Istana Cipanas (Pengucapan : [Istana tʃipanas], yang berarti Istana Cipanas), adalah satu dari enam istana kepresidenan Republik Indonesia yang terletak di Cipanas, Jawa Barat, Indonesia di jalan raya yang menghubungkan antara Jakarta dan Bandung melalui Puncak. Terletak sekitar 103 kilometer dari Jakarta, atau sekitar 20 kilometer dari kota Cianjur. Istana Cipanas terletak di desa Cipanas di Kabupaten Cianjur, di kaki Gunung Gede di ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut. Bangunan ini berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 26 hektar, dengan luas bangunan sekitar 7.760 meter persegi.
S e j a r a h
Tempat tinggalnya yang megah ini dibangun oleh pemilik Belanda bernama Van Heots pada tahun 1740 selama pemerintahan Gubernur Jenderal Gustaaf Willem van Imhoff. Reputasi kawasan itu sendiri karena memiliki udara pegunungan yang bersih, segar dan sejuk, sehingga bangunan itu dijadikan tempat peristirahatan Gubernur Jenderal Belanda.
Villa Cipanas (sebelum menjadi Istana) juga merupakan tempat di mana van Imhoff meninggal pada tahun 1750, setelah sakit selama dua bulan. Tubuhnya dimakamkan di Tanah Abang, Jakarta dengan upacara militer penuh. Selain dikenal sebagai pembangun Istana Buitenzorg, rumah sakit Cisarua dan vila di Cipanas, Van Imhoff juga dikenal karena mendirikan layanan di Academie de Marine di Kalibesar Barat, di mana bangunan itu kemudian dinamai Red Store.
Komisaris Jenderal Leonard du Bus de Pietr Josef Gisignies juga senang mengunjungi istana ini untuk mandi belerang dan membawa sekretarisnya Sirardus Willem Carel van Graaf Hogendorp (1820-1841). Selama pemerintahan Herman Willem Daendels (1808-1811) dan Stamford Raffles (1811-1816) mereka mempekerjakan beberapa ratus orang yang ditugaskan untuk bekerja di peternakan apel, kebun bunga atau di pabrik penggilingan padi, selain untuk merawat sapi, domba dan kuda.
Istana Kepresidenan Cipanas juga berfungsi sebagai tempat tinggal Gubernur Jenderal Belanda dan keluarga mereka. Di antara mereka adalah Andries Cornelis Dirk de Graeff dan keluarga (1926 -1931), Bonifacius Cornelis de Jonge (1931), dan yang terakhir adalah Tjarda van Starkenborgh Stachouwer sesaat sebelum pendudukan Jepang di Hindia Belanda terjadi pada tahun 1942, di mana dia dan Keluarga kemudian diambil sebagai tahanan Jepang dan dipindahkan ke kamp Manchuria di Hsien di China.
Sukarno sering mengunjungi Istana Cipanas, terutama sebagai tempat untuk mendapatkan inspirasi dalam pidatonya, terutama pidato untuk peringatan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus. Cipanas yang damai dan suasananya sejuk seperti magnet yang menarik semua gagasan yang tersimpan di benak Sukarno ke atas kertas. Istana Cipanas juga merupakan tempat di mana Sukarno mengadakan upacara pernikahannya bersama Hartini pada tahun 1953.
Pada tahun 1954, Sukarno memerintahkan pengembangan studio jarak jauh di salah satu puncak bukit di dekat Istana Cipanas sebagai tempat untuk direnungkan. Puncak bukit dipilih karena merupakan titik di mana orang bisa melihat Gunung Gede di pagi hari dengan jelas, sebelum kabut menutupi puncaknya.
Istana Presiden Cipanas juga telah digunakan untuk acara penting dalam sejarah Republik Indonesia. Pada tanggal 13 Desember 1965, ruang makan di Gedung Utama digunakan oleh kabinet Sukarno untuk mengadakan pertemuan dalam membuat keputusan untuk mengubah nilai uang Indonesia dari Rp. 1.000 menjadi Rp 1.00 (Redenominasi) selama posisi administrasi ekonomi yang dipegang oleh Menteri Keuangan Frans Seda.
Sesuai dengan fungsinya, istana ini tidak digunakan untuk menerima tamu kecuali untuk acara-acara tertentu, seperti saat kunjungan Ratu Juliana dari Belanda ke Indonesia pada tahun 1971, di mana dia meluangkan waktu untuk berhenti di istana saat berkunjung ke Indonesia. Pada tanggal 14-17 April 1993, Istana Cipanas juga digunakan sebagai tempat pertemuan bagi faksi-faksi yang bertikai di Filipina atas prakarsa Presiden Soeharto. Menteri Luar Negeri Ali Alatas memimpin perundingan antara pemerintah Filipina dan kelompok MNLF (Front Pembebasan Nasional Moro) yang dipimpin oleh Nur Misuari. Semua delegasi tinggal di kompleks istana Cipanas.
Konstruksi
Istana ini awalnya dibangun sebagai tempat peristirahatan dan persinggahan selama Kolonial Belanda. Halaman terbagi menjadi dua area, yaitu kawasan taman istana dan kawasan hutan keraton. Sampai tahun 2001, Di kawasan hutan keraton ada 1.334 spesimen, 171 spesies, 132 genus (dari jumlah tersebut hanya 14 yang diketahui), dan 61 keluarga flora dan fauna teridentifikasi.
Istana Kepresidenan terdiri dari bangunan utama, enam paviliun, bangunan khusus, dan dua bangunan lainnya, salah satunya adalah sebagai waduk air panas dan satu lagi sebagai masjid.
Gedung induk, yang secara resmi disebut Gedung Induk Istana Kepresidenan Cipanas, berdiri di atas lahan seluas 982 meter persegi. Sesuai dengan namanya, bangunan ini merupakan bangunan terbesar bila dibandingkan dengan bangunan lain di kompleks istana. Bangunan utama digunakan oleh Presiden atau Wakil Presiden RI dan keluarga mereka untuk istirahat dan bersantai. Struktur asli bangunan utama dibangun dengan menggunakan kayu jati dan tiang-tiangnya.