BAGIKAN
Jordan Hopkins / Unsplash

Untuk mengurangi penyebaran COVID-19, banyak negara-negara di dunia mengimplementasikan beberapa strategi protektif di wilayah mereka. Strategi tersebut antara lain karantina wilayah, social distancing, penutupan sekolah, dan tempat-tempat publik lainnya.

Pemerintah masing-masing negara juga mengeluarkan anjuran kepada masyarakat untuk melakukan langkah-langkah perlindungan diri agar tidak tertular penyakit ini, antara lain mencuci tangan dan mengenakan masker wajah ketika keluar rumah.

Menurut hasil riset yang dilakukan di Jepang, pandemi yang terjadi kali ini berpengaruh pula pada transmisi penyakit influenza musiman, diperkirakan tingkat penularan penyakit tersebut akan menurun tahun ini. 

Kita tidak bisa menganggap remeh penyakit flu, karena walaupun dianggap penyakit ringan, penyakit ini tetap berbahaya untuk mereka yang berusia sangat muda dan orang dewasa dengan masalah jantung. Juga pada orang-orang berusia lanjut dengan penyakit ginjal kronik dan gangguan metabolik endokrin dapat meninggal oleh penyakit yang dikenal tidak berbahaya ini. Serangan penyakit ini paling tinggi di musim dingin di negara-negara beriklim dingin dan pada musim hujan di negara-negara tropis. Pada umumnya, pandemi flu menyerang dunia 2-3 tahun sekali. Jumlah kematian akibat pandemi ini bisa mencapai puluhan ribu jiwa di seluruh dunia, lebih tinggi dari angka kematian pada keadaan non epidemi.

Berikut ini adalah gambaran atas perubahan perilaku manusia selama pandemi sekarang ini yang menjadi aspek penting untuk mencegah penularan penyakit flu.

Terbiasa hidup bersih

Pandemi ini membuat otoritas-otoritas kesehatan di berbagai negara terus meminta masyarakat untuk selalu mencuci tangan, menjaga kebersihan dan social distancing. Dan apabila semua ini diimplementasikan dengan benar, langkah-langkah sederhana tersebut juga bisa mengurangi penyebaran penyakit-penyakit gangguan pernafasan lainnya, seperti flu.

Sama seperti COVID-19, flu menyebar melalui droplet dari cairan yang berasal dari hidung atau mulut seseorang yang terinfeksi. Virus berpindah ketika droplet pindah ke tangan atau permukaan lainnya.

Mencuci tangan dengan air hangat dan sabun terbukti efektif menyingkirkan droplet sekaligus membunuh virus dari tangan kita. Langkah-langkah sanitasi ini efektif untuk menonaktifkan virus pada tangan dan permukaan lainnya.

Sebelum pandemi ini, banyak orang yang mencuci tangan mereka dengan cara yang salah. Riset yang dilakukan di Inggris menunjukkan bahwa hanya 32 persen pria dan 64 persen wanita yang mencuci tangan mereka setelah menggunakan toilet umum.

Dan hasil survei terbaru yang dilakukan pada bulan Maret 2020 menunjukkan bahwa 83 persen dari orang-orang yang disurvei kini lebih teratur dalam mencuci tangan mereka.

Walaupun belum diketahui secara pasti, apakah setiap orang mencuci tangan selama 20 detik seperti yang direkomendasikan. Dan jika persentase tersebut benar-benar mewakili populasi di seluruh Inggris, bisa jadi kebiasaan ini juga akan menurunkan angka penularan flu di sana.

Penutupan sekolah

Kelompok tertentu pada populasi memiliki kecenderungan untuk lebih mudah terinfeksi dari kelompok lainnya. Kadangkala tanpa alasan yang jelas, atau disebabkan oleh faktor-faktor lainnya, misalnya memiliki penyakit diabetes atau jantung, yang membuat kelompok ini rentan terkena infeksi.

Untuk penyakit flu, anak-anak sekolah selama ini diidentifikasi sebagai sub-kelompok yang rentan. Dan setiap kali terjadi wabah, persentase infeksi terbanyak berasal dari kelompok ini. Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, antara lain rendahnya imunitas pada anak-anak dan besarnya kemungkinan terjadinya penularan di lingkungan sekolah.

Penutupan sekolah secara luas hampir di semua negara dimaksudkan untuk memperlambat penyebaran virus corona, agar anak-anak selalu berada di rumah. Dan langkah ini juga bisa membatasi penularan semua jenis penyakit flu.

Social distancing

Faktor-faktor lainnya yang juga mempercepat penyebaran flu adalah bagaimana orang-orang melakukan kontak dekat dengan orang yang telah terinfeksi. Berdasarkan sebuah penelitian, seorang penderita flu bisa menyebarkan droplet yang terinfeksi hingga jarak 1,8-meter ketika batuk, bersin dan berbicara.

Dan setelah COVID-19 mulai menyebar, otoritas Kesehatan mulai mengampanyekan social distancing. Melarang semua kegiatan pengumpulan massa dan menganjurkan setiap orang untuk berada di rumah, hanya melakukan perjalanan untuk keperluan yang sangat penting. Sebagian kantor-kantor melakukan kegiatannya dari jarak jauh. Dan setiap orang diminta untuk berada pada jarak sekitar 2-meter satu sama lain ketika berada di luar rumah.

Semua ini bisa mengurangi potensi penyebaran penyakit pada skala besar, termasuk juga penyakit influenza yang juga menular dengan cara yang sama.

Untuk bisa mengetahui siapa yang telah terinfeksi tidaklah mudah, karena gejala penyakit flu mirip dengan gejala penyakit infeksi lainnya. Dan hanya pada mereka yang datang ke fasilitas kesehatan dengan gejala flu yang terhitung sebagai penderita flu.

Pada minggu kedua bulan Februari 2020, dilaporkan telah terjadi penurunan kasus penyakit flu di Jepang hingga 60 persen dibandingkan pada minggu yang sama di tahun 2019.

Laporan mingguan dari Public Health England dan European Centre for Disease Control and Prevention juga melaporkan penurunan kasus influenza pada periode yang sama dibandingkan tahun sebelumnya.

Kita bisa melakukan langkah terbaik kita untuk mencegah penularan COVID-19 dan flu dengan mengikuti petunjuk pemerintah. Dengan begitu, kita bisa membantu penyebaran jenis-jenis virus lainnya yang memang sudah disekitar kita.