Penemuan sepuluh jenazah Neanderthal di gua Shianidar di Irak di tahun 1950an dianggap sebagai jejak yang dapat menunjukkan bagaimana spesies yang dianggap jauh lebih terbelakang dari manusia modern ini, mengurus mayat setelah kematiannya.
Berdasarkan penggalian para arkeolog yang telah dilakukan saat itu dan ditemukannya serbuk sari di sekitar salah satu sisa-sisa kerangka, disimpulkan bahwa mereka telah melewati sebuah ritual penguburan dengan menggunakan bunga. Sejak itu, situs ini dikenal dengan Pemakaman Bunga.
Bagaimanapun, ini telah memicu kontroversi selama puluhan tahun. Apakah berbagai bukti yang ditemukan dari situs luar biasa ini benar-benar menunjukkan sebuah ritual kematian, dan apakah memang benar jika Neanderthal memiliki kemampuan dengan kemajuan budaya yang secanggih itu. Sementara itu, mengenai temuan serbuk bunga sendiri ilmuwan lainnya memperkirakan bahwa itu bisa saja disebabkan oleh seekor binatang.
Sekarang, para arkeolog dari Cambridge University telah menemukan kerangka lain di Gua Shanidar, yang mungkin bagian dari kesepuluh jenazah yang pernah ditemukan sebelumnya.
Tulang lengan kiri dan tulang rusuk Neanderthal. (Graeme Barker)
Ini adalah kerangka Neanderthal artikulasi pertama dari penggalian selama 20 tahun, dan yang pertama dari Gua Shanidar dalam lebih dari 50 tahun. Dan sepertinya itu menunjukkan sebuah penguburan yang disengaja.
Para peneliti mengumpulkan berbagai sampel sedimen terbarunya, dan menemukan tulang tengkorak dan tulang dada Neanderthal yang telah hancur. Penemuan ini dinamai sebagai Shanidar Z oleh para peneliti dari universitas Cambridge, Birkbeck dan Liverpool John Moores.
“Begitu banyak penelitian tentang bagaimana Neanderthal memperlakukan mayat mereka harus melibatkan kembali penemuan dari enam puluh atau bahkan seratus tahun yang lalu, ketika teknik arkeologis jauh lebih terbatas, dan itu hanya membuat Anda sejauh ini saja,” kata arkeolog Emma Pomeroy dari Universitas Cambridge di Inggris, penulis utama dari makalah telah dipublikasikan di Antiquity.
“Degan memiliki bukti kuat seperti itu dari situs Neanderthal yang terkenal ini akan memungkinkan kita untuk menggunakan teknologi modern untuk mengeksplorasi segala sesuatu dari DNA purba hingga pertanyaan lama tentang cara kematian Neanderthal, dan apakah mereka mirip dengan kita sendiri.”
“Kami berpikir karena keberuntungan, kami akan dapat menemukan lokasi di mana mereka menemukan Neanderthal pada 1950-an, untuk mengetahui apakah kami dapat menentukan usia sedimen di sekitarnya,” kata Barker. “Kami tidak menyangka menemukan tulang Neanderthal.”
Penelitian di situs dimulai sejak tahun 2014. Baru pada tahun 2016 para arkeolog menemukan tulang rusuk yang muncul di bagian bawah parit. Selama tahuin 2018 hingga 2019 mereka melanjutkan upayanya untuk mengungkap tengkorak yang lebih utuh, yang telah terkubur oleh ribuan tahun endapan, dan tulang tubuh bagian atas hampir ke pinggang di mana tangan kirinya menyiku di bawah kepala dengan tangan terkepal.
Analisis awal menunjukkan usianya lebih dari 70.000 tahun. Sementara jenis kelaminnya belum ditentukan, penemuan Neanderthal terbaru memiliki gigi dari orang dewasa yang berusia paruh baya atau lebih.
Tulang iga dan tulang belakang Neanderthal. (Graeme Barker)
Shanidar Z kini dilakukan analisis lebih terperinci dan dipindai secara 3D untuk membantu membangun rekonstruksi digital di laboratorium Cambridge.
Tim ini juga menganalisis sampel sedimen dari sekitar penemuan terbaru. Mencari tanda-tanda dari perubahan iklim dan arang yang dapat menunjukkan tentang kegiatan seperti memasak. Juga, penelusuran pada jejak-jejak serbuk sari yang bisa menunjukkan ritual ‘pemakaman bunga’.
Dari bebagai temuan yang telah diperoleh sejak awal, menimbulkan sebuah pertanyaan bagi para peneliti apakah Neanderthal kembali ke tempat yang sama di dalam gua untuk menguburkan orang yang telah mati.
Sebuah batu yang menonjol di sebelah kepala Shanidar Z mungkin telah digunakan sebagai penanda bagi para Neanderthal untuk berulang kali menguburkan mayatnya, kata Pomeroy, meskipun apakah rentang waktu antara kematian sulit untuk ditentukan.
(Emma Pomeroy)
“Penggalian baru menunjukkan bahwa beberapa mayat ini diletakkan di saluran dasar gua yang terbentuk oleh air, yang kemudian dengan sengaja digali untuk membuatnya lebih dalam,” kata Barker. “Ada bukti kuat awal bahwa Shanidar Z sengaja dimakamkan.”
“Dalam beberapa tahun terakhir kita telah melihat semakin banyak bukti bahwa Neanderthal lebih maju daripada yang diperkirakan sebelumnya, dari penandaan gua hingga penggunaan cangkang hias dan cakar burung raptor.
“Jika Neanderthal menggunakan gua Shanidar sebagai sebuah situs yang dapat diingat untuk penguburan ritual berulang dari kematian mereka, itu akan menyarankan kompleksitas suatu budaya tingkat tinggi”