BAGIKAN
(Freepik)

Pada bulan November 2019, sebelum pandemi virus corona baru melanda dunia, 14 orang anak-anak di Samoa, kepulauan Pasifik, mengalami kondisi kritis yang mengharuskan para dokter menggunakan ventilator untuk menyelamatkan hidup mereka. Anak-anak tersebut sedang berjuang keras melawan penyakit yang disebabkan oleh jenis virus yang sama sekali berbeda, yaitu campak.

Selama wabah berlangsung, 81 orang di Samoa meninggal dunia akibat penyakit tersebut. Dan kematian mereka seharusnya bisa dicegah dengan pemberian vaksin yang efektif dan aman.

Dan banyak orang didunia yang yang meninggal karena mereka menolak vaksin seperti yang direkomendasikan oleh para pakar kesehatan. Dan kondisi ini membuat Organisasi Kesehatan dunia, WHO khawatir jika nantinya virus penyebab COVID-19 tidak akan pernah hilang, bahkan ketika vaksin penyakit ini telah ditemukan.


“Saya kira tidak ada yang bisa memperkirakan kapan dan apakah penyakit ini bisa musnah,” kata Executive Director of Health emergencies Mike Ryan dalam sebuah konferensi pers hari Rabu lalu.

“Kami memiliki sebuah harapan besar, jika nantinya kita memiliki sebuah vaksin yang efektif dan aman, dan akan bisa didistribusikan pada semua orang yang membutuhkan di seluruh dunia. Mungkin kami bisa mengeliminasi virus ini.”

Tetapi vaksin harus selalu tersedia. Harus memiliki efektifitas tinggi. Dan juga harus bisa diperoleh oleh semua orang, dan kami akan menggunakannya.”

Ryan mengeluarkan pernyataan ini beberapa jam setelah kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan pada Financial Times bahwa dibutuhkan waktu setidaknya empat hingga lima tahun untuk mengendalikan virus corona baru ini, dan dia menambahkan bahwa tidak ada jaminan apakah setelah itu wabah akan semakin baik atau malah memburuk, atau apakah kita mampu mengembangkan sebuah vaksin yang efektif.

Bahkan Ryan menyatakan bahwa untuk bisa melempar vaksin virus corona ini ke pasaran merupakan sebuah proyek besar yang sangat ambisius.

“Virus ini mungkin tidak akan pernah hilang,” kata Ryan.

Tanpa vaksin, dibutuhkan setidaknya empat hingga lima tahun untuk bisa mengendalikan wabah COVID-19.

Dengan fakta bahwa sebagian besar masyarakat dunia belum terpapar COVID-19, bisa diartikan bahwa seluruh wilayah dunia memiliki resiko penularan penyakit ini.


“Jumlah orang dalam populasi yang telah terinfeksi sangat rendah,” kata Ryan, berdasarkan hasil tes yang dilakukan di seluruh dunia untuk mengetahui keberadaan antibodi di dalam darah, dimana sejauh ini (walaupun tes ini juga masih diragukan akurasinya) masih kurang dari 10 persen orang di dunia yang telah terpapar oleh virus corona baru.

Dengan ketiadaan vaksin, maka akan dibutuhkan waktu bertahun-tahun hingga penyakit ini kembali pada fase endemi, kata Ryan. Dimana diperkirakan pada saat itu telah banyak orang yang telah terpapar, dan kemudian akan menyebar luas seperti juga virus influenza musiman.

Di Amerika Serikat, Dr. Anthony Fauci, direktur National Institute of Allergy and Infectious Disease, sebuah lembaga yang didalamnya terdapat para ilmuwan bekerja keras untuk mengembangkan vaksin COVID-19, mengatakan pada para anggota senat AS pada hari Selasa lalu bahwa vaksin tidak akan bisa siap pada saat para mahasiswa kembali ke kampus mereka pada musim gugur ini.

Jika sebuah vaksin telah siap pada tahun-tahun mendatang, masih harus melalui banyak tahapan politis, finansial dan logistik agar bisa didistribusikan secara luas dengan mudah dan juga murah, dan harus dipastikan pula ketersediaan botol vial dan jarum suntik untuk kebutuhan global.

“Sains pasti bisa membuat vaksin,” kata Ryan, “tetapi jika nantinya vaksin berhasil dibuat, kami harus bisa memastikan semua orang mendapatkan satu dosis dari vaksin tersebut, dan kami harus bisa mendistribusikannya dan juga memastikan semua orang bersedia untuk divaksin. Dan dalam setiap tahapan tersebut, adalah tantangan yang tidak mudah.”

Berdasarkan hasil jajak pendapat yang diadakan oleh Morning Consult pada awal bulan ini, hanya sekitar separuh (53 persen) dari seluruh warga AS dewasa yang bersedia mendapatkan vaksin COVID-19, jika nantinya vaksin sudah tersedia.

Dan persentase dari orang dewasa di AS yang merasa “sangat nyaman” dengan vaksinasi menurun, dan persentase orang yang mengatakan “tidak terlalu nyaman” dengan vaksin bertambah secara signifikan sejak Januari, ditengah kondisi pandemi ini, menurut survey yang dilakukan oleh Civic Science.

“Maafkan saya jika pernyataan saya bernada sinis, tetapi sebelum ini juga kita pernah berhasil mengembangkan vaksin yang paling efektif di planet ini yang tidak bisa digunakan secara efektif untuk memberantas dan mengeliminasi sebuah penyakit, dan kita memang belum pernah berhasil melakukannya,” kata Ryan.