BAGIKAN
Pemandangan gundukan sampah Elusa. Credit: Guy Bar-Oz.

Penyelidikan arkeologis multidisiplin yang menggunakkan  gundukan sampah kuno di Gurun Negev sebagai salah satu sarana dan pendekatan untuk mengidentifikasi krisis sosial di wilayah kota Elusa pada periode Bizantium dan menunjukkan keruntuhan perkotaan tersebut satu abad sebelum transisi Islam.

Sebuah tim peneliti yang berafiliasi dengan beberapa institusi di Israel telah menemukan bukti yang menunjukkan bahwa perubahan iklim yang cepat mungkin menjadi salah satu faktor dari jatuhnya sebagian dari Kekaisaran Bizantium. Mereka telah menerbitkan makalahnya di Proceeding National Academy of Sciences.

Kekaisaran Bizantium yang disebut juga sebagai Kekaisaran Romawi Timur adalah wilayah timur Kekaisaran Romawi yang terutama berbahasa Yunani pada Abad Kuno dan Pertengahan. Kekaisaran ini berpusat di Konstantinopel, dan dikuasai oleh kaisar-kaisar yang merupakan pengganti kaisar Romawi kuno setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat.

Kekaisaran berakhir ketika direbut dan ditaklukkan oleh Ottoman pada tahun 1453. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Kekaisaran kehilangan kendali atas Levant (Syam) karena penaklukan Islam pada abad ketujuh. Dalam upaya terbarunya ini, para peneliti memperkirakan bahwa pihak pemenang kekuasaan mungkin telah mendapat sedikit bantuan dari Alam.

Kerang dari gundukan sampah Elusa. Credit: Guy Bar-Oz.

Para peneliti mencatat bahwa studi yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya tentang pemukiman kuno Elusa di Levant (sekarang di Israel) tidak dimulai dengan mempelajari tumpukan sampah berupa gundukan besar di mana dulunya berada di batas pemukiman. Penggalian kecil mengungkapkan bahwa gundukan itu tidak lebih dari tumpukan sampah yang telah terbentuk dari berbagai bahan yang dibuang oleh masyarakat Elusa.

Gabungan berbagai bukti dari survei, penggalian, sedimen, dan analisis GIS spasial, dan penanggalan radiokarbon dari gundukan sampah Elusa mengungkapkan keterhentian yang jelas dalam penumpukan sampah di sekitar pertengahan abad keenam Masehi. Data ini menunjukkan runtuhnya infrastruktur perkotaan era Bizantium.

Biji zaitun dari gundukan sampah Elusa. Credit: Guy Bar-Oz

Abad keenam Kekaisaran Bizantium timur telah dikaitkan dengan pergolakan iklim, pandemi, transformasi perkotaan, dan kerusuhan sosial dan politik internal, sebelum abad ke-19, periode pergolakan geopolitik awal abad ketujuh Masehi dengan Kekaisaran Sassanid, dan penaklukan bersejarah berikutnya atas Levant selatan oleh kekuatan Islam yang meningkat.

Para peneliti menggali sampai ke bagian bawah salah satu gundukan dan menemukan bahwa itu telah terbuat berlapis-lapis – ini menunjukkan bahwa pembuangan sampah telah terjadi sebagai bagian dari upaya bersama. Para peneliti menyarankan itu karena upaya pengumpulan sampah terorganisir.

Tetapi mereka juga menemukan sesuatu yang lain:  pengumpulan sampah yang terorganisir telah terhenti hampir seabad sebelum kemerosotan kota ini. Tapi kenapa?

Para peneliti menyarankan bahwa itu kemungkinan pertanda jika pemukiman telah jatuh pada masa-masa sulit. Jika itu masalahnya, apa yang menyebabkannya?

Penggalian di gundukan sampah Elusa. Credit: Guy Bar-Oz.

Penelitian lain menunjukkan bahwa zaman es kecil telah terjadi, mulai tahun 536 M, yang secara resmi disebut sebagai Zaman Es Kecil Akhir yang dipicu oleh letusan tiga buah gunung berapi dan mengisi langit dengan puing-puing begitu banyak sehingga sebagian besar Eropa dan Asia menjadi lebih dingin.

Ketika gunung berapi meletus, ia memuntahkan partikel sulfur, bismut, dan zat lain menuju atmosfir dan membentuk aerosol, di mana dapat bertahan selama dua hingga tiga tahun. Aerosol ini memblokir beberapa radiasi matahari yang masuk dan memantulkannya kembali ke angkasa, menyebabkan iklim menjadi lebih dingin dari yang seharusnya.

Awan misterius telah menerjang Eropa, Timur Tengah, dan sebagian Asia ke dalam kegelapan selama 18 bulan.

“Karena matahari memberikan terang tanpa kecerahannya, seperti bulan, sepanjang tahun,” seperti yang telah ditulis sejarawan Procopius dari Bizantium yang menggambarkan betapa suramnya kehidupan saat itu.

Dan itu menyebabkan kegagalan panen dan masa-masa sulit. Para peneliti mencatat bahwa ekspor utama Elusa pada saat itu adalah anggur Gaza, dan sementara produksi anggur tidak terpengaruh oleh zaman es yang kecil, ekspor ke pelanggan utama mungkin saja. Dengan pelanggan yang sudah lenyap, pemukiman Elusa mungkin telah mengalami masa-masa sulit dan populasinya menyusut, menjadikannya mudah bagi para penyerbu ketika mereka tiba, menurut para peneliti.