BAGIKAN
Engin Akyurt/Unsplash

Saat ini, perhatian dunia terus tertuju pada SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19. Sementara itu, sejak beberapa dekade terakhir, telah ditemukan banyak jenis virus yang diketahui tidak hanya menginfeksi manusia, tetapi juga muncul secara musiman. 

Berdasarkan hasil sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Nature Medicine, disebutkan bahwa walaupun seseorang pernah terinfeksi virus corona, tidak ada jaminan bahwa ia tidak akan terinfeksi kembali.

Tim peneliti melakukan penelitian terhadap empat spesies virus corona musiman yang pernah muncul dalam 35 tahun terakhir, dan mereka menemukan bahwa reinfeksi dapat terjadi secara berkala, sekitar satu tahun semenjak serangan pertama.

Dan hasil penelitian ini menunjukkan pada kita tentang apa yang mungkin akan terjadi pada pandemi global ini. Dan mungkin harapan kita akan terbentuknya imunitas jangka panjang terhadap virus ini akan sirna.


Melansir ScienceAlert, tim peneliti menganalisis 513 sampel serum berasal dari tahun 1980 an dari 10 orang pria sehat yang tinggal di Amsterdam, dan para peneliti menemukan beberapa jejak antibodi yang berkaitan dengan virus-virus corona.

Setiap jejak antibodi yang ditemukan, menginterpretasikan terjadinya reinfeksi, dan dari empat jenis virus musiman yang mereka teliti, termasuk HCoV-NL63, HCoV-229E, HCoV-OC43, dan HCoV-HKU1. Tim peneliti menemukan setidaknya telah terjadi 17 kali infeksi pada setiap pasien.

Kasus-kasus reinfeksi, walaupun jarang terjadi, akan muncul sekitar enam bulan setelah infeksi pertama, dan kemudian akan muncul lagi satu tahun kemudian, mengindikasikan bahwa perlindungan imunitas hanya berlangsung dalam jangka waktu pendek.

Saat ini, baru ada sedikit kasus terkonfirmasi dari reinfeksi COVID-19, dan karena masih menjadi perdebatan dikalangan ilmuwan, masih terlalu dini untuk memastikan berapa lama perlindungan imunitas terhadap SARS-Cov-2 dapat bertahan.

Dengan melihat kasus-kasus infeksi virus-virus corona lainnya, mungkin kita bisa mendapatkan petunjuk yang terbaik tentang hal ini. Dan sayangnya, hasil penelitian selama 35 tahun ini menunjukkan bahwa imunitas terhadap infeksi virus corona hanya bersifat sementara, berjangka pendek. Dan para peneliti juga mengatakan bahwa reinfeksi mungkin akan menjadi karakteristik umum dari semua jenis virus corona yang menginfeksi manusia.

Penelitian ini berfokus pada kadar antibodi dalam darah yang menunjukkan bahwa pernah infeksi virus corona di masa lalu. Tetapi penelitian ini tidak bisa memastikan apakah setiap jejak antibodi yang terdeteksi menunjukkan terjadinya reinfeksi.

Penelitian ini juga menggunakan jumlah sampel dari partisipan yang kecil, masih dibutuhkan penelitian dengan skala besar untuk lebih memastikannya.

Para partisipan dites secara berkala, beberapa kali dalam satu tahun selama beberapa dekade, walaupun saat mereka merasa sehat. Dan ini cukup penting diketahui mengingat banyak orang yang terinfeksi virus corona tanpa menunjukkan gejala (asimptomatik), artinya mungkin kita telah melewatkan beberapa kali reinfeksi tanpa kita sadari.


Hasil penelitian terbaru, khususnya pada virus SARS-CoV-2, menunjukkan bahwa tingkat antibodi tertentu mulai menurun dalam 2 bulan pertama setelah terjadinya infeksi. Khususnya setelah timbulnya gejala-gejala ringan (seperti yang terjadi pada kebanyakan orang).

Dari sampel-sampel darah, yang dikumpulkan setiap 3 bulan sebelum 1989, dan setiap 6 bulan setelahnya, menunjukkan bahwa infeksi virus corona di kota Amsterdam selalu muncul setiap musim dingin.

Dalam tulisannya, para peneliti mengatakan : “Dalam penelitian kami, pada bulan Juni, Juli, Agustus dan September menunjukkan tingkat prevalensi terendah dari infeksi keempat musim virus corona. Dan terkonfirmasi naiknya tingkat prevalensi hingga tingkat tertinggi pada musim dingin di negara-negara beriklim sedang, dan kemungkinan akan terus terus terjadi setelah masa pandemi nanti.”

Dan hasil ini sama dengan hasil penelitian terhadap jenis virus corona lainnya, yang menunjukkan tingkat infeksi melambat di musim panas.

Dan apakah trend yang sama juga terjadi pada virus SARS-CoV-2, seperti halnya jenis virus corona lainnya, masih belum bisa dipastikan. Ada baiknya kita tidak berasumsi bahwa akan terbentuk imunitas jangka panjang dengan mengandalkan vaksin dan imunitas alami kita. Mungkin nantinya kita perlu melakukan vaksinasi secara berkala.