BAGIKAN
Photo by Kaspars Upmanis on Unsplash

Berdasarkan analisis terhadap sampel air limbah di Barcelona yang telah dikumpulkan pada tanggal 12 Maret 2019, terdeteksi keberadaan virus corona penyebab COVID-19. Ini artinya virus telah menyebar di Barcelona sembilan bulan lebih cepat dibandingkan dengan laporan pertama penyebarannya di Wuhan. Menandakan bahwa penyakit ini mungkin telah muncul jauh lebih awal dari yang telah diperkirakan.

Mereka pertama kali menemukan virus itu hadir di Barcelona pada 15 Januari 2020, 41 hari sebelum pengumuman kasus pertama COVID-19, yang diumumkan pada 25 Februari.

Para peneliti dari Universitas Barcelona melaporkan hasil temuannya yang diterbitkan dalam arsip medRxiv untuk dilakukan peer review.

Meskipun COVID-19 adalah penyakit pernapasan, para peneliti membuktikan ada sejumlah besar genom coronavirus di dalam tinja yang mencapai air limbah. Situasi ini menjadikan epidemiologi berbasis air limbah sebagai alat yang berpotensi untuk pendeteksian secara dini bagaimana sirkulasi virus menyebar di antara populasi.

Awalnya, sebagai bagian dari proyek pengawasan terhadap pandemi, tim dari Universitas Barcelona melakukan pengujian terhadap sampel air limbah sejak pertengahan April tahun ini. Tujuannya untuk mengidentifikasi bagaimana potensi dari suatu wabah baru menjangkit masyarakat. Mereka akhirnya memutuskan untuk melakukan tes juga pada sampel-sampel dari air limbah yang lebih lama, beberapa bulan sebelumnya.

“Tingkat genom SARS-CoV-2 bertepatan dengan evolusi kasus COVID-19 dalam populasi”, catat Albert Bosch, profesor di Fakultas Biologi UB dan koordinator penelitian.

Menurut para peneliti, hasil ini menunjukkan validitas pengawasan air limbah untuk mengantisipasi kasus, khususnya mengingat kontribusi signifikan dari pembawa asimtomatik dan pra-gejala dalam penyebaran virus.

Para peneliti menganalisis beberapa sampel beku antara Januari 2018 hingga Desember 2019, dengan hasil mengejutkan berupa temuan genom SARS-CoV-2 pada Maret 2019, sebelum muncul pemberitaan tentang kasus COVID-19 di dunia.

“Semua sampel tentang keberadaan genom SARS-CoV-2 adalah negatif kecuali untuk 12 Maret 2019, di mana tingkat SARS-CoV-2 rendah tetapi positif, menggunakan dua target yang berbeda”, kata peneliti dalam sebuah pernyataan.

Dr Joan Ramon Villalbi dari Masyarakat Spanyol untuk Kesehatan Masyarakat dan Administrasi Sanitasi mengatakan kepada Reuters bahwa masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan yang pasti.

“Ketika itu hanya satu hasil, Anda selalu menginginkan lebih banyak datanya, lebih banyak penelitiannya, lebih banyak sampelnya untuk mengonfirmasi dan mengesampingkan kesalahan laboratorium atau masalah metodologis,” katanya.

Ada potensi kesalahan positif karena kesamaan virus dengan infeksi pernapasan lainnya. “Tapi itu pasti menarik, perkiraannya” kata Villalbi.

“Barcelona menerima banyak pengunjung baik untuk alasan turis maupun profesional, – menerus Bosch –, dan dimungkinkan untuk situasi serupa terjadi di bagian lain dunia, dan karena sebagian besar kasus COVID-19 menunjukkan gejala yang mirip dengan flu, kasus-kasus yang tidak terdiagnosis itu bisa disamarkan sebagai flu”  kata Bosch.

Sebelumnya para ilmuwan Italia mengatakan bahwa air limbah dari Milan dan Turin yang diambil pada bulan Desember 2019 berisi jejak virus corona, jauh sebelum kasus terkonfirmasi pertama di negara itu. Menambah bukti dari negara lain bahwa virus corona baru, mungkin telah menyebar jauh lebih awal dari yang telah diperkirakan.