Suplai vaksin virus corona secara global yang kini masih dalam tahap pengembangkan oleh Oxford University yang diproduksi oleh AstraZeneca dikabarkan akan menggandakan kapasitas produksi hingga 2 milyar dosis vaksin setelah mendapat pendanaan sebesar $US 750 juta dari Bill and Melinda Gates Foundation.
Astrazeneca mengumumkan pada hari Kamis lalu bahwa mereka telah menandatangani perjanjian bersama dengan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) dan Gavi Vaccine Alliance untuk mensuplai vaksin COVID-19 ke seluruh dunia.
Perusahaan ini berkomitmen untuk memproduksi secara massal vaksin yang hingga kini belum terbukti keefektifannya, sebuah langkah yang tidak biasa yang dilakukan untuk mempersingkat tahapan dalam pengembangan sebuah vaksin baru hingga bisa diproduksi.
Baik CEPI maupun Gavi, keduanya memberi bantuan dana kepada Bill and Melinda Gates Foundation dan Organisasi Kesehatan dunia – WHO. Perjanjian kerjasama bernilai $US 750 juta dengan CEPI dan Gavi akan mendanai biaya produksi, pengadaan dan distribusi untuk menghasilkan 300 juta dosis dari target 2 milyar dosis.
Dalam perjanjian tersebut juga disebutkan bahwa AstraZeneca akan melakukan kerjasama lisensi dengan Serum institute of India (SII), produsen vaksin dengan volume terbesar di dunia untuk memproduksi 1 milyar dosis vaksin yang diperuntukkan bagi negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah.
Perjanjian ini juga menyertakan komitmen untuk menyediakan 400 juta dosis hingga akhir tahun 2020.
Dan seperti yang dilansir oleh BBC, AstraZeneca mengumumkan telah memproduksi 1 juta dosis vaksin pada akhir bulan lalu.
300 juta dosis vaksin yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan Amerika Serikat dan 100 juta dosis untuk Inggris Raya. Jika trial klinis dari vaksin ini berhasil, dosis pertama akan siap pada bulan September tahun ini.
Dalam sebuah pernyataan, Chief Executive AstraZeneca Pascal Soriot mengatakan: “Kami bekerja keras untuk memenuhi komitmen kami untuk memastikan pendistribusian vaksin Oxford ini secara luas dan merata ke seluruh dunia tanpa profit.”
Dan masih belum jelas hingga kini apakah vaksin ini, yang diberi nama AZD 1222, benar- benar dapat bekerja. Soriot mengatakan pada BBC bahwa perusahaan mereka akan mengetahui tentang hal ini pada bulan Agustus nanti.
Richard Hatchett Chief Executive dari CEPI mengakui adanya “risiko substansial” ketika berinvestasi dalam manufakturing sebuah produk yang mungkin tidak akan bisa didistribusikan, demikian Guardian melaporkan.
The Jenner Institute dan the Oxford Vaccine group mulai mengembangkan kandidat vaksin COVID-19 di bulan Januari, dan pada fase awal dilakukan trial klinis pada 160 orang relawan sehat yang berusia antara 18-55 tahun.
Vaksin Oxford, merupakan satu diantara banyak vaksin yang tengah dikembangkan ilmuwan untuk melawan pandemi COVID-19 dan yang pertama mencapai fase trial klinis, setelah sebelumnya menemui kegagalan dalam tahapan trial pada hewan.
Setelah melalui tahapan riset yang panjang, vaksin ini kembali menjalani tahapan trial klinis di Brazil, negara dengan jumlah kasus positif COVID-19 terbanyak kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Dan untuk penelitian terbaru, para peneliti merencanakan untuk melakukan trial klinis vaksin pada 1000 orang relawan dewasa yang belum pernah terinfeksi COVID-19 di Inggris.
Dan untuk mempercepat penelitian vaksin ini, para peneliti akan melakukan fase I dan II trial klinis secara bersamaan. Dan tahapan akhir trial klinis akan segera dilakukan di beberapa negara, demikian pernyataan AstraZeneca.