BAGIKAN
[Pixabay]

Plastik yang biasa kita gunakan saat ini pada umumnya terbuat dari bahan-bahan minyak bumi yang kaya akan karbon yang dibentuk menjadi sebuah senyawa kimia rantai panjang yang disebut polimer. Plastik jenis ini sulit untuk diuraikan, yang pada akhirnya akan terakumulasi menjadi tumpukan sampah dan mencemari lingkungan. Namun, polimer juga bisa dihasilkan oleh organisme sebagai biopolimer.

Sebuah penelitian terbaru dari Tel Aviv University (TAU) menjelaskan proses pembuatan polimer bioplastik yang tidak memerlukan tanah atau air tawar. Polimer ini berasal dari mikroorganisme yang memakan rumput laut. Selain dapat terurai, bioplastik ini menghasilkan nol limbah beracun dan dapat didaur ulang menjadi limbah organik.

Penemuan ini adalah buah dari kolaborasi multidisiplin antara Alexander Golberg dari Porter School of Environmental and Earth Sciences TAU dan  Michael Gozin dari School of Chemistry TAU. Penelitian mereka diterbitkan dalam jurnal Bioresource Technology .

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, plastik menyumbang hingga 90 persen dari semua polutan di lautan kita, namun ada beberapa alternatif dari bahan tersebut yang sebanding dan ramah lingkungan.

“Plastik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai. Sehingga botol, kemasan, dan kantong membuat ‘benua’ plastik di lautan, membahayakan hewan dan mencemari lingkungan,” kata Golberg. “Plastik juga diproduksi dari produk minyak bumi, yang memiliki proses industri yang melepaskan kontaminan kimia sebagai produk sampingan.

“Sebuah solusi parsial untuk epidemi plastik adalah bioplastik, yang tidak menggunakan minyak bumi dan terdegradasi dengan cepat. Tetapi bioplastik juga memiliki biaya lingkungan: Untuk menumbuhkan tanaman atau bakteri dalam memproduksi plastik, membutuhkan tanah subur dan air tawar, di mana pada kebanyakan negara, termasuk Israel, tidak memilikinya.

“Proses baru kami menghasilkan ‘plastik’ dari mikroorganisme laut yang sepenuhnya dapat didaur ulang menjadi limbah organik.”

Para peneliti memanfaatkan mikroorganisme (Haloferax mediterranei) yang memakan rumput laut untuk menghasilkan polimer bioplastik yang disebut polyhydroxyalkanoate (PHA). “Bahan baku kami adalah rumput laut multiseluler, dibudidayakan di laut,” kata Golberg. “Ganggang ini dimakan oleh mikroorganisme sel tunggal, yang juga tumbuh di air yang sangat asin dan menghasilkan polimer yang dapat digunakan untuk membuat bioplastik.

Sudah ada pabrik yang memproduksi bioplastik jenis ini dalam jumlah komersial, tetapi mereka menggunakan tanaman yang membutuhkan lahan pertanian dan air tawar. Proses yang kami usulkan akan memungkinkan negara-negara yang kekurangan air tawar, seperti Israel, Cina dan India, untuk beralih dari plastik yang diturunkan dari minyak bumi menuju plastik yang dapat terurai secara hayati. ”

Menurut Golberg, studi baru ini dapat merevolusi upaya dunia untuk membersihkan lautan, tanpa memengaruhi tanah yang subur dan tanpa menggunakan air tawar. “Plastik dari sumber fosil adalah salah satu faktor paling berpolusi di lautan,” katanya. “Kami telah membuktikan bahwa untuk menghasilkan bioplastik yang sepenuhnya berdasarkan sumber daya laut dalam prosesnya yang ramah baik bagi lingkungan maupun bagi penghuninya adalah memungkinkan.

“Kami sekarang sedang melakukan penelitian dasar untuk menemukan bakteri dan ganggang terbaik yang paling cocok untuk memproduksi polimer untuk menghasilkan bioplastik dengan sifat yang berbeda,” ia menyimpulkan.