BAGIKAN
Enriquelopezgarre / Pixabay

Pada masa awal pandemi virus corona, para peneliti menemukan pola yang tidak biasa diantara kasus-kasus COVID-19 yang terjadi di China; lebih banyak pria yang meninggal akibat penyakit ini dibandingkan wanita.

Sebuah penelitian yang dilakukan pada lebih dari 44.000 pasien yang dilakukan oleh Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di China menemukan 2,8 % dari keseluruhan pria di China yang terdiagnosa COVID-19 akhirnya meninggal dunia, sedangkan untuk wanita, angka kematian mencapai 1,7 %.

Dan kemudian terungkap bahwa trend ini bukan hanya terjadi di China. Di Italia, Jerman, Iran, Perancis dan Korea Selatan juga dilaporkan angka kematian pada pasien pria lebih tinggi dibandingkan wanita.




Hasil analisis yang dilakukan oleh CNN dan academic research group Global Health menemukan bahwa pada kelima negara tersebut dan China, pria lebih cenderung untuk meninggal dibandingkan wanita setelah terdiagnosa COVID-19.

Organisasi Kesehatan Dunia, WHO melaporkan pada tanggal 20 Maret lalu, bahwa pria merepresentasikan sekitar 70 % dari jumlah kematian akibat COVID-19 di Eropa Barat. Dan dari seluruh jumlah kematian di Italia, 70 persen diantaranya adalah pria, menurut data dari Italian National Health Service.

Sebuah analisis yang dilakukan pada lebih dari 25000 kasus virus corona dari Higher Health Institute of Rome menemukan bahwa pasien-pasien pria virus corona di Italia memiliki angka kematian 8 persen dan wanita 5 %.

Dan hasil analisis yang sama menemukan bahwa dari angka kasus virus corona di Italia, sekitar 58 persen diantaranya adalah pria.

Dan di Spanyol, Carlos Health Institute menemukan bahwa dari keseluruhan jumlah kasus virus corona, sekitar 52 persen diantaranya adalah pria, dan angka kematian pasien pria akibat penyakit ini adalah 66 persen, Dan jumlah kematian akibat virus corona pada pria hampir dua kali jumlah wanita (376 dibanding 190).

Di Korea Selatan, terdapat perbedaan, dimana kasus virus corona pada pria lebih sedikit dibandingkan wanita, yaitu sekitar 40 persen. Tetapi angka kematian akibat virus corona untuk pria sedikit lebih tinggi, yaitu sekitar 1,9 persen, sedangkan wanita 1,1 persen.




Salah satu alasan mengapa lebih banyak pria yang meninggal karena virus corona dibandingkan wanita kemungkinan adalah adanya kandungan yang cukup tinggi dari enzim pada paru-paru yang membantu virus untuk bertahan lebih lama pada organ tersebut, menurut penelitian terbaru.

Penelitian ini dilakukan pada lebih dari 3500 orang dan telah dipublikasikan pada tanggal 10 Mei di the European Heart Journal.

Penelitian ini menemukan bahwa reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) ditemukan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi pada subjek pria dibandingkan wanita. Pemilihan sampel dilakukan dengan selektif; 3500 orang yang berusia lanjut dan pernah mengalami kegagalan jantung.

Tidak ada satupun dari mereka terinfeksi virus corona. Tetapi para peneliti meyakini bahwa hasil riset sebelumnya tentang bagaimana ACE2 berinteraksi dengan virus bisa menjelaskan adanya perbedaan tingkat kematian antara pria dan wanita.

Menurut peneliti, ACE 2, yang ditemukan pada beberapa organ manusia, termasuk paru, mengikat virus corona yang menjadi penyebab COVID-19, sehingga mempermudah virus tersebut untuk menginfeksi sel-sel yang sehat.

Adrian Voors, seorang profesor bidang kardiologi di university Medical Center Groningen, Belanda, tempat penelitian ini dilakukan mengatakan pada the European Society of Cardiology: “Tingginya kandungan ACE2 pada organ paru diperkirakan memainkan peranan penting pada timbulnya kelainan pada paru yang berhubungan dengan COVID-19.”

Peneliti lainnya, Iziah Sama dari UMC Groningen mengatakan: “Ketika kami menemukan salah satu biomarker terkuat, yaitu ACE2, yang lebih tinggi kandungannya pada pria dibandingkan wanita, kami menyadari bahwa mungkin ini bisa menjelaskan mengapa pria memiliki angka kematian akibat COVID-19 lebih tinggi dibandingkan wanita.”

Para peneliti mengajukan beberapa teori lainnya untuk menjelaskan mengapa pria terlihat (dalam data) lebih rentan terhadap virus ini, dengan mengesampingkan faktor reseptor ACE 2.

Pria cenderung telah memiliki penyakit bawaan yang bisa memperburuk infeksi virus, seperti hipertensi atau diabetes. Pada banyak negara, pria juga cenderung memiliki kebiasaan merokok dibanding wanita. Juga, berdasarkan beberapa penelitian terungkap bahwa pria cenderung malas untuk mencuci tangan dibandingkan wanita.