BAGIKAN
Thomas Despeyroux

Difusi budaya adalah penyebaran objek, teknik, atau praktik tertentu secara luas. Atau, peristiwa penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa difusi budaya sudah terjadi sebelum manusia modern di Afrika menyebar, 70.000 tahun yang lalu.

Berdasarkan berbagai temuan terkait penggunaan api paling awal, diperkirakan bahwa 400.000 tahun yang lalu pengetahuan dan keterampilan telah dipertukarkan melalui jejaring sosial.

“Sampai saat ini, selalu ada anggapan bahwa difusi budaya sebenarnya dimulai hanya 70.000 tahun yang lalu ketika manusia modern, Homo sapiens, mulai menyebar,” jelas arkeolog Katharine MacDonald dari Universitas Leiden di Belanda.

“Tetapi catatan penggunaan api saat ini tampaknya menunjukkan bahwa hal itu telah terjadi jauh lebih awal.”

Analisis baru membandingkan jejak api yang ditinggalkan oleh hominin di berbagai situs arkeologi di seluruh Eropa, Israel, Asia, dan Afrika utara, berdasarkan data dari studi selama beberapa dekade.

Fragmen kecil tulang yang terbakar dari Palaeolitik L’Abri Pataud di Dordogne di Prancis (Credit: Universiteit Leiden)

Sebelum 400.000 tahun yang lalu, penulis mengatakan hampir semua situs yang diperiksa menunjukkan sangat sedikit bukti penggunaan api. Namun, lebih dari masa itu, semakin banyak ditemukan situs yang disertai dengan bukti-bukti jejak pembakaran. Seperti arang, tulang hangus, dan sedimen yang pernah dipanaskan.

Polanya tetap konsisten tidak peduli wilayahnya, yang menunjukkan kebiasaan penggunaan api pertama kali muncul sekitar paruh kedua Pleistosen Tengah.

‘Kami tidak berpikir bahwa kesamaan ini dapat disebabkan karena leluhur awal manusia sendiri menempuh jarak yang sangat jauh, atau bahwa mereka mengembangkan teknik tertentu secara terpisah satu sama lain, misalnya karena otak manusia mengalami pertumbuhan mendadak. Tidak ada indikasi sama sekali untuk itu,” jelas MacDonald.

Satu-satunya kemungkinan lain adalah bahwa kelompok hominin yang berbeda mewariskan teknik dan pengetahuan bahan mentah ini kepada kelompok lainnya, dan bahwa jaringan sosial yang primitif, seharusnya sudah ada.

Teori tim peneliti didukung oleh temuan arkeologis dari jenis alat batu tertentu dari periode setelahnya. Alat-alat ini dibuat dengan menggunakan apa yang dikenal sebagai teknik Levallois yang muncul dalam waktu yang sangat singkat di banyak tempat di Dunia Lama. Ada juga jejak genetik yang menunjukkan bahwa populasi hominin yang berbeda dipastikan telah berkomunikasi satu sama lainnya.

“Karena beberapa subpopulasi hominin bertahan dan meninggalkan bukti penggunaan api, tidak mungkin praktik yang terkait dengan penggunaan api dibawa oleh satu subpopulasi hominin yang menyebar,” tulis para penulis .

Namun, domestikasi api bukan satu-satunya keterampilan yang dengan cepat menyebar ke seluruh budaya hominin.

Para penulis juga menggunakan data dari antropologi, primatologi, dan ilmu-ilmu sosial untuk menunjukkan bagaimana gagasan, perilaku, dan teknik lain menyebar menuju jarak yang lebih jauh melalui sebuah jaringan sosial.

“Anggota subpopulasi ini karena itu bertemu satu sama lain, berulang kali dan dalam rentang waktu yang sangat lama, menyediakan sebuah kanvas untuk difusi budaya,” tulis para penulis.

Penelitian ini telah dipublikasikan di PNAS.