Badai Katrina, yang menghancurkan Pantai Teluk dan seluruh kota New Orleans, AS, pada musim panas 2005, telah merusak banyak peralatan rumah tangga, tetapi alat pendingin yang rusak, menjadi bagian dari masalah yang sama sekali berbeda.
Ketika badai Katrina memaksa orang-orang untuk mengungsikan rumah mereka, beberapa penduduk mengosongkan lemari es sebelum mereka dievakuasi. Tetapi, kebanyakan dari warga tidak sempat berpikir banyak bahkan untuk sekadar membuka lemari es dan mengamankan persediaan makanan yang berada di dalamnya. Mereka bahkan tidak tahu bahwa aliran listrik akan terputus selama berminggu-minggu.
Selama dalam kondisi tersebut, makanan-makanan tersebut tertahan di dalam lemari es yang sudah berubah menjadi lebih panas hingga 33 derajat celcius dan proses pembusukan pun tidak dapat dihindari.
Sayuran, buah-buahan, daging dan ikan semuanya membusuk berubah menjadi sampah yang berantakan, licin, menjijikkan penuh dengan belatung.
Bau itu tak tertahankan. Tersiar kabar dan banyak yang tidak berani untuk membuka kulkas sama sekali. Mereka menyegelnya dengan selotip dan mendorong kotak yang mengerikan keluar dari rumah mereka dan diparkir di trotoar.
Beberapa orang mencoba dan menyadari mustahil untuk sepenuhnya membersihkan lemari es tersebut. Bau itu tidak mau pergi sama sekali.
Tugas busuk membuang kulkas ini jatuh ke tangan pemerintah lokal, yang menugaskan kru khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Orang-orang ini dilatih dalam penanganan bahan berbahaya dan dipersenjatai dengan peralatan khusus dan jas hazmat.
Tetapi karena kerusakan menyebar di seluruh wilayah begitu luas sehingga operasi pembersihan pun membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan untuk diselesaikan.
Akhirnya kulkas dibawa ke tempat sampah untuk didaur ulang. Sebanyak 150.000 lemari es dibuang di Tempat Pembuangan Akhir Gentilly pada Desember 2005. Pada awal 2006, yang terakhir darinya telah lenyap.