BAGIKAN
[d'Errico / doyon]

Dua fragmen tulang binatang yang dihiasi ukiran abstrak telah ditemukan di Tiongkok. Tulang Ini diperkirakan berasal dari 1250.00 tahun yang lalu. Goresan pada salah satu tulang ini menggunakan oker, memberikan bukti untuk pertama kalinya bahwa ukiran oker dibuat untuk tujuan simbolis oleh hominin Pleistosen Akhir di Asia Timur.

Meskipun saat ini belum diketahui secara pasti, tetapi para peneliti percaya bahwa Denisovan sebagai hominin dibalik karya seni ini yang telah melakukannya. Tulang-tulang itu ditemukan di Lingjing, Provinsi Henan, Cina utara, pada sebuah lapisan batu yang sama dengan sebelumnya, dimana ditemukan dua fragmen tengkorak hominin – masih belum diketahui berasal dari spesies manusia purba apa, tetapi banyak yang berpendapat bahwa mereka adalah Denisovan.

“Semakin banyak bukti genetik menunjukkan bahwa itu Denisovans, dan pada tingkat yang lebih rendah, Neanderthal, menduduki sebagian besar Asia Timur sebelum kedatangan manusia modern,” Profesor Francesco d’Errico dari University of Bordeaux mengatakan kepada IFLScience. “Tengkorak yang ditemukan di Lingjing pada lapisan yang sama dengan tempat ukiran itu ditemukan adalah hominin purba tanpa fitur Neanderthal. Kemungkinan besar bahwa dia adalah seorang Denisovan.”

Keluarga Denisovan merupakan sesama anggota genus Homo dan baru ditemukan pada tahun 2010 dari potongan tulang yang ditemukan di Siberia. Kita masih belum tahu secara dalam tentang hominin misterius ini, hanya beberapa fragmen tulang dan gigi. Namun, kita tahu bahwa mereka kawin dengan leluhur kita dan tanda-tanda kawin campur ini dapat dilihat pada orang-orang saat ini.

Jika karya seni itu dibuat oleh kelompok Denisovan, maka itu merupakan contoh karya seni Denisovan tertua, mengingat perhiasan kuno sebelumnya yang dikaitkan dengan kelompok hominin ini hanya berusia 40.000 tahun.

Sering diasumsikan bahwa Homo sapiens lebih maju secara kognitif daripada manusia purba lainnya yang hidup ribuan tahun yang lalu. Namun, jika tulang yang baru ditemukan didekorasi oleh Denisovans, itu berarti bahwa manusia purba ini memiliki otak yang cukup kompleks untuk menggunakan desain abstrak untuk menampilkan informasi. Para peneliti yakin etsa dibuat dengan sengaja, tetapi kita tidak dapat mengetahui informasi apa yang mereka sampaikan melalui dekorasi ukiran tersebut.

[d’Errico / doyon]Tim mencatat bahwa goresan-goresan yang tertinggal pada tulang, sama sekali bukan sebagai jejak akibat dari proses pemotongan daging, karena garis-garis tersebut telah dibuat secara hati-hati pada sebuah tulang yang telah lapuk dan tidak segar lagi. Bahkan beberapa garis di antaranya dibentuk oleh beberapa goresan untuk membuatnya terkesan lebih menonjol. Sementara itu, penerapan oker sebagai pewarna untuk memunculkan penandaan yang telah dibuat, juga menunjukkan sebuah desain yang sengaja dibuat, bukan sekadar akibat dari pemotongan daging yang mungkin pernah melekat dan membungkus tulang tersebut.

Temuan ini, yang diterbitkan di Antiquity, sangat penting karena dapat menunjukkan manusia purba yang pernah tinggal di China mampu berpikir abstrak lebih dari 100.000 tahun yang lalu. Banyak ilmuwan berpendapat bahwa spesies kita hanya berevolusi di Afrika sebelum menyebar antara 60.000 hingga 80.000 tahun yang lalu. Namun, ilmuwan lainnya percaya bahwa banyak kelompok Homo sapiens berevolusi dari manusia purba di Afrika dan Eurasia.

“Ukiran-ukiran ini mendukung sebuah skenario di mana produksi dari inovasi budaya utama sebagian atau seluruhnya terputus dari afiliasi taksonomi populasi yang menghasilkannya,” jelas d’Errico. “Skenario ini mensyaratkan bahwa tidak ada ‘sebelum’ dan ‘setelah’ dalam evolusi kognitif manusia tetapi lebih dari beberapa langkah yang dilintasi pada waktu yang berbeda oleh populasi yang berkembang dalam lintasan regional yang berbeda.”