BAGIKAN
Photo by Yuriy Rzhemovskiy on Unsplash

Di tahun 2002 puluhan ribu hewan laut di Samudra Atlantik utara mengalami kematian. Di tahun 2004 ketika wabah penyakit mematikan mulai menyerang berang-berang laut, akhirnya teridentifikasi sejenis virus yang telah menjadi penyebabnya.

Dikenal sebagai Phocine distemper virus (PDV), yang pada dasarnya penyebab sejenis campak pada hewan anjing laut yang sangat menular ini, pertama kali diketahui pada tahun 1988 setelah epidemi besar-besaran pada anjing laut abu-abu di Eropa barat laut.

Namun, apa yang menjadi penyebab kemunculan virus yang menyerang mamalia laut ini telah menjadikan berbagai pertanyaan bagi para ilmuwan.




Sekarang, para ilmuwan telah mengaitkan hubungan antara kemerosotan es laut di Kutub Utara dengan kemunculan virus mematikan ini, menurut sebuah studi dari University of California, Davis yang diterbitkan di jurnal Scientific Reports.

Penelitian yang telah dilakukan selam 15 tahun ini, menyoroti bagaimana pembentukan kembali radikal laut bersejarah mungkin telah membuka jalur untuk terjadinya penyebaran penyakit antara anjing laut di sekitar Kutub Utara (Artktik) dan Subartik yang sebelumnya tidak mungkin untuk terjadi. Ini yang memungkinkan penyebaran virus hingga ke Samudra Pasifik Utara.

“Hilangnya es laut menyebabkan satwa liar laut untuk berburu dan mencari makan di habitat baru dan kehilangan hambatan fisik, memungkinkan jalur baru bagi mereka untuk bergerak,” kata penulis Tracey Goldstein,  dari One Health Institute di UC Davis. “Ketika hewan bergerak dan bersentuhan dengan spesies lain, mereka membawa peluang untuk memperkenalkan dan menularkan penyakit menular baru, dengan dampak yang berpotensi mematikan.”

Para peneliti mengambil sampel dari berbagai mamalia laut untuk pajanan dan infeksi Phocine distemper virus dari 2001 hingga 2016.




Rute es laut samudra Arktik dan perairan terbuka dinilai dari Atlantik Utara ke samudera Pasifik Utara. Data telemetri satelit membantu para peneliti mengaitkan pergerakan hewan dan data faktor risiko untuk menunjukkan bahwa hewan yang terpapar berpotensi membawa virus phocine distemper jarak jauh.

Para penulis mengidentifikasi infeksi luas dan paparan virus di Samudra Pasifik Utara mulai tahun 2003, dengan puncak paparan dan infeksi kedua pada tahun 2009. Puncak ini bertepatan dengan kemerosotan secara luas dari laut es Kutub Utara.

“Ketika tren pencairan es laut terus berlangsung, peluang untuk virus ini dan patogen lainnya untuk menyeberang antara Atlantik Utara dan mamalia laut Pasifik Utara mungkin menjadi lebih umum,” kata penulis pertama Elizabeth VanWormer, dari UC Davis.

“Studi ini menyoroti kebutuhan untuk memahami penularan PDV dan potensi terjangkitnya wabah berbahaya pada spesies sensitif dalam lingkungan yang berubah dengan cepat ini.”