BAGIKAN
Panah menunjukkan pejantan berukuran 23,5 mm menyatu pada anglerfish betina. (Edith A. Widder)

Berbagai spesies telah mengembangkan kemampuan yang luar biasa agar dapat berkembang biak. Salah satu contohnya adalah ikan Anglerfish yang berwajah mengerikan. Bagaimana ikan pejantan benar-benar menyatu dengan betinanya dan menempel sepanjang hidupnya, telah menjadi pertanyaan besar selama 100 tahun semenjak ditemukannya fenomena ini pertama kalinya.

Hidup di kedalaman laut yang langka akan nutrisi dan sinar matahari, akan disempurnakan kesulitannya dengan langkanya dalam menemukan pasangan. Sekalinya ketemu, ikan Anglerfish jantan akan menggigit perut betinanya yang ukurannya bisa mencapai 60 kali lebih besar. Setelah itu secara perlahan akan kehilangan organ-organ tubuhnya, lalu terintegrasi dalam aliran darah betinanya sehingga mendapatkan nutrisi makanan.

Pada ikan anglerfish, fenomena yang tidak biasa ini disebut sebagai parasitisme seksual dan berkontribusi pada keberhasilan reproduksi bagi hewan-hewan ini yang hidup di ruangan yang sepi lautan dalam, di mana antara betina dan pejantan jarang bertemu.


Menempel atau menyatu secara permanen pada tubuh lain  sangat jarang ditemukan pada vertebrata. Karena prosesnya akan mendapatkan perlawanan dari sistem kekebalan sedari awal. Menganggap jaringan asing sebagai patogen yang dapat membahayakan tubuh. Tetapi bagaimana mungkin ikan anglerfish saling menerima dengan begitu mudahnya ?

Sekarang, para ilmuwan dari Jerman dan AS telah memecahkan teka-teki ini dan melaporkan hasil temuannya dalam jurnal ilmiah Science.

Dengan mempelajari genome dari anglerfish yang berbeda jenis, para peneliti mulai melihat sebuah struktur antigen yang disebut major histocompatibility (MHC). Senyawa ini ditemukan di permukaan sel-sel tubuh dan memberi sinyal alarm pada sistem kekebalan tubuh, ketika sel-sel tersebut terinfeksi oleh virus atau bakteri. Meskipun bermaksud baik, akan tetapi bisa menyulitkan ketika seseorang akan melakukan transplantasi organ, karena organ yang dicangkokan akan ditolak dan dianggap sebagai benda asing yang dapat membahayakan tubuh.

Yang menarik, para peneliti menemukan bahwa anglerfish yang melekat secara permanen, sebagian besar melemahkan gen yang mengkode senyawa MHC ini, seolah-olah lolos sensor pendeteksian dari kekebalan tubuh sehingga mendukung perpaduan jaringan.

“Terlepas dari konstelasi gen MHC yang tidak biasa ini, kami menemukan bahwa fungsi sel T pembunuh, yang biasanya secara aktif melenyapkan sel yang terinfeksi atau menyerang jaringan asing selama proses penolakan organ, juga sangat tumpul jika tidak hilang sama sekali. Temuan ini mengisyaratkan pada kemungkinan bahwa sistem kekebalan anglerfishes sangat tidak biasa di antara puluhan ribu spesies vertebrata,” kata Jeremy Swann dari Max Planck Institute of Immunobiology and Epigenetics, dan penulis utama studi ini.

Dalam gambar ini, seekor ikan kecil, pejantan parasit dari spesies yang sama – nyaris tidak terlihat berada di bagian bawah betinanya yang berukuran lebih besar, melekat pada perutnya. Mereka akan tetap seperti ini seumur hidupnya. [Credit: Rebikoff-Niggeler Foundation]

Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa antibodi, yang merupakan senjata kuat kedua di gudang pertahanan kekebalan tubuh, juga hilang pada beberapa spesies anglerfish. “Bagi manusia, hilangnya gabungan fasilitas kekebalan penting, yang diamati pada anglerfish akan mengakibatkan defisiensi imun yang fatal,” kata Thomas Boehm, Direktur MPI Immunobiologi dan Epigenetika dan ilmuwan utama proyek tersebut.


Namun, anglerfish jelas mampu bertahan tanpa fungsi imun adaptif esensial. Dengan demikian, para peneliti menyimpulkan bahwa hewan ini telah menggunakan fasilitas bawaan yang jauh lebih baik untuk mempertahankan diri terhadap infeksi. Sebuah solusi tak terduga untuk permasalahan yang dihadapi semua makhluk hidup. Memang, sampai sekarang, diperkirakan bahwa suatu kemitraan kekebalan yang didapat dan bawaan, begitu terbentuk dalam evolusi, tidak dapat dipisahkan tanpa konsekuensi parah.

Anglerfish betina dari spesies Photocorynus spiniceps, 46 mm, dengan jantan parasit 6,2 mm menyatu di punggungnya. (Theodore Pietsch)

“Dengan demikian penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun beberapa ratus juta tahun kemitraan bersama fungsi bawaan dan adaptif, vertebrata dapat bertahan hidup tanpa fasilitas kekebalan adaptif yang sebelumnya dianggap tidak tergantikan. Kami berasumsi bahwa kekuatan evolusioner yang belum diketahui pertama mendorong perubahan dalam sistem kekebalan tubuh, yang kemudian dieksploitasi untuk evolusi parasitisme seksual,” kata Thomas Boehm.

Meskipun rincian dari peningkatan fasilitas kekebalan tubuh bawaan pada ikan anglerfishes masih ditemukan, hasil penelitian ini menunjukkan strategi potensial yang meningkatkan fasilitas kekebalan tubuh bawaan pada manusia yang menderita konsekuensi dari penurunan bawaan atau mendapatkan penurunan pada fasilitas kekebalan tubuh.