Simpanse di tiga negara Afrika Barat, telah teramati memilki perilaku aneh yang tidak biasanya. Mereka seringkali mengumpulkan batu besar pada sebuah pohon yang berongga, untuk tujuan yang tidak dapat dipahami.
Sebuah tim yang terdiri dari 80 ilmuwan internasional, yang dipimpin oleh Hjalmar S. Kuhl dan Ammie K. Kalan dari Institut Max Planck di Jerman, melakukan penelitian tersebut. Temuan mereka dipublikasikan di jurnal Scientific Reports.
Para peneliti memasang kamera tersembunyi di empat lokasi terpencil di Afrika Barat – Guinea Bissau, Pantai Gading, dan Liberia. Di mana mereka berhasil menangkap perilaku yang biasanya dilakukan oleh simpanse jantan.
Peletakkan batu dilakukaan dengan berbagai cara. Di mana umumnya simpanse akan terdiam sejenak di dekat pohon yang dituju sambil bersiap-siap dengan batunya. Kemudian ia bergerak cepat sambil berteriak dan melemparkan batunya dengan keras. Akibatnya batu tersebut membentur pohon, membuat banyak batu berserakan di sekitarnya. Mereka juga kadang menggunakan batu yang sudah terkumpul di dalam rongga pohon.
Kebiasaan aneh ini tidak ada kaitannya dengan soal bertahan hidup dan reproduksi. Mungkin saja untuk menunjukkan kekuatan unik dari simpanse jantan tertentu, dalam menandai perbatasan wilayah kawanannya. Meskipun simpanse jantan lebih sering terlihat melakukannya, tetapi simpanse betina juga kadang turut serta melakukannya.
Di sisi lain, penduduk asli – di mana simpanse-simpanse itu ditemukan, juga teramati sering mengumpulkan serta menyusun batuan hingga membentuk seperti piramida. Para peneliti telah menyamakan perilaku itu di antara keduanya.
“Mungkin kami menemukan bukti pertama simpanse menciptakan semacam kuil yang bisa menunjukkan pohon suci,” kata rekan penulis studi Laura Kehoe.
Ini akan memakan waktu lama untuk membuktikan hal seperti itu, jika itu benar. Rintangan utamanya adalah, ada perdebatan hebat dalam komunitas arkeologi tentang apa yang dianggap sebagai ritual, atau bahkan bagaimana dalam mendefinisikannya.
Sejak Zaman Batu, manusia sudah menggunakan susunan tumpukan batu untuk berbagai kepentingan. Termasuk untuk tujuan spiritual.
Sementara itu, Laurie Santos dari Yale University mengatakan kepada Smithsonian Magazine bahwa perilaku seperti itu, “sesuai dengan definisi proto-ritualistik.” Namun, dia khawatir kita tidak tahu bagaimana menafsirkan perilaku ini dengan tepat atau sesuai konteks di sekitarnya.
Ahli primata terkenal di dunia Dr. Jane Goodall, mengamati simpanse selama 55 tahun di Gombe, Tanzania. Dalam karyanya, dia menjelaskan contoh di mana simpanse menari-nari di dekat air terjun atau termenung saat terjadi hujan badai yang disertai angin, dengan tatapan terpesona.
Sementara kawanan kera di Panama dikatakan telah memasuki Zaman Batu, simpanse telah terbukti sanggup untuk menggunakan kreativitas dan imajinasinya. Misalnya, simpanse betina yang masih anak-anak, diketahui membawa-bawa sebatang kayu dan merawatnya, layaknya sebuah boneka.