat tempat yang sekarang Haifa, Israel, dan menemukan bukti adanya proses pembuatan bir yang terjangkau secara luas.

“Ini menyumbang rekor tertua alkohol buatan manusia di dunia,” kata Liu.



Para peneliti percaya bahwa para Natufian menyuling bir untuk berbagai pesta ritual sebagai penghormatan terhadap orang mati.

“Penemuan ini menunjukkan bahwa membuat alkohol tidak selalu merupakan hasil dari surplus produksi pertanian, tetapi dikembangkan untuk keperluan ritual dan kebutuhan spiritual, setidaknya sampai taraf tertentu, sebelum pertanian,” kata Liu tentang temuan mereka.

Dalam analisis laboratoriumnya, Liu mengatakan dia terkejut menemukan bukti pembuatan bir pada sampel residu yang mereka kumpulkan.

“Kami tidak berniat untuk menemukan alkohol di batu lesung, tetapi hanya ingin menyelidiki makanan nabati yang mungkin dikonsumsi manusia karena sangat sedikit data yang tersedia dalam catatan arkeologi,” kata Liu, yang adalah Profesor Sir Robert Ho Tung di Arkeologi Cina di School of Humanities and Sciences, Stanford.

Seperti dicatat Liu di makalah, roti paling awal yang masih ada sampai sekarang baru-baru ini ditemukan dari situs Natufian di Yordania timur yang berusia dari 11.600 hingga 14.600 tahun. Penemuan bir yang dia laporkan di sini bisa berusia dari 11.700 hingga 13.700 tahun.

Di bawah mikroskop, Profesor Li Liu menemukan dan mencatat butiran pati. (Kredit gambar: LA Cicero)

Pembuatan bir kuno

Bir kuno jauh dari apa yang diminum hari ini. Kemungkinan besar ramuan berasal dari berbagai bahan seperti jenang atau bubur encer, kata Jiajing Wang, seorang rekan penulis. Wang telah membantu Liu meneliti alkohol kuno sejak tahun 2015 ketika mereka pertama kali melihat bir berusia 5.000 tahun di China sebelum mengalihkan perhatian mereka untuk mempelajari budaya Natufian.

Di Gua Raqefet, Liu dan Wang menemukan sisa-sisa butiran pati dan partikel tanaman mikroskopis yang dikenal sebagai phytolith [struktur mikroskopis yang terbuat dari silika, ditemukan di beberapa jaringan tanaman dan bertahan setelah pembusukan tanaman], yang khas dalam transformasi gandum dan jelai menjadi minuman keras.



Para peneliti percaya bahwa masyarakat Natufian menggunakan proses pembuatan dalam tiga tahap. Pertama, kanji atau gandum atau jelai akan diubah menjadi malt, dengan menumbuhkan biji-bijian dalam air untuk kemudian dibersihkan, dikeringkan dan disimpan. Kemudian, malt akan dihaluskan dan dipanaskan. Akhirnya, dibiarkan berfermentasi dengan ragi liar di udara.

Semua langkah ini memberikan petunjuk untuk membantu para peneliti membuat klaim mereka.

Untuk menguji hipotesisnya, para peneliti melakukan serangkaian eksperimen. Dengan membuat ulang setiap langkah yang dilakukan oleh masyarakat Natufian dalam membuat bir mereka.

Percobaan pembuatan bir ini memungkinkan para peneliti untuk mempelajari bagaimana butiran pati berubah selama proses pembuatan bir. Kemudian, membuat perbandingan dengan apa yang mereka temukan.

Percobaan pembuatan bir Liu dan Wang menunjukkan kemiripan yang jelas dengan apa yang diciptakan oleh para Natufian.

Para peneliti juga menganalisis artefak yang telah digali. Mereka menemukan bahwa jejak-jejak yang tertinggal di batu lesung kuno sangat mirip dengan percobaan laboratorium mereka sendiri. Bagaimana mereka menumbuk dan menghaluskan biji-bijian, suatu proses yang diperlukan dalam pembuatan bir.

Arti historis

Penemuan bir kuno memberi petunjuk baru terkait ritual Natufian. Mendemonstrasikan berbagai inovasi teknologi dan organisasi sosial dalam budaya mereka, para penulis menyimpulkan.

“Pembuatan bir merupakan bagian integral dari ritual dan pesta, mekanisme pengaturan sosial dalam masyarakat hierarkis,” kata Wang tentang temuan mereka.

Dan ritual-ritual itu penting bagi budaya Natufian, katanya, tercatat bahwa penemuan bir di kuburan menandakan ikatan emosional yang dikumpulkan para pemburu dengan leluhur mereka.