Sebelumnya, berbagai karya seni prasejarah ditemukan di Gurun Sahara. Berupa ukiran dari beberapa hewan dan manusia yang sedang berenang. Penelitian lain menunjukkan bahwa ikan lele dan nila pernah melimpah di Sahara. Berbagai temuan tersebut, menunjukkan bahwa Gurun Sahara, sebagian besar merupakan tempat yang hijau ribuan tahun yang lalu.
Belum lama ini, para peneliti menganalisis inti sedimen dari Laut Mediternia. Dengan melakukan pelayaran ke Teluk Sirte Libya bersama GEOMAR Helmholtz Center for Ocean Research Kiel. Kemudian menggabungkan hasilnya dengan data-data melalui pemodelan iklim secara komputer. Lapisan dasar laut tersebut, menggambarkan perubahan besar dari lingkungan di Afrika Utara selama 160.000 tahun terakhir.
Analisis sedimen semacam itu akan membantu untuk lebih memahami waktu dan keadaan untuk pengaktifan kembali sungai-sungainya dan memberikan konteks iklim terhadap perkembangan populasi manusia di masa lalu.
Dengan menggunakan metode yang disebut piston coring, para ilmuwan memasukkan silinder raksasa ke dasar laut dan mampu mengumpulkan lumpur laut setinggi hampir 100 meter.
Lapisan lumpur tersebut mengandung berbagai partikel sedimen dan sisa-sisa tanaman dari benua Afrika terdekat. Selain itu ditemukan juga berbagai cangkang mikroorganisme yang berkembang di lautan. Dari data-data ini dapat menunjukkan bagaiman perubahan iklim terjadu di masa lalu.
“Kami menduga ketika Gurun Sahara masih berwarna hijau, sungai-sungai yang saat ini kering akan aktif dan akan membawa berbagai partikel ke Teluk Sirte,” kata Cécile Blanchet dari Pusat Penelitian Jerman untuk Geosciences GFZ.
Dari penelitian sebelumnya, telah diketahui bahwa beberapa sungai secara episodik mengalir melintasi wilayah tersebut, yang saat ini merupakan salah satu wilayah terkering di Bumi. Rekonstruksi tim yang belum pernah terjadi sebelumnya, menggambarkan kondisi yang berlangsung selama 160.000 tahun terakhir.
Ini menawarkan gambaran yang komprehensif tentang kapan dan mengapa ada cukup curah hujan di Sahara Tengah untuk mengaktifkan kembali sungai-sungai ini.
Apa yang telah menyebabkan perubahan iklim di Sahara sehingga menjadi begitu andus dan panas seperti sekarang?
“Kami menemukan bahwa perubahan kecil pada orbit bumi dan bertambahnya lapisan es di kutub yang menyebabkan pergantian fase lembap dengan curah hujan tinggi dan periode panjang yang hampir sepenuhnya kering,” kata Blanchet.
Masa subur umumnya berlangsung selama lima ribu tahun dan kelembapan tersebar di Afrika Utara hingga pantai Mediterania. Bagi orang-orang pada masa itu, hal ini mengakibatkan perubahan drastis pada kondisi kehidupan. Pada akhirnya memungkinkan terjadinya perpindahan besar-besaran di Afrika Utara.
“Dengan pekerjaan kami, kami telah menambahkan beberapa potongan teka-teki penting terhadap gambaran perubahan lanskap Sahara di masa lalu yang membantu untuk lebih memahami evolusi manusia dan sejarah migrasi,” kata Blanchet.
“Kombinasi data sedimen dengan hasil simulasi komputer sangat penting untuk memahami apa yang mengendalikan suksesi fase lembap dan kering di Afrika Utara pada masa lalu.
“Hal ini sangat penting karena diperkirakan kawasan ini akan mengalami kekeringan hebat sebagai akibat dari perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.”
Penelitian ini diterbitkan di jurnal Nature Geoscience.