Ditemukan 215 mayat anak-anak di kuburan massal di dekat sebuah sekolah yang tak terpakai, di mana telah dijadikan sebagai sarana untuk membaurkan satu kebudayaan baru yang menggantikan budaya asli anak-anak pribumi di Kanada. Dalam sebuah pernyataan, kepala Tk’emlups te Secwepemc First Nation menyebutkan bahwa mayat-mayat itu ditemukan di bekas situs Kamloops Indian Residential School dengan bantuan radar yang dapat menembus lapisan tanah.
Kamloops Indian Residential School terletak di Tk’emlups te Secwepemc First Nation yang ditutup pada tahaun 1978. Pernah menjadi sebuah sekolah asrama terbesar di Kanada. Sekolah ini merupakan bagian dari sebuah sistem sekolah yang diciptakan untuk menyingkirkan anak-anak pribumi dari pengaruh budaya mereka sendiri, dan mengasimilasinya ke dalam budaya Eropa-Kanada yang dominan.
Sekolah ini didirikan pada tahun 1890 dan beroperasi hingga tahun 1969, ketika diambil alih oleh pemerintah federal dari Gereja Katolik untuk digunakan sebagai tempat tinggal sekolah harian.Tentang keberadaan kuburan massal di halaman sekolah tersebut, sudah lama menjadi desas-desus masyarakat setempat. Namun, kebenarannya belum pernah didokumentasikan dan diakui secara formal.
Masih belum jelas bagaimana tepatnya anak-anak itu meninggal, tetapi tampaknya mereka adalah korban pelecehan yang marak dalam sistem sekolah hunian (residential school system), suatu lembaga yang menampung anak-anak yang diambil dari keluarga di seluruh negeri. Sejauh ini, Pusat Nasional untuk Kebenaran dan Rekonsiliasi telah mengungkapkan identitas lebih dari 50 anak yang dikuburkan, yang meninggal antara tahun 1919 hingga 1964.
ABC News melaporkan bahwa, dari abad ke-19 hingga 1970-an, lebih dari 150.000 anak-anak First Nation (kelompok masyarakat adat Kanada) diminta menghadiri sekolah-sekolah Kristen yang didanai negara sebagai bagian dari program untuk mengasimilasi mereka ke dalam masyarakat Kanada. Mereka dipaksa masuk Kristen dan tidak diizinkan berbicara bahasa ibu mereka. Banyak yang dipukuli dan dicaci maki, dan hingga 6.000 orang dikatakan telah meninggal.
Pemerintah Kanada meminta maaf di Parlemen pada tahun 2008 dan mengakui bahwa pelecehan fisik dan seksual di sekolah yang sempat merajalela. Banyak siswa ingat dipukuli karena berbicara dalam bahasa ibu mereka. Mereka juga kehilangan kontak dengan orang tua dan adat istiadat mereka. Para pemimpin adat telah menyebutkan bahwa warisan pelecehan dan isolasi sebagai akar penyebab tingkat epidemi alkoholisme dan kecanduan narkoba pada reservasi.
Kanada telah secara resmi mengakui babak sejarah yang mengerikan ini melalui Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Kanada. Laporan utama mereka, yang diterbitkan pada tahun 2015, menyimpulkan bahwa sekolah mereka termasuk dalam “genosida budaya”.
Mengingat penemuan baru-baru ini di Kamloops Indian Residential School, banyak politisi telah menawarkan penyesalan. Perdana Menteri Justin Trudeau dalam cuitannya: “Berita yang ditemukan di bekas sekolah hunian Kamloops menghancurkan hati saya – itu adalah sebuah pengingat yang menyakitkan dari bab gelap dan memalukan dari sejarah negara kita.”
Gereja Katolik sebelumnya menolak untuk meminta maaf atas pelanggaran yang terjadi di dalam sekolah-sekolah asrama di Kanada di bawah pengawasan mereka. Perdana Menteri Trudeau secara pribadi menulis kepada Paus Fransiskus menyerukan permintaan maaf pada tahun 2018, tetapi permohonan itu ditolak mentah-mentah. Sekarang ada seruan baru bagi gereja untuk mengutuk peran mereka dalam tragedi itu.