BAGIKAN
Ilustrasi oleh NASA, menunjukkan Teleskop Luar Angkasa Kepler. Hingga Oktober 2018, pesawat luar angkasa pemburu planet telah berada di luar angkasa selama hampir satu dekade. (NASA via AP)

Pesawat elit ruang angkasa NASA pemburu planet, telah dinyatakan mati, hanya beberapa bulan sebelum peringatannya yang ke 10 tahun.

Para pejabat mengumumkan kematian teleskop ruang angkasa Kepler pada hari Selasa.

Setelah beroperasi selama 9 1/2 tahun, Kepler telah kehabisan bahan bakar selama berbulan-bulan. Kemampuannya untuk menunjuk bintang-bintang yang jauh dan mengidentifikasi kemungkinan dunia alien memburuk secara dramatis pada awal Oktober, tetapi pengendali penerbangan masih berhasil melakukan pengamatan terbarunya. Teleskop itu kini terdiam, tangki bahan bakarnya telah kosong.

“Kepler membuka gerbang untuk eksplorasi kosmos manusia,” kata pensiunan ilmuwan NASA William Borucki, yang memimpin tim sains Kepler yang asli.

Kepler telah menemukan 2.681 planet di luar tata surya kita dan bahkan lebih banyak lagi beberapa kandidat planet yang potensial. Kepler telah menunjukkan dunia yang dipenuhi batuan seukuran Bumi, dimana percis seperti Bumi yang bisa menyimpan kehidupan. Kepler juga telah menemukan super Bumi yang luar biasa: planet-planet yang ukurannya lebih besar dari Bumi namun lebih kecil dari Neptunus.

Direktur astrofisika NASA, Paul Hertz memperkirakan bahwa dari dua hingga selusin planet yang ditemukan oleh Kepler adalah batuan dan seukuran Bumi di zona Goldilocks. Namun sensus planet yang telah dilakukan Kepler secara keseluruhan menunjukkan bahwa 20 hingga 50 persen bintang yang terlihat di langit malam dapat memiliki planet seperti Bumi di zona layak huni untuk kehidupan, katanya.

Misi senilai $ 700 juta bahkan membantu mengungkap sebuah tata surya tahun lalu dengan delapan buah planet, seperti planet kita.

“Ini telah merevolusi pemahaman kita tentang tempat kita di kosmos,” kata Hertz. “Sekarang kita mengetahuinya berkat Teleskop Luar Angkasa Kepler dan misi sainsnya bahwa planet lebih umum daripada bintang-bintang di galaksi kita.”

Hampir hilang di tahun 2013 karena kegagalan peralatan, Kepler diselamatkan oleh para insinyur dan terus mengintip ke dalam kosmos, diselimuti dengan berbagai bintang dan galaksi, Kepler saat itu berupaya keras melakukan pencarian pada bintang-bintang bersinar yang bisa menunjukkan planet yang mengorbit.

“Itu seperti mencoba mendeteksi seekor kutu yang sedang merangkak dengan lampu mobil ketika mobilnya sendiri berada 100 mil jauhnya,” kata Borucki.

Misi yang telah dibangkitkan kembali menjadi dikenal sebagai K2 dan menghasilkan 350 buah exoplanet yang telah dikonfirmasikan, atau planet yang mengorbit bintang lain, melewati apa yang sudah diungkap oleh teleskop sejak peluncurannya 7 Maret 2009 dari Cape Canaveral.

Secara keseluruhan, hampir 4.000 exoplanet telah dikonfirmasi selama dua dekade terakhir, dua pertiga darinya adalah berkat Kepler.

Kepler fokus pada bintang-bintang ribuan tahun cahaya dan menurut NASA, menunjukkan bahwa secara statistik setidaknya ada satu planet pada setiap bintang di Galaksi Bima Sakti kita.

Borucki, yang memimpikan misi beberapa dekade yang lalu, mengatakan salah satu penemuan favoritnya adalah Kepler 22b, planet berair yang lebih besar dari Bumi tetapi suhunya tidak terlalu hangat dan tidak terlalu dingin — tipe “yang dapat menyebabkan kehidupan.”

Salah satu penerus dari Kepler telah diluncurkan pada bulan April, pesawat ruang angkasa NASA Tess, memiliki pengamatan pada bintang-bintang yang lebih dekat dengan Bumi. Ia telah mengidentifikasi beberapa kemungkinan planet.

Ilmuwan proyek Tess, Padi Boyd, menyebut misi Kepler “sangat sukses”.

Kepler menunjukkan kepada kita bahwa “kita hidup di galaksi yang dipenuhi dengan berbagai planet, dan kita siap untuk mengambil langkah berikutnya untuk menjelajahi planet-planet itu,” katanya.

Pesawat luar angkasa lama lainnya telah memburu dunia asing di tata surya kita sendiri, sementara itu, juga tak akan lagi berumur panjang.

Pesawat ruang angkasa Dawn berusia 11 tahun NASA cukup banyak memiliki bahan bakar setelah mengorbit asteroid Vesta serta planet kerdil Ceres. Ia tetap di orbit di sekitar Ceres, yang sebagaimana Vesta, berada di sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter.

Dua teleskop tua NASA telah terpukul dengan masalah peralatan baru-baru ini, tetapi telah kambali pulih. Teleskop luar angkasa Hubble yang berusia 28 tahun melanjutkan pengamatan sains akhir pekan lalu, setelah terhenti selama tiga minggu. Sistem penunjuk teleskop Chandra X-ray yang berusia 19 tahun juga mengalami masalah yang tidak berangsur lama di bulan Oktober. Kedua kasus tersebut melibatkan giroskop [perangkat untuk mengukur atau mempertahankan orientasi] yang kritis, yang diperlukan untuk mengarahkan teleskop.

Hertz mengatakan semua permasalahan pesawat ruang angkasa “benar-benar independen” dan kebetulan secara waktu.

Sekarang, Kepler berada 151 juta km dari Bumi, harus tetap berada di orbit yang aman dan stabil di sekitar Matahari. Pengontrol penerbangan akan menonaktifkan semua pemancar pesawat antariksa, sebelum mengucapkan “selamat malam” terakhir.