BAGIKAN
Caleb Woods / Unsplash

Tertawa pada manusia bisa dianggap sebagai sebuah misteri dalam kaitannya dengan evolusi. Tetapi, tertawa adalah indikasi dari suatu kesenangan yang menandakan kerja sama dan keramahan menurut para ahli. Dan sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa hewan lainnya juga bisa tertawa seperti manusia.

Para peneliti menyisir berbagai literatur ilmiah yang terkait dengan perilaku bersenang-senang pada hewan. Mereka mencari penyebutan berbagai sinyal tentang suara atau bunyi dari bersenang-senang, atau apapun yang mungkin bisa dianggap sebagai tawa.

Mereka menemukan bahwa suara dari perilaku kesenangan seperti itu didokumentasikan setidaknya pada 65 spesies. Daftar itu mencakup berbagai primata, sapi dan anjing peliharaan, rubah, anjing laut, dan luwak, serta tiga spesies burung, termasuk parkit dan burung murai Australia.

“Karya ini menjelaskan dengan baik bagaimana sebuah fenomena yang dulu dianggap manusia ternyata terkait erat dengan perilaku yang dimiliki oleh spesies yang terpisah dari manusia selama puluhan juta tahun,” kata Greg Bryant dari University of California, Los Angeles.

Para peneliti mencari berbagai informasi tentang apakah suara hewan yang terekam sebagai suara yang tidak beraturan atau berupa nada, keras atau pelan, bernada tinggi atau bernada rendah, pendek atau panjang, satu panggilan atau memilki pola ritmik — mencari fitur yang diketahui dari suara kesenangan.

Telah banyak dokumentasi yang tersedia terkait dengan bahasa tubuh berbasis permainan atau bersenang-senang di antara hewan. Sebagaimana yang dikenal sebagai “raut wajah bersenang-senang” pada primata atau “busur bermain” pada gigi taring, catat para peneliti.

Karena apa yang merupakan “kesenangan” di sebagian besar kerajaan hewan bersifat kasar dan dapat juga menyerupai perkelahian, suara bersenang-senang dapat membantu menekankan non-agresi selama momen fisik seperti itu, saran artikel tersebut.

“Saat kita tertawa, kita sering memberikan informasi kepada orang lain bahwa kita sedang bersenang-senang dan juga mengajak orang lain untuk bergabung,” kata Sasha Winkler yang juga dari University of California, Los Angeles.

“Beberapa ahli telah menyarankan bahwa jenis perilaku dari suara ini juga dialami oleh banyak hewan yang bermain (bersenang-senang), dan oleh karena itu, tertawa adalah versi manusia dari sinyal suara bersenang-senang yang sudah tua secara evolusioner.”

Sementara Winkler dan Bryant mengatakan bahwa pengamatan dan penelitian lebih lanjut tentang vokalisasi akan membuahkan hasil, mereka juga mencatat bahwa pengamatan semacam itu mungkin sulit didapatkan di alam liar, terutama untuk hewan yang suara kesenangannya mungkin lebih pelan.

Memperhatikan spesies lain dengan cara ini menjelaskan bentuk dan fungsi dari tertawa pada manusia, tulis para peneliti, dan membantu kita untuk lebih memahami evolusi perilaku sosial manusia.

Penelitian ini telah diterbitkan di jurnal Bioacoustics.