BAGIKAN
(Fusion Medical Animation/Unsplash)

Wabah COVID-19 telah menjadi menyebar hampir di seluruh dunia. Pandemi yang memaksa pemerintah beberapa negara untuk melakukan lockdown di wilayahnya untuk mengurangi penyebaran, terjadi wabah pneumonia yang mematikan dan menyebabkan warga dunia ketakutan. Para ilmuwan bekerja keras melakukan penelitian untuk memastikan asal dari virus corona baru ini.

Untuk saat ini, para ilmuwan belum menemukan semua jawabannya, termasuk untuk pertanyaan apakah virus ini benar-benar berasal dari hewan. Dan sebuah analisis terbaru menyangkal teori konspirasi yang mengklaim virus corona adalah hasil rekayasa manusia di laboratorium.

Beberapa penelitian berusaha mengungkap asal dari virus corona baru ini. Salah satu skenario memperkirakan virus ini mungkin telah ada pada populasi manusia dan tidak membahayakan selama beberapa waktu, sebelum akhirnya menjadi menjadi penyebab pandemi yang mengancam kemanusiaan.

“Ada kemungkinan progenitor (leluhur) dari virus SARS-CoV-2 ini telah lama berpindah pada manusia, beradaptasi ketika berpindah antar manusia tanpa terdeteksi,” tim peneliti dari AS, inggris dan Australia menuliskan dalam laporan penelitian mereka.

“Setelah virus mampu beradaptasi pada manusia, wabah COVID-19 dimulai, dan kemudian terjadi endemik di banyak tempat.”

Para peneliti menganalisis data genom dari virus SARS-CoV-2 dan virus corona jenis lainnya, dan menemukan bahwa bagian reseptor-binding domain (RBD) pada tonjolan protein dari virus SARS-CoV-2 sangat efektif dalam mengikatkan dirinya pada sel-sel manusia, dan mungkin saja kemampuan ini terbentuk oleh seleksi alam.

“Dengan membandingkan data hasil sekuens genome dari jenis virus corona yang ada, kami bisa mengetahui bahwa virus SARS-CoV-2 terbentuk dari proses alami,” kata salah satu peneliti, ahli imunologi Kristian Andersen dari Scripps Research.

“Dua buah karakteristik dari virus, mutasi pada bagian RBD dari tonjolan protein virus dan backbone virus yang spesifik, mengesampingkan teori yang menyebutkan virus SARS-CoV-2 in adalah hasil manipulasi di lab.

Dan setelah mereka berhasil mengesampingkan teori rekayasa laboratorium, tim peneliti menyelidiki dua teori lainnya tentang virus ini. Pertama, bahwa terjadi proses seleksi alam pada hewan yang menjadi inang virus sebelum virus ini berpindah pada manusia. Dan tim peneliti menjelaskan bahwa walaupun virus corona yang ditemukan pada kelelawar dan trenggiling memiliki kesamaan genom, tidak ada diantara keduanya memiliki karakteristik yang persis sama dengan virus SARS-CoV-2.

“Dan pada virus corona yang ditemukan pada hewan, tidak ada yang teridentifikasi sebagai progenitor (leluhur) langsung dari virus SARS-CoV-2. Keberagaman jenis virus corona pada kelelawar dan spesies lainnya menyebabkan kami belum bisa melakukan penelitian terhadap keseluruhan jenis virus ini.” 

Dan hipotesis kedua yang menyebutkan bahwa proses seleksi alami terjadi setelah virus berpindah dari inang hewan ke manusia.

Skenario kedua yang menyebutkan bahwa virus corona baru ini berpindah dari hewan ke manusia sebelum memiliki kemampuan menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada manusia,” direktur dari National Institute of Health, Francis Collins menjelaskan dalam blog NIH.

“Kemudian, sebagai hasil dari perubahan evolusioner bertahap selama beberapa tahun atau mungkin beberapa dekade, virus ini akhirnya memiliki kemampuan untuk menyebar dari manusia ke manusia dan menyebabkan penyakit yang serius dan mematikan bagi manusia.”

Walaupun kita masih belum mengetahui yang mana dari kedua hipotesis ini yang benar, para peneliti mengatakan bahwa masih dibutuhkan banyak bukti untuk menentukannya. Dan kita harus menunggu hingga semua penelitian tentang virus ini selesai dilakukan.

Untuk saat ini, yang harus kita lakukan adalah mencuci tangan, tinggal di rumah dan ikut membantu semampu kita.

Korespondensi ini telah dipublikasikan dalam Nature Medicine.