BAGIKAN
Seqenenre Taa II
(Sahar Saleem)

Teknologi pemindaian modern mengungkap kisah di balik kematian seorang raja Mesir kuno yang menemui kematiannya dengan tragis. Dia adalah Raja Seqenenre Taa II. Memerintah Mesir Selatan hanya dalam lima tahun, dari 1558 hingga 1553 SM. Terbunuh dalam pertempurannya melawan bangsa Hyksos,  saat itu diperkirakan usianya 40 tahun.

Mumi Seqenenre ditemukan di Deir al-Bahri Royal Cache pada tahun 1881. Kemudian diteliti untuk pertama kalinya pada tahun 1960-an menggunakan sinar-X. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa pembalseman dilakukan dengan cara-cara tertentu untuk menyembunyikan luka parah di sekitar kepalanya. Namun, tidak ada luka di bagian tubuh lainnya.

Hasil penelitian ini telah diterbitkan di jurnal Frontiers in Medicine.

Sekenario lain menunjukkan bahwa Seqenenre mungkin telah dibunuh oleh sebuah konspirasi saat sedang tidur di istananya. Beberapa orang berpendapat bahwa mumifikasi mungkin telah dilakukan dengan tergesa-gesa. Namun, para peneliti berpendapat bahwa itu dikarenakan kondisi mumi yang buruk.

Penelitian ini dipimpin oleh Zahi Hawass, seroang arkeolog terkenal dan mantan Menteri Purbakala, dan Dr. Sahar Saleem, profesor radiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Kairo. Mereka merekonstruksi muni ldengan pemindaian yang ebih rinci,  menggunakan teknologi komputer yang canggih. Menunjukkan bagaimana setiap bagian tubuh mumi mungkin dapat menceritakan kisahnya.

Dari jejak-jejak tidak biasa di tangannya, mungkin Seqenenre telah tertangkap selama perang. Kemudian tangannya diikat ke belakang, membuatnya tak berdaya untuk melawan berbagai serangan bertubi-tubi.

Raja Seqenenre
Kementerian Negara Urusan Kepurbakalaan Mesir

CT scan mumi Seqenenre mengungkapkan rincian cedera kepala, termasuk luka yang belum ditemukan dalam pemeriksaan sebelumnya dan telah disembunyikan dengan terampil oleh para pembalsem.

Mereka menggunakan metode canggih untuk menyembunyikan luka di kepala raja yang cara kerjanya mirip dengan tambalan yang digunakan dalam operasi plastik modern. Ini menunjukkan bahwa mumifikasi sebenarnya telah dilakukan di lingkunagan kerajaan. Di mana penelitian sebelumnya memperkirakan bahwa mumifikasi dilakukan di sebuah tempat yang tidak dipersiapkan dengan baik.

Dari jejak-jejak senjata Hyksos di kepalanya, Saleem dan Hawass membenarkan kesesuaian senjata ini dengan berbagai luka yang ditimbulkan. Kesimpulan ini diperoleh karena penelitian juga meliputi studi terhadap berbagai persenjataan Hyksos. Tersimpan di Museum Mesir di Kairo, senjata-senjata tersebut meliputi kapak, tombak, dan beberapa belati.

Raja Seqenenre
Kementerian Negara Urusan Kepurbakalaan Mesir

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Seqenenre dibunuh oleh beberapa serangan dari berbagai sudut yang berbeda, dengan senjata yang berbeda pula. Seqenenre nyaris terbunuh dalam gempuran ini. Menandakan bahwa Seqenenre benar-benar berada di garis depan, mempertaruhkan nyawanya bersama pasukannya untuk membebaskan bangsa Mesir.

Kematian Seqenenre mendorong para penerusnya untuk melanjutkan perjuangan untuk menyatukan kambali Mesir dan mendirikan Kerajaan Baru. Dalam prasasti yang dikenal sebagai Tablet Carnavaron, tercatat bagaimana akhirnya Hyksos dapat dikalahkan.

Dalam kedua tablet kayu tersebut, diceritakan bahwa Kamos, putra raja Seqenenre, melakukan penyerangan terhadap Hyksos meskipun harus membuatnya gugur dalam pertempuran. Perjuangan selanjutnya diteruskan oleh Ahmose, putra kedua Seqenenre, dan akhirnya berhasil mengusir Hyksos dari Mesir kuno. Dia mengejar Hyksos yang kalah, dan berakhir hingga sebuah tempat yang saat ini dikenal sebagai Gaza di Palestina.

Menurut para sejarawan, kisah terusirnya Hyksos dari Mesir ini mungkin telah mengilhami penulisan kisah alkitab tentang Keluaran. Dan, Hyksos bukanlah kaum yang langsung menjajah bangsa Mesir seperti yang diceritakan dalam teks-teks kuno.