BAGIKAN
Ilustrasi Quetzalcoatlus northropi. Credit: JAMES KUETHER

Quetzalcoatlus northropi adalah pterosaurus terbesar dan mungkin merupakan hewan terbesar yang sanggup terbang. Namun, dengan ukurannya yang besar itu menjadikan pertanyaan bagaimana ia bisa melayang di udara?

Menurut sebuah penelitian baru, untuk dapat terbang makhluk raksasa itu mungkin melompat setidaknya hingga setinggi 2,5 meter lalu diikuti oleh kepakan sayapnya yang kuat. Quetzalcoatlus harus melompat setinggi pinggulnya ke udara agar sayapnya bisa mulai mengepak.

Saat melayang di udara, Quetzalcoatlus northropi sayapnya akan terbentang hingga mencapai 12 meter. Ini lebih besar dari beberapa jenis pesawat ringan. Para ilmuwan juga menganalisis hewan sejenis yang lebar sayapnya lebih pendek. Kedua pterosaurus ini fosilnya pertama kali ditemukan di tempat yang sama di Taman Nasional Big Bend, Texas, di tahun 1970-an.

Pterosaurus yang berukuran lebih kecil ini adalah Quetzalcoatlus lawsoni. Selain deskripsi awal tentang fosil dari penemu pertamanya, hampir tidak ada penelitian ilmiah yang diterbitkan berdasarkan studi langsung terhadap tulangnya.

Struktur tulang spesies Quetzalcoatlus membuatnya tidak bisa menggunakan sayapnya untuk membantu mereka bergerak di tanah. Credit: John Conway

“Ini adalah pertama kalinya kami melakukan studi yang paling komprehensif,” kata Matthew Brown. Ia adalah seorang direktur dari Vertebrate Paleontology Collections di University of Texas at Austin. “Meskipun Quetzalcoatlus telah dikenal selama 50 tahun, ia kurang dikenal.”

Sementara spesies yang lebih besar diketahui hanya dari sekitar selusin tulang, ada ratusan fosil dari spesies yang lebih kecil. Ini menyediakan bahan yang cukup bagi para ilmuwan untuk merekonstruksi kerangka yang hampir lengkap dari spesies yang lebih kecil dan mempelajari bagaimana ia terbang dan bergerak. Mereka kemudian menerapkan wawasan itu pada kerabatnya yang lebih besar.

“Pterosaurus memiliki tulang dada yang besar, di mana otot-otot terbang menempel, jadi tidak diragukan lagi bahwa mereka adalah penerbang yang hebat,” kata Kevin Padian dari University of California, Berkeley.

Jika untuk terbang diperlukan hentakan yang kuat, maka saat mendarat Quetzalcoatlus perlu usaha yang dapat menghentikan dorongan tubuhnya. “Hewan itu harus mengepakkan sayapnya untuk menghentikan dan memperlambat penurunannya sebelum mendarat dengan kaki belakangnya dan melompat sedikit,” kata Padian kepada Natural History Museum, London. “Kemudian ia meletakkan kaki depannya, mengambil posisi berkaki empat, meluruskan dirinya dan berjalan pergi.”

Serangkaian gambar yang menunjukkan tahapan Quetzalcoatlus terbang, pertama berjongkok, melompat, lalu mengepakkan sayapnya. Credit: Kevin Padian et al/John Conway

Menurut Thomas Lehman dari Texas Tech University, spesies Quetzalcoatlus yang lebih besar mungkin hidup seperti bangau hari ini, berburu sendirian di sungai. Sementara spesies yang lebih kecil, tampaknya berkumpul bersama di danau – baik sepanjang tahun atau musiman untuk kawin – dengan setidaknya 30 ekor ditemukan di sebuah situs fosil.

Sebelumnya, Quetzalcoatlus telah disarankan sebagai hewan pemakan bangkai, seperti burung kondor modern. Namun hasil penelitan terbaru ini menolaknya, karena paruhnya terlalu halus untuk melakukan itu. Mereka menggunakan rahangnya yang panjang dan tidak bergigi untuk mendapatkan kepiting, cacing, dan kerang dari dasar sungai dan dasar danau. Malahan, kerabat modern terdekat Quetzalcoatlus mungkin adalah bangau yang juga sering berburu hewan-hewan di perairan dangkal.

“Reptil terbang purba ini melegenda, meskipun sebagian besar konsepsi publik tentang hewan itu artistik, bukan ilmiah,” kata Padian. Dua puluh empat negara telah memasangnya di prangko mereka, misalnya. “Ini adalah tampilan nyata pertama dari keseluruhan hewan terbesar yang pernah terbang, sejauh yang kami tahu. Hasilnya adalah revolusioner bagi studi pterosaurus — hewan pertama, setelah serangga, yang pernah berevolusi dengan penerbangan bertenaga.”

Penelitian ini telah diterbitkan di Journal of Vertebrate Paleontology.