BAGIKAN
Branimir Balogović / Unsplash

Lebih dari seminggu ini kita dibanjiri bermacam-macam informasi mengenai virus corona baru, termasuk juga informasi yang menyebutkan bahwa virus corona baru bisa hidup selama 24 jam di atas permukaan kertas karton, dan hingga tiga hari pada permukaan plastik dan stainless steel.

Faktanya memang demikian, tetapi detilnya tidaklah sesederhana itu, bahkan sangat kompleks, menurut para ilmuwan yang mempublikasikan hasil riset mereka tentang masalah ini pada hari Selasa lalu di New England Journal of Medicine.

Riset para ilmuwan ini didasarkan pada “half-life’ virus, yaitu waktu yang diperlukan oleh virus untuk berkurang setengah dari jumlah semula, atau berapa waktu yang diperlukan oleh mikroba pada sebuah sampel untuk bertahan hidup.

Ketika para ilmuwan menempatkan droplet yang mengandung virus di atas permukaan plastik, mereka menemukan bahwa setengah dari jumlah virus yang ada telah mati setelah tujuh jam. Setengahnya lagi akan mati tujuh jam kemudian, dan begitu seterusnya. Dan pada akhir hari kedua, hanya tertinggal kurang dari 1/100 dari jumlah virus semula, dan setelah tiga hari sisa virus yang ada sudah tidak terdeteksi.

Untuk permukaan stainless steel, umur dari virus untuk bertahan hidup adalah lima atau enam jam, dan pada kertas karton waktunya lebih singkat, yaitu kurang dari empat jam.

Jenis material dimana pada permukaannya virus bisa hidup dalam waktu paling singkat adalah tembaga, yang telah lama dikenal sebagai bahan antimikroba. Ketika droplet virus ditempatkan diatas permukaan logam kemerahan tersebut, setengah dari jumlah virus awal akan menghilang dalam waktu 45 menit.

Jadi yang harus diperhatikan adalah berapa banyak jumlah virus ketika pertama kali mengenai permukaan material, kata peneliti dari Princeton University, Dylan H. Morris, yang juga salah satu penulis artikel penelitian ini. Semakin banyak jumlah virus yang tersimpan pada permukaan, semakin besar pula jumlah virus yang tertinggal ketika setengah dari jumlahnya telah mati.

“Waktu yang pasti hingga virus tidak terdeteksi lagi tergantung pada berapa jumlah virus pada awalnya ditempatkan di sana,” kata Morris.

Penemuan ini tentunya bisa melegakan mereka yang sebelumnya khawatir untuk menyentuh surat-surat mereka, kata Gregory A. Poland, seorang peneliti vaksin di Mayo Clinic , Rochester, yang tidak terlibat pada penelitian ini.

Jadi, semakin kecil paparannya terhadap virus, semakin kecil kemungkinan akan menyebabkan infeksi ketika tersentuh, kata Poland. Dan ketika virus terpapar cahaya matahari dan temperatur panas, seperti pada surat-surat yang disampaikan pada kita, kemungkinan waktu hidup virus akan lebih singkat dari yang ditemukan pada ilmuwan ketika melakukan eksperimen di dalam ruangan.

Faktanya, ketika anda mendeteksi sebuah virus pada permukaan material tertentu, tidak berarti virus tersebut akan menyebabkan terjadinya infeksi.

Walaupun begitu, tidak ada salahnya bagi anda untuk selalu mencuci tangan setelah mengambil belanjaan anda dari dalam tas, setelah membuka surat-surat, atau membaca koran. Sabun dan air terbukti efektif menyingkirkan virus dari permukaan kulit anda.

Morris dan rekan-rekan peneliti juga membandingkan kemampuan bertahan hidup virus corona baru pada berbagai permukaan dengan jenis coronavirus lainnya – antara lain virus yang menjadi penyebab epidemi SARS pada tahun 2002 hingga 2003. Dan hasilnya ternyata hampir sama, walaupun virus SARS lebih cepat mati daripada virus corona baru pada permukaan kertas karton.

Tim peneliti, yang didalamnya terdapat anggota dari National institute of Health, pusat pengendalian dan pencegahan penyakit AS (CDC) dan UCLA, berencana untuk melakukan penelitian lanjutan: analisis daya tahan virus corona pada berbagai tingkatan temperatur dan kelembaban, dan membandingkannya dengan virus flu.

Morris berharap hasil penelitian ini bisa menambah pemahaman banyak orang, terutama untuk petugas di rumah sakit, agar bisa membantu mereka dalam menyusun langkah-langkah keselamatan lingkungan disana.