BAGIKAN
Lara Natalia/Unsplash

Manusia merupakan mahluk sosial dan empati, kemampuan untuk merasakan apa yang orang lain rasakan adalah kunci bagaimana kita semstinya. Ada kepercayaan bahwa orang-orang yang mendapat skor tinggi dalam tes psikopat, narsisme, dan Machiavellianisme (“dark triad” atau kepribadian gelap dari sifat-sifat psikologis) tidak memiliki empati. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa itu bukan permasalahannya. Mereka dapat merasakan apa yang orang lain rasakan, tetapi hanya memilih untuk terdiam.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan diĀ Personality and Individual Differences, para peneliti meminta 278 peserta internasional untuk menyelesaikan survei online secara anonim untuk mengukur tingkat kepribadian gelap dan kemampuan kognitif. Empati mereka dinilai dengan dua cara.




Pertama, para peserta menyelesaikan Interpersonal Reactivity Index (IRI), yang mengukur bagaimana kecenderungan orang bersikap empati. Tes ini mencantumkan pernyataan seperti “Sebelum mengkritik seseorang, saya mencoba membayangkan bagaimana perasaan saya jika saya berada pada posisi mereka”, dan meminta para peserta untuk menilai sejauh mana mereka menyepakatinya.

Bagian kedua adalah Multifaceted Empathy Test (MET). Dalam tes ini, peserta diperlihatkan 20 gambar emosi positif dan negatif. Mereka harus menyatakan mana yang mereka anggap positif dan mana yang negatif. Cara ini untuk mengukur apakah mereka bisa mengenali perasaan orang lain.

Tim menemukan bahwa orang-orang yang mendapat nilai tinggi untuk kepribadian gelap benar-benar mampu mengenali emosi orang lain berdasarkan MET, mereka tampaknya hanya tidak tertarik untuk mempertimbangkan perasaan itu sama sekali.

“Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki empati dalam hal kemampuan dan disposisi dengan kepribadian gelap,” tulis para peneliti di paper. “Pertanyaan penelitian adalah apakah orang yang mencetak skor tinggi pada kepribadian gelap (Machiavellianisme, psikopati, dan narsisme) sebagian besar tidak memiliki kemampuan untuk berempati (dengan membaca emosi wajah secara objektif) atau sebagian besar tidak memiliki disposisi (sifat) untuk berempati. “





Seperti halnya pada studi lainnya, ada batasan penting yang perlu dipertimbangkan. Pertama-tama, ini bukan tentang orang yang benar-benar didiagnosis psikopat atau narsisme, karena penelitian ini menggunakan kuesioner penilaian diri. Penggunaan pendekatan secara online saja juga memiliki masalah potensial karena para peneliti tidak dapat menilai kemampuan bahasa Inggris para peserta. Terlebih lagi, sampel tidak mewakili seluruh populasi. Tim ini merekrut pengguna LinkedIn dan sebagian besar peserta berpendidikan universitas dan memiliki minat pada sumber daya manusia.