BAGIKAN
[Freepik]

Tubuh manusia hanya membutuhkan sedikit sekali natrium untuk bisa berfungsi dengan baik dan biasanya didapatkan dari konsumsi garam (natrium klorida). Tetapi kini, pola makan banyak orang dinilai berlebihan dalam mengkonsumsi garam, sehingga berakibat dengan meningkatnya jumlah penderita penyakit kardiovaskuler di seluruh dunia.

Para profesional di bidang kesehatan terus berusaha mencari jalan keluar untuk menangkal masalah ini selama beberapa dekade, tetapi seringkali menghadapi beberapa masalah, termasuk di antaranya adalah hasil riset yang membingungkan tentang asupan garam yang boleh dikonsumsi setiap harinya. Dan hasilnya malah menyebabkan keraguan akan pentingnya mengurangi asupan garam.

Tetapi, hasil riset terakhir menemukan kelemahan dari riset-riset sebelumnya dan merekomendasikan untuk mengurangi asupan garam jauh dari yang selama ini direkomendasikan.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan setiap orang untuk mengkonsumsi kurang dari 5 gram perhari, tetapi konsumsi rata-rata global adalah 10 gram perhari. Kelebihan konsumsi garam menyebabkan peningkatan tekanan darah, yang akan berakibat pada meningkatnya resiko serangan jantung, gagal jantung dan stroke.

Beberapa hasil riset menunjukkan adanya hubungan antara asupan garam dan penyakit kardiovaskuler: ketika asupan garam meningkat, resiko penyakit kardiovaskuler dan kematian dini juga meningkat. Tetapi riset lainnya menemukan bahwa hubungan antara konsumsi garam dan penyakit-penyakit tersebut tidaklah linear.

Dari hasil riset mereka ditemukan bahwa konsumsi kurang dari 7,5 gram dan lebih dari 12,5 gram garam perhari bisa menyebabkan meningkatnya resiko penyakit kardiovaskuler dan kematian dini. Tetapi terdapat kelemahan dari metode riset mereka.

Kita mengeluarkan sebagian besar garam yang kita konsumsi (90 persen) melalui urin. Karena ada banyak metode dalam menghitung jumlah garam yang kita konsumsi setiap hari, yang sekarang ini dijadikan standar adalah dengan menampung urin setidaknya selama tiga kali tidak berturut-turut dalam periode 24 jam.

Walaupun cara ini dianggap yang paling akurat dalam mengukur asupan garam, tetapi juga yang paling mahal dan membutuhkan kerjasama antara partisipan dan peneliti.

Beberapa penelitian telah berhasil memperkirakan jumlah asupan garam menggunakan pengukuran urin sesaat. Dibandingkan dengan mengumpulkan urin selama 24 jam, metode ini lebih mudah dilakukan, lebih murah dan tidak merepotkan partisipan. Partisipan hanya perlu menyediakan sedikit sampel urin dan kemudian asupan garam harian bisa dihitung.

Hasil penelitian terbaru menyimpulkan bahwa hubungan antara asupan garam dan penyakit kardiovaskuler tidak linear jika menggunakan data dari pengukuran sampel urin sesaat. Pengukuran dengan metode ini dinilai tidak akurat untuk bisa mewakili jumlah asupan garam dalam periode waktu yang sangat singkat dan juga dipengaruhi oleh jumlah carian yang diminum oleh partisipan dan waktu pengambilan sampel.

Oleh karena itu, hasil pengukuran sampel urin sesaat dinilai tidak merefleksikan asupan garam seseorang setiap hari.

Kami menemukan bahwa dengan menghitung asupan garam dari sampel-sampel urin sesaat bisa merubah hubungan linear antara asupan garam dan angka kematian. Kami menganalisa data yang berasal dari Trials of Hypertension Prevention, dimana digunakan metode standar untuk mengukur asupan garam perhari ( dengan menampung urin selama 24 jam sebelum pengukuran) pada 3.000 orang dewasa yang terdiagnosa prehipertensi (tekanan darah antara normal sampai tinggi) selama periode antara 18 bulan hingga empat tahun.

Ketika kami menganalisa data tersebut, kami menemukan hubungan linear antara asupan garam dan resiko kematian dengan jumlah asupan garam hingga tiga gram perhari.

Dan untuk meniru metode penelitian sample urin sesaat, kami mengaplikasikan formula yang dikembangakan untuk sampel tersebut pada sampel urin yang ditampung  selama 24 jam.

Dan hasilnya menunjukkan hasil yang sama, adanya hubungan non-linear seperti yang kami laporkan sebelumnya.

Hasil ini mengartikan bahwa hasil riset sebelum ini memang bisa dijelaskan dengan metode yang mereka gunakan untuk memperkirakan asupan garam, tetapi hasil pengukuran sampel urin sesaat tidak bisa dianggap mewakili asupan garam harian seseorang dan juga terlihat bahwa formula yang mereka buat juga bermasalah.

Jadi, yang harus kita perhatikan adalah: mengurangi asupan garam akan menyelamatkan banyak jiwa, dan hasil temuan dari penelitian yang menggunakan metode yang kurang bisa dipercaya tidak bisa dipakai untuk merubah kebijakan kesehatan publik.

Dengan mengurangi asupan garam secara bertahap bagi keseluruhan populasi dunia, sebagaimana yang direkomendasikan oleh WHO mudah untuk dilaksanakan, murah, efektif dan merupakan strategi yang penting dalam untuk mencegah timbulnya penyakit-penyakit kardiovaskuler dan kasus-kasus kematian dini di seluruh dunia.

Hanya dengan mengurangi asupan garam akan berimbas pada meningkatnya kualitas kesehatan setiap orang di seluruh dunia.


Feng He, Professor of Global Health Research, Queen Mary University of London.

The Conversation