Di pusat lautan Pasifik selatan, terdapat sebuah tempat yang sangat jauh dari daratan dan sangat sulit dijangkau oleh siapapun yang ada di bumi ini. Dan lautan di sana sangat jauh berbeda dari lautan manapun di seluruh penjuru Bumi.
Lautan yang terletak di jantung pusaran Pasifik Selatan (South Pacific Gyre/ SPG), yang merupakan titik di samudera yang tidak dapat diakses manusia: titik samudera paling jauh dan ekstrim atau disebut dengan titik Nemo. Lokasi ini juga dikenal sebagai lokasi kuburan pesawat angkasa, karena sejak tahun 1971 badan antariksa dari beberapa negara telah membuang sekitar 263 pesawat angkasa di lokasi tersebut.
Pusaran Pasifik Selatan memiliki luas hingga 10 persen dari keseluruhan permukaan samudera, merupakan yang terbesar dari lima sistem arus lingkar terbesar di Bumi, yang dalam ilmu biologi laut disebut dengan istilah “gurun”.
Ada lima pusaran besar di samudera: Atlantik Utara. Atlantik Selatan, Pasifik Utara, Hindia dan Pasifik Selatan. (©NOAA)
Di wilayah tersebut, baik pada permukaan ataupun pada bagian dasar lautannya, diketahui hanya sedikit mikroorganisme yang dapat hidup di sana. Kondisi tersebut disebabkan oleh jaraknya yang sangat jauh dari daratan (dimana sumber nutrisi berasal), arus air yang mengalir berputar memisahkan pusat pusaran tersebut dari bagian lainnya di samudera, dan tingkat radiasi UV pada area ini sangat tinggi.
Hingga kini belum diketahui dengan pasti seperti apa bentuk kehidupan yang mendiami wilayah pusaran pasifik selatan ini, sebagian besar disebabkan karena sulitnya melakukan penelitian di wilayah gurun samudera ini. Selain karena lokasinya yang sangat terpencil, juga karena wilayahnya yang cukup luas, sekitar 37 juta kilometer persegi (14 juta mil persegi).
Penemuan ini telah dipublikasikan dalam Enviromental Microbiology.
Walaupun medan yang dihadapi sangat ekstrim, sebuah tim riset internasional berhasil menemukan apa yang para ilmuwan sebut dengan pemandangan menakjubkan dari makhluk-makhluk mikroba yang hidup di perairan tersebut.
Dalam sebuah ekspedisi selama 6 minggu dengan menggunakan kapal riset Jerman bernama FS Sonne dari bulan Desember 2015 hingga Januari 2016, tim peneliti yang dipimpin oleh Max Planck Institute for Marine Microbiology berlayar sejauh 7.000 kilometer (4.350 mil) melewati wilayah pusaran Pasifik Selatan, dari Chile hingga New Zealand.
Selama perjalanan, mereka mengambil sampel populasi mikroba dari perairan terpencil tersebut pada kedalaman antara 20 hingga 5.000 meter ( 65 kaki hingga 16.400 kaki), menggunakan sebuah sistem analisis yang baru dikembangkan, yang memungkinkan para peneliti untuk mengidentifikasi sampel-sample organik dalam waktu 35 jam dalam perjalan tersebut.
(Max Planck Institute for Marine Microbiology/ Google Earth/NASA)
“Yang mengejutkan kami, sel-sel yang ditemukan di permukaan lautan Pasifik Selatan ternyata satu pertiga lebih sedikit dibandingkan dengan yang ada di pusaran samudera di Atlantik”’ kata Bernhard fuchs, ahli ekologi microbial, yang juga salah seorang anggota tim peneliti, pada bulan Juli 2019.
“Ini mungkin adalah jumlah sel paling sedikit yang pernah terukur di permukaan air samudera.”
Diantara mikroba-mikroba yang ditemukan oleh tim peneliti, ada 20 klad bakteri yang mendominasi perairan tersebut. Kebanyakan adalah organisme yang ditemukan oleh para ilmuwan di lokasi sistem pusaran lainnya, seperti SAR11, SAR 116, SAR86, Prochlorococcus dan masih banyak lagi.
Distribusi dari komunitas mikroba ini sangat bergantung pada kedalaman air, dan faktor-faktor lainnya, seperti perubahan temperatur air, konsentrasi nutrisi dalam air dan ketersediaan cahaya.
Salah satu populasi yang berhasil teridentifikasi, diberi nama AEGEAN-169, yang terdapat dalam jumlah sangat banyak di permukaan air di lokasi pusaran Pasifik Selatan, padahal dalam penelitian sebelumnya para peneliti hanya bisa menemukan pada kedalaman 500 meter.
“Hasil penemuan ini mengindikasikan terjadinya proses adaptasi menjadi perairan ultra oligotrofik (produktivitas biologi yang rendah) dengan tingkat radiasi matahari yang tinggi”, kata Greta Reintjes, ahli mikrobiologi, anggota dari tim peneliti.
Dan secara keseluruhan, hasil sampling yang dilakukan tim peneliti berhasil mengkonfirmasi wilayah perairan pusaran Pasifik Selatan sebagai “habitat ultra oligotrofik”, dimana rendahnya nutrisi di wilayah tersebut menghambat pertumbuhan organisme oligotrofik dan organisme dapat hidup di sana karena mampu beradaptasi dengan kondisi fisikokimia yang ekstrim.
Dengan kata lain, wilayah pusaran Pasifik Selatan belum bisa meruntuhkan reputasinya sebagai “gurun samudera”, tetapi ada sisi baik dari ketiadaan kehidupan di perairan tersebut, yaitu menjadikan wilayah tersebut sebagai lautan paling murni dari seluruh lautan di dunia.