BAGIKAN
[Pixabay]

Lebih dari setengah penyerap karbondioksida yang berada di hutan dunia merupakan tempat-tempat di mana ditumbuhi oleh pepohonan yang usianya masih relatif muda – di bawah 140 tahun – dibandingkan dengan pepohonan yang berada di hutan hujan tropis, penelitian dari Universitas Birmingham telah menunjukkan.

Pepohonan ini biasanya ‘tumbuh kembali’ pada sebuah area yang sebelumnya digunakan untuk lahan pertanian, atau dikosongkan karena pemanenan atau peristiwa kebakaran, dan karena usianya yang masih muda itulah menjadi salah satu penyebab utama dalam penyerapan karbon.

Hutan secara luas diakui sebagai penyerap karbon yang penting – karena berupa ekosistem yang mampu menangkap dan menyimpan karbon dioksida dalam jumlah besar. Tetapi, hutan tropis yang lebat, yang berada di sekitar garis khatulistiwa dianggap yang bekerja paling keras dalam menyerap gas-gas tersebut.

Para peneliti di Institut Penelitian Hutan Birmingham (BIFoR) telah melakukan analisis baru terhadap biosfer global menggunakan kombinasi terbaru dari kumpulan data dan pemodelan komputer yang disajikan secara terperinci dalam sebuah studi yang telah diterbitkan di Proceeding National Academy of Sciences (PNAS).

Dari penggambaran yang telah diperoleh berdasarkan kumpulan data-data usia hutan, para peneliti dapat menunjukkan jumlah penyerapan karbon oleh berbagai kawasan hutan yang sudah mapan antara tahun 2001 hingga 2010

Mereka membandingkannya dengan hamparan hutan yang lebih muda di mana pepohonannya telah tumbuh kembali di seluruh area yang sebelumnya telah mengalami aktivitas manusia seperti pertanian, penebangan atau gangguan alam seperti kebakaran.

Sebelumnya diperkirakan bahwa penyerapan karbondioksida oleh hutan sangat banyak sebanding dengan pemupukan pada pertumbuhan pohon oleh peningkatan kadar karbon dioksida di atmosfer.

Namun, para peneliti menemukan bahwa daerah-daerah di mana hutan yang baru tumbuh kembali menyedot karbondioksida dalam jumlah besar tidak hanya disebabkan oleh efek pemupukan, tetapi juga sebagai akibat usianya yang lebih muda. Efek usia menyumbang sekitar 25 persen dari total karbon dioksida yang diserap oleh hutan. Lebih jauh lagi, penyerapan karbon yang terjadi pada saat ini terutama terletak bukan di daerah tropis, tetapi di hutan lintang tengah dan tinggi.

Hutan-hutan ini diantaranya merupakan lahan tanah yang ada di negara-negara bagian timur Amerika, tempat para pemukim membangun tanah pertanian tetapi kemudian meninggalkannya untuk bergerak ke barat menjelang akhir abad ke-19.

Area pertumbuhan kembali hutan yang signifikan lainnya termasuk hutan boreal Kanada, Rusia dan Eropa, yang telah mengalami aktivitas panen besar dan kebakaran hutan. Program reboisasi skala besar di Cina juga memberikan kontribusi besar pada penyerap karbon ini.

Tom Pugh, dari Institut Penelitian Hutan Birmingham (BIFoR), menjelaskan: “Penting untuk mengetahui dengan jelas di mana dan mengapa penyerapan karbon ini terjadi, karena ini membantu kita untuk membuat keputusan yang terarah dan terinformasi tentang pengelolaan hutan.”

Penelitian ini menyoroti pentingnya hutan di zona iklim dunia untuk mitigasi perubahan iklim, tetapi juga menunjukkan dengan lebih jelas berapa banyak karbon yang dapat diambil oleh hutan yang tumbuh kembali di masa depan. Hal ini sangat penting karena sifat sementara dari pertumbuhan hutan kembali: begitu denyut pertumbuhan hutan saat ini bekerja melalui sistem, bagian penting dari penyerap karbon ini akan hilang, kecuali jika reboisasi lebih lanjut terjadi.

“Jumlah CO2 yang dapat diambil oleh hutan adalah jumlah yang terbatas: pada akhirnya program reboisasi hanya akan efektif jika kita secara bersamaan bekerja untuk mengurangi emisi kita,” jelas Pugh.