BAGIKAN
vaksin Covid-19 (Credit: aa.com.tr)
(Credit: aa.com.tr)

Melansir AFP, perusahaan farmasi Pfizer dan BioNtech mengumumkan bahwa mereka telah menyelesaikan analisis vaksin COVID-19 buatannya dan hasilnya vaksin tersebut dapat melindungi 95 persen partisipan terhadap penyakit tersebut. Dan kedua perusahaan tersebut melaporkan telah mengajukan permohonan persetujuan pemakaian vaksin untuk kondisi darurat pada pemerintah AS.

Dan kabar baik dari perusahaan farmasi dari AS yang bekerjasama dengan perusahaan farmasi Jerman ini membawa harapan pada dunia yang tengah menghadapi pandemi virus corona, setelah sebelumnya mereka mengumumkan hasil analisis pendahuluan dari vaksin tersebut yang menunjukkan tingkat efektifitas mencapai 90 persen.

Dan hasil ini juga didukung dengan tingkat efikasi vaksin yang konsisten pada semua kelompok umur, gender dan juga etnis.

“Hasil penelitian ini menandai sebuah langkah penting dalam delapan bulan perjalanan bersejarah yang melahirkan sebuah vaksin yang mampu membantu mengakhiri pandemi yang merusak ini,” kata CEO Pfizer Albert Bourla kepada AFP.

Kabar keberhasilan ini menyusul hasil laporan trial klinis vaksin ini yang menunjukkan 170 orang dari 44.000 partisipan jatuh sakit selama trial, dimana 162 orang diantaranya masuk dalam kelompok plasebo dan delapan orang menerima dua dosis vaksin.

Dari 170 orang yang jatuh sakit, 10 orang diantaranya mengalami gejala parah COVID-19, dimana sembilan orang diantara mereka masuk dalam kelompok plasebo dan satu orang dalam kelompok yang menerima vaksin.

Data terbaru ini menunjukkan bahwa vaksin baru ini bisa ditoleransi dengan baik oleh para partisipan, dengan efek samping yang berlangsung singkat, baik yang ringan maupun sedang.

Tahapan trial yang kini berada pada tahap akhir yang dilakukan di 150 wilayah di Jerman, AS, Turki, Afrika Selatan, Brazil dan Argentina.

Trial ini akan dilanjutkan selama dua tahun mendatang untuk melihat seberapa lama daya imunitas vaksin ini berlangsung dan apakah nantinya akan timbul masalah keamanan jangka panjang.

Jika nantinya FDA mengeluarkan persetujuan untuk penggunaan darurat, vaksin ini rencananya terlebih dahulu akan diberikan pada para pekerja kesehatan di garis depan, orang-orang lanjut usia dan mereka yang beresiko tinggi, pada pertengahan bulan Desember mendatang.

Para pejabat pemerintahan AS mengatakan akan berupaya meningkatkan ketersediaan vaksin ini dan diharapkan akan tersedia dalam jumlah yang cukup bagi keseluruhan populasi negara tersebut pada musim semi dan musim panas mendatang.

Pfizer dan BioNtech mengatakan bahwa mereka berharap dapat memproduksi 50 juta dosis vaksin tahun ini dan 1,3 milyar dosis vaksin pada akhir tahun 2021.

Para ilmuwan menyambut baik kabar ini, tetapi mereka mengatakan akan menunggu informasi detil lainnya, seperti data usia dan kondisi kesehatan partisipan sebelum mendapatkan vaksin, yang mungkin dapat menjelaskan mengapa terjadi kasus gejala parah COVID-19 pada kelompok partisipan yang menerima vaksin.

Tetapi secara keseluruhan, reaksi publik sangat positif.

Pada hari Senin lalu (16/11/2020), perusahaan biotech Moderna mengatakan bahwa dua dosis vaksin yang mereka kembangkan bersama US National Institute of Health (NIH) menunjukkan efektivitas hingga 94,5 persen menurut hasil analisis pendahuluan.

Kedua vaksin tersebut menggunakan teknologi mRNA (messenger ribonucleic acid) untuk menghantarkan material genetik ke dalam tubuh sehingga sel-sel manusia akan menghasilkan sejenis protein yang berasal dari virus.

Proses ini akan ‘melatih’ sistem imun kita untuk bersiap menghadapi serangan ketika terinfeksi virus SARS-CoV-2.

Dan ada dua perbedaan yang signifikan dari kedua vaksin ini.

Vaksin buatan Pfizer harus disimpan dalam suhu -70 derajat Celcius (-94 derajat Fahrenheit) dan vaksin Moderna hanya membutuhkan suhu -20 derajat Celcius (-4 Fahrenheit), seperti suhu freezer biasa.

Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan pada formulasi “lipid nanopartikel” yang digunakan untuk menghantarkan molekul-molekul mRNA.

Kondisi temperatur sangat rendah yang dibutuhkan oleh vaksin Pfizer-BioNtech ini menimbulkan kekhawatiran dalam hal logistik. Dan pihak perusahaan mengatakan bahwa mereka telah mengembangkan “container pengiriman thermal yang dilengkapi dengan dry ice untuk menjaga temperatur agar selalu stabil, yang dapat digunakan hingga 15 hari dengan mengisi kembali dry ice ke dalamnya. 

Selain itu, dosis vaksin Pfizer-BioNTech juga jauh lebih kecil, 30 mikrogram dibandingkan vaksin Moderna-NIH yang berukuran 100 mikrogram, yang kemungkinan dapat menurunkan biaya pembuatan per dosis vaksin.