BAGIKAN
pixabay.com

‘Semua kesengsaraan manusia,’ tulis matematikawan Prancis Blaise Pascal, ‘berasal dari tidak bisa duduk di sebuah ruangan yang sunyi sendirian’. Seringkali dalam kesibukan kita ini disebabkan karena terlalu banyak yang harus dilakukan. Terkadang kita sendiri tidak memiliki kamampuan untuk meletakkan smartphone lalu cukup untuk sekadar terduduk. Kesibukan kita yang tiada henti sering kali membuat kita sedikit waktu untuk menyendiri. Ini memalukan, seperti banyak pikiran besar berpendapat, karena bisa menyendiri dengan pikiran Anda sendiri adalah keterampilan hebat yang bisa digunakan oleh banyak orang.

Namun, ada perbedaan antara kesendirian dan terisolasi. Dan terisolasi mungkin bisa membinasakan Anda .

Beberapa dari kita, terutama yang lebih bijak dari kita, dapat menikmati saat-saat tenang untuk diri mereka sendiri dari waktu ke waktu. Tapi yang lainnya memang benar-benar dalam kesepian. Ini lebih dari sekedar perasaan negatif – ini bisa berdampak buruk pada kesehatan Anda. Efeknya kita punya alasan lebih besar dari sebelumnya untuk mencoba memahami.

Penelitian menunjukkan bahwa kesepian dapat secara dramatis meningkatkan risiko kematian pada seseorang. Ini bahkan bisa menjadi sebuah alat untuk memprediksi kematian dini yang lebih baik daripada obesitas. Dalam sebuah studi meta-analisis terhadap lebih dari 200 penelitian yang mencakup ratusan ribu pasien, terbukti bahwa “Ada bukti kuat bahwa isolasi sosial dan kesepian meningkatkan risiko kematian dini secara signifikan, dan besarnya risiko melebihi banyak indikator kesehatan terkenal,” Menurut pemimpin peneliti Holt-Lunstad.




Juga diketahui bahwa kesepian kronis dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan tertentu. John Cacioppo melaporkan bahwa hal itu bahkan dapat menyebabkan “… meningkatnya kadar kortisol, hormon stres utama, serta resistensi vaskular yang lebih tinggi, yang dapat meningkatkan tekanan darah dan menurunkan aliran darah ke organ vital … [dan] sinyal bahaya diaktifkan di otak karena kesepian mempengaruhi produksi sel darah putih; Hal ini dapat mengganggu kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.”

Kabar ini tak mengejutkan Aristoteles, yang berargumen dua ribu tahun yang lalu bahwa persahabatan itu merupakan syarat untuk hidup yang baik. Karena tidak memiliki teman, dia mengemukakan, kita tidak akan bisa benar-benar menikmati menjadi manusia. Gagasan bahwa secara biologis kita bergantung pada berbagai tingkat interaksi sosial hanya akan berarti baginya bahwa kita memiliki kewajiban yang lebih besar untuk mendidik seseorang tentang pentingnya mencari teman dan memeliharanya.

Namun, pada saat bersamaan, orang mengeluh kekurangan waktu untuk diri mereka sendiri, dan penelitian menunjukkan bahwa orang paling bahagia saat mereka mampu membeli lebih banyak waktu daripada hal-hal lainnya. Hannah Ardent bahkan menuduh ketidakmampuan duduk sendiri dan berpikir merupakan alasan utama Eichmann menjadi sebuah alat dalam Holocaust. Baginya, kemampuan untuk duduk dan berpikir sendiri, bagian kunci dari kesendirian, adalah alat untuk menuju kebebasan. Tanpa itu, mayoritas tirani, atau bahkan totalitarianisme sejati, akan menyusul. Kemampuan untuk menyendiri adalah kunci individualitas, bagi Ardent.




Tapi seseorang telah melangkah lebih jauh, menunjukkan bahwa kesunyian itu baik untuk kita.

Schopenhauer, filsuf yang selalu depresi, membuat argumen bahwa yang terbaik dari kita sebenarnya akan memilih keterasingan. Mengingkari orang-orang sebagaimana yang dilakukan “Orang Bijak”, orang-orang ini akan menjadi biarawan; menjauh dari masyarakat, keinginan dan seadanya untuk menjalani kehidupan sederhana. Ini menjadi hal yang langka, sehingga dia dinyatakan sebagai orang yang benar-benar bahagia. Terbebas dari kesia-siaan dan kepicikan, mereka bisa terus menemukan kenikmatan intelektual, meski Schopenhauer pun tidak bisa beralih ke kehidupan seperti itu.

Ini adalah paradoks yang aneh – kita menderita baik dari kesepian dan ketidakmampuan untuk memiliki waktu untuk diri kita sendiri. Teknologi telah membuat kita lebih terhubung dari sebelumnya, dan ini tidak membuat kita lebih bahagia atau bahkan kurang menyepi. Kita harus belajar tidak hanya untuk menghubungkan kembali, tapi juga untuk menyendiri. Sebuah paradoks yang cocok dengan zaman modern sekarang. Zaman yang sangat saling terhubung.