BAGIKAN
pixabay.com
Waduk ibarat pisau bermata dua bagi Bangsa Maya. Keberadaannya menyelamatkan masyarakat saat kemarau pendek, namun membuat mereka terancam saat kemarau panjang.

Peradaban Maya kuno di Amerika Tengah beralih dari masa keemasan menuju keruntuhan dalam waktu yang singkat. Populasi menyusut cepat, dan pembangunan struktur batu nan monumental khas suku Maya, seperti yang ada di Yukatan, terhenti.

Penyebab kehancuran peradaban Maya masih menjadi topik perdebatan di kalangan para ilmuwan. Penelitian terbaru menggunakan model komputer yang dilakukan oleh ilmuwan dari Vienna University of Technology (TU Wien), mengungkapkan bahwa penyebabnya bisa jadi adalah sistem irigasi yang dibangun oleh bangsa Maya, tidak siap untuk menghadapi kemarau yang berkepanjangan.

Bangsa Maya membangun waduk air sebagai persiapan untuk menghadapi musim kemarau. Dengan model komputer, tim ilmuwan TU Wien menganalisis efek teknik pengelolaan air bangsa Maya terhadap masyarakatnya saat itu.

Air dan masyarakat saling mempengaruhi satu sama lain. Itulah sebabnya, para peneliti mengeksplorasi interaksi antara sosiologi dan hidrologi, kemudian menerapkannya dalam berbagai model matematika.

“Model ini juga memungkinkan untuk membuat skenario kehidupan bangsa Maya dengan atau tanpa waduk air dan membandingkan konsekuensi dari masing-masing keputusan,” kata salah satu anggota tim, Linda Kuil.

Dalam model  simulasi, waduk dapat menyediakan kebutuhan air bagi masyarakat Maya dan meningkatkan populasi selama musim kemarau pendek.

Meski demikian, keberadaan waduk ternyata justru membuat populasi Maya lebih terancam ketika kemarau panjang melanda. Sebab pengelolaan air dan kebutuhan air masing-masing individu tetap sama, sementara populasi terus tumbuh. Persediaan air di waduk menyusut cepat akibat jumlah populasi yang meningkat.

Keruntuhan populasi dengan cara ini bahkan jauh lebih mengerikan dibanding peradaban Maya tanpa waduk.

“Persediaan air menentukan jumlah makanan yang tersedia, dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi. Sebaliknya, pertumbuhan popuasi akan mempengaruhi siklus air alami,” lanjut Kuil.

Selain pengelolaan air yang buruk, perang dan penyakit mungkin juga berperan dalam keruntuhan peradaban Maya.

Penelitian ini setidaknya memberikan gambaran terhadap masa depan kita. Kita harus berhati-hati dalam mengelola sumber daya alam. Jika pembangunan dan pengelolaan hanya mementingkan keuntungan jangka pendek, maka generasi selanjutnya akan terancam.

“Kita harus mengubah perilaku masyarakat, menilai kembali ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya dan mulai mengkonsumsi dengan bijak,” pungkas Kuil