BAGIKAN
[Pixabay]

Penelitian terbaru QIMR Berghofer Medical Research Institute mengungkap fakta bahwa meminum kopi tidak akan meningkatkan resiko seseorang untuk terdiagnosa ataupun kematian karena penyakit kanker.

Hasil riset ini telah dipublikasikan dalam the International Journal of Epidemiology.

Penulis utama dari artikel penelitian dan juga kepala dari QIMR Berghofer’s Statistical Genetics Group, Associate Professor Stuart MacGregor, mengatakan bahwa penelitian dilakukan dengan menggunakan metode randominasi Mendelian (Mendelian randomization, dengan menganalisa data dari 300.000 orang yang memiliki kebiasaan meminum kopi setiap hari, dan hasilnya tidak ditemukan adanya peningkatan ataupun penurunan resiko terkena penyakit kanker.



“Kita semua tahu bahwa kopi adalah salah satu minuman paling popular di dunia, dan banyak mitos yang berkembang dimasyarakat tentang resiko penyakit yang ditimbulkan akibat meminumnya,“ MacGregor mengatakan.

“Kita juga tahu bahwa kebiasaan meminum kopi terbentuk secara turun menurun.

“Kami melakukan penelitian untuk melihat apakah tingkat resiko kanker akan berbeda di antara kelompok orang dengan tingkat konsumsi kopi yang berbeda-beda (berdasarkan pengakuan masing masing individu), dan apakah ada tren yang sama ketika kami menggantikan faktor tingkat konsumsi kopi dengan konsumsi kopi akibat kecenderungan genetis.

“Kami menemukan bahwa tidak ada hubungan antara berapa banyak cangkir kopi yang seseorang konsumsi setiap hari, dengan penyakit kanker yang dideritanya (jika memang orang itu terkena kanker).

“Penelitian ini juga mementahkan asumsi yang menghubungkan kebiasaan meminum kopi dengan resiko kematian akibat kanker.



Kopi mengandung campuran kompleks dari zat-zat bioaktif, seperti kafein dan kahweol, yang menunjukkan memberikan pengaruh anti-tumor ketika dilakukan ujicoba pada hewan,

Dan potensinya sebagai zat anti kanker pada manusia, belum bisa disimpulkan sampai sekarang, karena beberapa hasil penelitian yang saling bertentangan, yaitu antara penelitian tentang pengaruh terhadap penyakit kanker secara keseluruhan dan terhadap penyakit kanker tertentu, seperti kanker payudara dan prostat.

The QIMR Berghofer melakukan analisis data dari 46.000 orang yang terdiagnosa penyakit kanker ganas dan 7.000 orang yang telah meninggal dunia karena kanker. Data diambil dari UK Biobank (pusat database yang berisi data genetis dari 500 ribu pria dan wanita di Inggris dari usia 37 hingga 73 tahun).

Informasi genetis dan gaya hidup dari para penderita kanker kemudian dibandingkan dengan data lebih dari 270 ribu orang yang tidak pernah terdiagnosa penyakit kanker.

Peneliti utama QIMR Berghofer, Jue-Sheng Ong mengatakan bahwa penelitian ini juga membandingkan data terhadap beberapa jenis kanker seperti kanker payudara, rahim, paru-paru dan prostat dan menyimpulkan bahwa kebiasaan minum kopi tidak berpengaruh sama sekali terhadap penyakit tersebut.

Dan ada beberapa bukti yang kurang meyakinkan tentang kanker kolorektal (usus besar), dimana dilaporkan bahwa mengkonsumsi kopi dalam jumlah banyak sedikit menurunkan resiko berkembangnya kanker tersebut, tetapi ketika memeriksa kembali data dari orang-orang yang memiliki kecenderungan genetis yang tinggi untuk meminum kopi menunjukkan adanya peningkatan resiko berkembangnya penyakit tersebut,” kata Ong.

“Adanya perbedaan hasil penelitian menunjukkan dibutuhkan penelitian lebih lanjut dan lebih dalam untuk menjelaskan apakah memang ada hubungan antara kanker kolorektal dan kopi.”



Associate Professor McGregor mengatakan bahwa penelitian ini nantinya bisa memberikan implikasi positif terhadap informasi kesehatan publik di seluruh dunia.

“Manfaat kesehatan dari kopi sudah menjadi perdebatan yang tiada akhir sepanjang zaman, dan dari penelitian yang kami secara sederhana ini bisa menunjukkan kepada kita bahwa konsumsi kopi bukanlah merupakan suatu cara yang efektif untuk melindungi diri kita dari penyakit kanker,” McGregor menambahkan.

  • Badan survei kesehatan statistic Australia menunjukkan bahwa ada 46 persen dari populasi warga Australia yang mengkonsumsi kopi (termasuk juga minuman penganti kopi) pada tahun 2011-2012.
  • Berdasarkan standar makanan Australia New Zealand, tidak ada panduan kesehatan dasar, seperti jumlah yang boleh dikonsumsi perhari untuk kafein.
  • Dalam pernyataannya dibulan Agustus 2018, Badan administrasi makanan dan obat AS (FDA) mengatakan bahwa penelitian terbaru menunjukkan kebiasaan minum kopi tidak terbukti meningkatkan resiko terkena penyakit kanker.
  • Analisis dari the QIMR Berghofer diambil dari pusat data the UK Biobank, dan dibatasi pada 438.870 partisipan warga negara Ingris kulit putih dengan kecenderungan genetis dan mempunyai kebiasaan meminum kopi.