Virus-virus pernafasan sangat menyukai udara dingin. Patogen ini sangat kuat pada suhu dingin dan bertransmisi dengan mudah dari inang yang satu ke inang lainnya di udara yang kering.
“Ketika udara dingin di luar ruangan dengan sedikit kelembapan dihangatkan di dalam ruangan, kelembapan relatif udara akan turun drastis sekitar 20 persen,” kata Akiko Iwasaki, seorang ahli imunobiologi di Yale University.
“Kelembapan udara yang rendah memudahkan jalan virus untuk bertransmisi melalui udara.”
Kelembapan relatif (Relative Humidity- RH) adalah ukuran dari kandungan uap air di udara. Jadi, pada ruangan dengan tingkat RH 40 persen, udara dapat menahan 40 persen dari total kapasitas kelembapan yang dapat ditampungnya secara keseluruhan.
Semakin kering udara di suatu tempat, semakin rendah pula nilai kelembapan relatifnya, dan semakin mudah bagi virus-virus, termasuk virus corona, untuk menyebar.
Karena itulah maka Linsey Marr, seorang peneliti aerosol dari Virginia Tech University yang sedang melakukan penelitian tentang transmisi virus corona, merekomendasikan penggunaan humidifier (alat pelembab udara dengan cara menyemprotkan uap air ke udara) di rumah anda.
“Anda dapat berinvestasi pada sebuah humidifier dan mengatur kelembapan udara hingga diatas 40 persen dan dibawah 60 persen di musim dingin,” kata Marr kepada Business Insider. “Virus tidak akan bisa bertahan hidup pada kondisi kelembapan udara tinggi, dan respon imun anda akan bekerja lebih baik di udara lembab dibanding pada udara kering.”
Hasil penelitian yang telah dipublikasikan dalam JAMA Network menunjukkan bahwa virus SARS-Cov-2 dapat menyebar lebih mudah ketika berada pada temperatur dan kelembapan udara yang rendah.
Sebuah analisis di bulan Juli yang dilakukan oleh ilmuwan Ajit Ahlawat dan tim menemukan bahwa kemungkinan terjadinya transmisi virus melalui udara di sebuah tempat dengan kelembapan yang kering lebih tinggi dibandingkan tempat yang lembab.
Hal itu disebabkan karena partikel-partikel virus corona lebih kering dari udara, udara yang kering akan menyerap lebih sedikit kelembapan sehingga virus melayang di udara lebih lama. Hal ini membuat virus menjadi lebih mudah terhirup dan menginfeksi seseorang yang sehat.
Selain itu, partikel-partikel virus corona akan lebih stabil ketika temperatur dan kelembapan udara menurun, membuatnya cukup stabil untuk menginfeksi inang baru ketika masuk kedalam tubuh seseorang.
Dan juga, seperti virus flu, virus SARS-CoV-2 ini dilindungi oleh lapisan lemak yang disebut dengan selubung lipid yang membantu virus bertahan hidup ketika berpindah dari satu orang ke orang lainnya. Selubung ini lebih mudah mengering pada suhu tinggi.
Udara yang lebih basah juga dapat bekerja melawan lapisan pelindung virus dengan merusak struktur selubung lipid dan menonaktifkan virus.
“Untuk mengendalikan transmisi virus SARS-CoV-2 melalui udara didalam ruangan, khususnya di tempat-tempat dengan sistem ventilasi udara yang buruk seperti di rumah-rumah sakit, sekolah dan gedung-gedung publik, kami merekomendasikan penggunaan humidifier,” kata Ahlawat.
Sama seperti Marr, dia juga merekomendasikan angka RH ruangan antara 40 persen hingga 60 persen.
Temperatur yang lebih tinggi juga dapat menghalangi transmisi virus melalui permukaan benda, walaupun penularan dengan cara tersebut sangat jarang terjadi.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada bulan Juni mengungkapkan bahwa kondisi iklim yang lebih hangat dapat mengurangi durasi waktu virus bertahan hidup di atas permukaan benda.
Belum lama ini Iwasaki meluncurkan sebuah petisi yang menghimbau organisasi kesehatan dunia untuk menyusun panduan bagi tingkat kelembapan ruangan. Disebutkannya, pada kelembapan udara 40-60 persen, akan membuat hidung dan tenggorokan kita dapat memberikan respon imun yang kuat terhadap berbagai jenis virus.
Sistem pertahanan tubuh kita, seperti lendir yang ada di hidung, akan bekerja lebih baik di udara yang basah.
Hal itu disebabkan karena adanya rambut-rambut pada lapisan lendir hidung yang disebut cilia yang terlihat seperti tonjolan pada sel saluran udara kita. Cilia bertugas menangkap partikel-partikel virus yang mencoba masuk menuju paru-paru kita.
Dan menurut hasil penelitian terbaru yang dilakukan Iwasaki dan tim, kelembapan udara yang rendah akan mengeringkan lendir tersebut, dan ketika mucus mengering, maka cilia akan kehilangan kemampuannya untuk menangkap virus.
Sangat penting untuk tidak berlebihan dalam mengatur kelembapan.
“Berhati-hatilah untuk menghindari tingkat kelembapan hingga diatas 65 persen, karena kondisi tersebut akan memicu tumbuhnya jamur,” kata Marr. Kemunculan jamur di udara akan memicu serangan asma, dan banyak orang yang alergi pada spora jamur.
Ahlawat juga mengatakan pada tingkat kelembapan diatas 60 persen “akan membuat para penghuni ruangan menjadi tidak nyaman.”
Namun, ada beberapa ahli yang menentang penggunaan humidifier yang ditujukan untuk mengurangi transmisi virus.
“Ini adalah langkah yang belum bisa dibuktikan dan berpotensi menghasilkan efek negatif,” kata Donald Milton, seorang profesor ilmu kesehatan lingkungan dari University of Maryland. Saya tidak merekomendasikannya.”
Marr juga memperingatkan untuk tidak menganggap humidifier sebagai “obat mujarab” yang dapat menghentikan penyebaran virus.
“Hal-hal yang paling penting dilakukan adalah selalu memakai masker, menjaga jarak dan memastikan adanya ventilasi udara dan/atau penyaring udara, dan selalu mencuci tangan,” kata Marr.