Kebanyakan orang Amerika percaya bahwa sains dan agama tidak sejalan, tetapi sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa keterlibatan saintifik sebenarnya dapat mendorong kepercayaan kepada Tuhan.
Para peneliti dari Departemen Psikologi Arizona State University (ASU) menemukan bahwa informasi saintifik dapat menciptakan perasaan kagum, yang mengarah pada kepercayaan pada pandangan yang lebih abstrak tentang Tuhan. Karya ini akan diterbitkan dalam Journal of Experimental Social Psychology edisi September 2019.
“Ada banyak cara memikirkan tentang Tuhan. Beberapa orang menemukan Tuhan dalam DNA, beberapa orang lainnya menganggap Tuhan sebagai alam semesta, dan yang lainnya berpikir tentang Tuhan sebagai istilah yang dipersonifikasikan secara Alkitabiah,” kata Kathryn Johnson, profesor riset di ASU dan penulis utama pada studi. “Kami ingin tahu apakah keterlibatan saintifik memengaruhi kepercayaan tentang keberadaan atau sifat Tuhan.”
Meskipun sains sering digambarkan selalu berkenaan dengan data dan eksperimen, mahasiswa pascasarjana psikologi ASU Jordan Moon, yang merupakan rekan penulis paper, mengatakan sains bisa lebih bagi sebagian orang. Untuk menguji bagaimana orang terhubung dengan sains dan dampaknya pada keyakinan mereka tentang Tuhan, para peneliti melihat dua jenis keterlibatan ilmiah: pemikiran logis atau mengalami perasaan kagum.
Pertama, tim mensurvei para peserta tentang seberapa tertarik mereka pada sains, seberapa besar komitmen mereka terhadap pemikiran logis dan seberapa sering mereka merasa kagum. Mereka yang dilaporkan komitmen terhadap logika cenderung mengarah pada ketidakpercayaan kepada Tuhan, sedangkan para peserta yang melaporkan komitmen kuat terhadap logika dan mengalami kekaguman, atau perasaan kagum luar biasa yang sering mengarah pada keterbukaan pikiran, lebih mungkin dilaporkan percaya kepada Tuhan. Gambaran paling umum tentang Tuhan yang diberikan oleh para peserta itu bukanlah yang biasa ditemukan di rumah ibadat: Mereka dilaporkan bahwa mereka percaya pada Tuhan yang abstrak yang digambarkan sebagai mistik atau tanpa batas.
“Ketika orang-orang terpesona oleh kompleksitas kehidupan atau luasnya alam semesta, mereka lebih cenderung berpikir dengan cara yang lebih spiritual,” kata Johnson. “Perasaan kagum mungkin membuat orang lebih terbuka terhadap cara-cara lain untuk mengonsep-kan Tuhan.”
Dalam percobaan lain, tim peneliti meminta para partisipan yang terlibat dengan sains untuk menonton sebuah video. Meski ceramah tentang fisika kuantum menyebabkan ketidakpercayaan atau agnostisisme, menonton video musik tentang bagaimana atom merupakan partikel dan gelombang membuat orang-orang melaporkan perasaan kagum. Mereka yang merasa kagum juga lebih cenderung percaya pada Tuhan yang abstrak.
“Banyak orang berpikir sains dan agama tidak berjalan bersama, tetapi mereka berpikir tentang sains dengan cara yang terlalu sederhana dan agama dengan cara yang terlalu sederhana,” kata Adam Cohen, profesor psikologi dan penulis senior paper. “Ilmu pengetahuan cukup besar untuk mengakomodasi agama, dan agama juga cukup besar untuk mengakomodasi ilmu pengetahuan.”
Cohen menambahkan bahwa karya tersebut dapat mengarah pada pandangan yang lebih luas tentang sains dan agama .