BAGIKAN
Credit: Zoltan Tasi / Unsplash

130 tahun yang lalu, di antara perbukitan di wilayah kesultanan Ottoman, seseorang bernasib buruk lalu menemui ajalnya. Sebuah penelitian mengklaim telah menemukan bukti yang menyebutkan penyebab kematian orang tersebut adalah akibat jatuhnya meteor di sekitar wilayah tersebut.

Dokumen ini, menurut para peneliti, adalah adalah bukti pertama yang membuktikan tewasnya seorang pria akibat meteor jatuh. Dan bisa jadi ada dokumen lainnya yang menjelaskan peristiwa ini, menunggu untuk ditemukan.

Sebelumnya, telah ada banyak klaim tentang peristiwa kematian akibat jatuhnya meteor yang tidak bisa dibuktikan, dan riset terbaru ini berhasil mengungkap dokumen-dokumen yang merupakan bentuk pencatatan paling awal tentang kematian akibat jatuhnya benda langit.  Dan sayangnya, riset ini gagal menyajikan bukti yang meyakinkan dari sebuah kasus kematian pertama seseorang akibat jatuhnya meteor. Tetapi setidaknya riset ini berhasil menyatukan kembali sebuah kisah yang menarik.



Dilaporkan dalam jurnal Meteorit & Planetary Science, tim peneliti dari Ege University di Turki berhasil menerjemahkan dokumen kuno yang menuliskan peristiwa jatuhnya sebuah meteor yang menewaskan seorang pria dan cedera yang menyebabkan kelumpuhan pada korban lainnya pada tanggal 22 Agustus 1888, di Sulaymaniyah, Irak.

Para peneliti berhasil merangkai kisah menarik yang dari dokumen-dokumen kuno yang tersimpan di Direktorat Jenderal Arsip Negara Kepresidenan Republik Turki. Kesultanan Ottoman yang berpusat di Konstantinopel, pada masa keemasannya pernah menguasai wilayah-wilayah di tenggara benua Eropa, Afrika Utara, dan Asia Barat, termasuk kota Sulaymaniyah Irak.

Di dalam dokumen tersebut, para peneliti menemukan tiga buah manuskrip kuno yang ditulis dalam bahasa Turki Ottoman, ditujukan kepada Sultan Kesultanan Ottoman berisi rincian peristiwa jatuhnya meteor pada tanggal 22 Agustus 1888. Otoritas setempat melaporkan terlihatnya bola api di atas langit sebuah desa kecil yang secara geografis kini berada di wilayah Irak. Digambarkan batuan meteorit tersebut jatuh dari langit seperti hujan selama kurang lebih 10 menit, menyebabkan kematian seorang pria yang tidak disebutkan namanya, serta cedera yang menyebabkan kelumpuhan pada korban lainnya.

Walaupun sangat sulit untuk menemukan lokasi yang pasti, para peneliti meyakini bahwa peristiwa jatuhnya meteor terlihat di sekitar wilayah pemukiman Gulambar dan Sercinar.



Juga sangat sulit untuk memastikan ketinggian, kecepatan dari meteor tersebut. Tetapi berdasarkan lokasi desa dimana meteor tersebut terlihat, para peneliti memperkirakan meteorit tersebut jatuh dari arah tenggara sebelum akhirnya reruntuhannya jatuh menimpa perbukitan berbentuk piramid di Sulaymaniyah.

Pada saat itu, sekitar pukul 19.30 di malam hari, cahaya yang sangat terang disertai asap terlihat meluncur cepat menuju bumi, sebelum akhirnya membentuk bola api di perbukitan dekat Sulaymaniyah. Penduduk setempat melaporkan tanaman dan tanah pertanian mereka menjadi rusak karena peristiwa tersebut.

Pada laporan penelitiannya, para peneliti menuliskan, ”Sebagai konsekuensi atas peristiwa ini, satu orang tewas pada saat itu dan korban-korban lainnya luka parah hingga lumpuh.” Sayangnya para peneliti tidak menyajikan teks asli yang menyatakan adanya kematian akibat peristiwa tersebut demikian juga rincian adanya korban tewas dan terluka parah.

Para peneliti melakukan riset hanya berdasarkan pernyataan yang tertulis dalam manuskrip kuno, dan tidak dianggap sebagai sebuah bentuk konfirmasi ilmiah tentang kematian seseorang karena tertimpa meteor atau reruntuhan sebuah meteor. Dan sebelumnya, telah banyak laporan yang menjelaskan tentang peristiwa ini, dan belum ada satupun yang terbukti kebenarannya. Namun tim peneliti cukup meyakini hasil riset mereka.

“Dokumen ini adalah yang pertama yang menuliskan peristiwa jatuhnya meteor yang menewaskan seorang pria.” Dan berdasarkan fakta bahwa dokumen ini berasal dari dokumen resmi pemerintahan yang berkuasa pada masa itu dan dilaporkan oleh otoritas setempat, bahkan oleh Perdana Menteri kesultanan Ottoman sendiri, kami tidak meragukan kebenaran peristiwa ini,” demikian tim peneliti menuliskan dalam laporan mereka.