BAGIKAN
(Lucrezia Carnalos/ Unsplash)

Hingga saat ini, penyebaran virus corona masih terus berlangsung. Sulit membendung bertambahnya angka terkonfirmasi positif virus dan juga kematian akibat penyakit ini. Kekhawatiran akan mereka yang paling rentang terinfeksi virus ini terus berkembang di masyarakat. 

Organisasi kesehatan dan badan-badan pemerintah di seluruh dunia berusaha mengambil langkah perlindungan pada mereka yang paling rentang terinfeksi virus. Di Amerika Serikat, badan pengendalian dan pencegahan penyakit (Center for Disease control and Prevention – CDC) mengeluarkan rekomendasi pada orang-orang yang berusia diatas 60 tahun yang memiliki penyakit tertentu seperti diabetes, penyakit jantung dan paru, untuk menyimpan makanan dan obat-obatan di rumah untuk persediaan jangka panjang, dan tidak keluar rumah.

Kondisi kesehatan tertentu juga menyebabkan anda menjadi lebih rentan terinfeksi virus, walaupun berusia dibawah 60 tahun.

Orang-orang yang mengidap HIV, kanker, penyakit pernafasan kronis dan tekanan darah tinggi juga memiliki kemungkinan besar untuk mengalami gejala parah atau kritis karena COVID-19.

Pada tanggal 14 Juli lalu, CDC menambah daftar kondisi kesehatan yang paling rentan dan memiliki kemungkinan paling besar mengalami gejala parah COVID-19 termasuk demensia, penyakit sel sabit (sickle cell anemia), dan transplantasi organ.

Berikut adalah apa yang perlu diketahui tentang kondisi-kondisi tersebut dan apa yang harus dilakukan jika anda memilikinya.

HIV dapat membuat pasien menjadi rentan terkena penyakit serius

Orang-orang yang berusia lanjut dengan HIV menghadapi resiko tinggi terkena penyakit parah karena belum adanya pengobatan medis untuk HIV/AIDS ketika pertama kali ditemukan. Kondisi tersebut membuat para penderita HIV/AIDS yang berusia tua memiliki daya imun yang lemah yang membuat mereka rentan terinfeksi virus.

“Mereka adalah orang-orang yang memiliki kemungkinan memiliki penyakit diabetes dan penyakit gangguan pernafasan, dan kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan,” kata Dr. Peter Meacher, pimpinan staff medis dari New York’s Callen-Lorde health centre.

Dalam rangka mencegah paparan virus pada pasien di rumah sakit, Meacher meminta para dokter mempertimbangkan untuk memberikan resep pengobatan HIV dalam kuantitas besar sehingga pasien tidak perlu kembali ke rumah sakit dalam waktu yang singkat.

Hampir 50 persen dari warga Amerika menderita tekanan darah tinggi – sebuah kondisi yang berpotensi bahaya apabila dipasangkan dengan COVID-19

Hampir 50 persen dari warga Amerika memiliki kondisi tekanan darah tinggi, artinya mereka lebih rentan mendapatkan efek yang membahayakan apabila terinfeksi virus corona.

Walaupun para ahli masih belum mengetahui dengan pasti mengapa pada orang-orang yang memiliki kondisi kesehatan kardiovaskuler yang buruk berada pada resiko tinggi mengalami sakit kritis jika terinfeksi virus corona, para dokter percaya bahwa jika kondisi paru-paru memburuk karena virus corona, kondisi yang sama juga terjadi pada organ jantung.

Penyakit jantung dapat mengurangi potensi seseorang untuk bertahan hidup dari virus corona

Pada semua kondisi gangguan kardiovaskuler, akan menjadi rentan mengalami kondisi kritis ketika terinfeksi virus corona. Pasien dengan COVID-19 dan penyakit gangguan jantung mempunyai 10 persen kemungkinan berada pada kondisi kritis.

CDC dan American Heart Association meminta pasien dengan kondisi tersebut untuk mengambil langkah-langkah pencegahan seperti halnya pada pasien dengan kondisi tekanan darah tinggi.

Diabetes tipe 1 dan tipe 2 juga memiliki kerentanan yang tinggi untuk mengalami gejala parah hingga kritis akibat COVID-19

CDC menambahkan diabetes tipe 2 dalam daftar penyakit yang beresiko pada tanggal 14 Juli lalu.

Pasien penyakit kanker juga memiliki resiko tinggi mengalami sakit parah atau kematian karena virus corona

Pasien penyakit kanker juga tidak diperbolehkan mendapatkan vaksin tertentu dan terapi pengobatan untuk meningkatkan sistem imun. Pengobatan untuk kanker dan kemoterapi menyebabkan sistem imun mereka menjadi sangat lemah.

Penyakit sickle cell anemia meningkatkan resiko kematian akibat COVID-19.

Penyakit sickle cell anemia adalah penyakit kelainan darah genetik yang menimpa lebih dari 100.000 warga Amerika – dan mayoritas dari mereka adalah kulit hitam. Apabila sel-sel darah merah yang sehat berbentuk bulat, pada penderita penyakit ini bentuk sel darah merahnya seperti bulan sabit.

Bentuk yang tidak biasa ini menyebabkan sel darah merah menempel pada dinding pembuluh darah dan menyumbat aliran darah, menyebabkan rasa sakit, pembekuan darah, hingga stroke.

Pada bulan Maret, the Sickle cell disease Association of America mengeluarkan peringatan bahwa komplikasi penyakit sickle cell anemia dan COVID-19 bisa mengancam jiwa penderitanya.

Para penderita Sickle cell anemia juga diharuskan mengambil obat secara berkala dan melakukan transfusi darah di rumah sakit, artinya mereka tidak bisa selalu berada di rumah, dan tentu saja mereka sangat beresiko tertular virus corona.

Penyakit ginjal membuat sistem imun penderitanya lemah dan tidak mampu melawan infeksi virus

Data menunjukkan bahwa pada pasien dengan COVID-19 dan gangguan ginjal mengalami pembekuan darah yang berlebih.

Orang-orang yang pernah menjalani transplantasi organ diharuskan meminum obat penekan sistem imun, membuat mereka sangat rentan terkena infeksi dan virus seperti COVID-19.

Obesitas kini masuk dalam daftar CDC sebagai kondisi yang beresiko kritis hingga kematian ketika dikombinasikan dengan COVID-19

Dari hasil penelitian dan catatan anekdotal pada pakar kesehatan di seluruh AS, didapat jumlah yang tidak proporsional pada pasien obese yang meninggal akibat COVID-19. CDC kini menempatkan obesitas dalam daftar kondisi yang beresiko tinggi ketika digabungkan dengan COVID-19

Salah satu gen yang berhubungan dengan Alzheimer juga dikaitkan dengan resiko tinggi terkena COVID-19

The Kores Brain Research Institute menemukan salah satu gen reseptor yang berhubungan dengan penyakit Alzheimer, sebuah kelainan degeneratif otak juga berkaitan dengan COVID-19.

Hasil riset menunjukkan bahwa orang-orang dengan Alzheimer memiliki ekspresi gen ACE 2 yang tinggi, yang merupakan titik masuk virus corona ketika menyerang sel.

Dan akhirnya, cara terbaik untuk melindungi diri dari virus adalah dengan mencuci tangan, membersihkan permukaan di sekitar anda dan menghindari keramaian.