BAGIKAN
[Pixabay]

Dari setiap telur yang dihasilkan oleh ayam, tidaklah jelas apakah ia akan menetas sebagai ayam betina atau pejantan. Namun para ilmuwan di Jerman baru-baru ini telah menemukan sebuah metoda yang disebut sebagai “Seleggt”, di mana mereka dapat memprediksi jenis kelamin ayam sebelum menetas.

Seberapa penting ‘gender’ di dunia peternakan hewan unggas?

Dibandingkan dengan ayam betina, ayam pejantan dianggap kurang produktif. Selain tidak menghasilkan telur, badannya pun tidak akan bertambah besar yang tidak sepadan dengan jumlah biaya pakan yang telah menjadi asupannya.

Oleh karena itu banyak anak-anak ayam pejantan yang dimusnahkan hidup-hidup. Di antaranya dimasukkan ke dalam mesin penggiling atau pencacah untuk diolah menjadi makanan reptil.

Sebelumnya, Foundation for Food and Agriculture Research (FFAR) telah menawarkan hadiah senilai $ 6 juta untuk pengembang teknologi yang dapat secara akurat dan cepat menentukan jenis telur ayam petelur sebelum menetas, yang juga dikenal sebagai in-ovo sexing.

Menurut Wattagnet, diperkirakan 4 hingga 6 miliar anak ayam jantan dibantai secara global setiap tahun karena dianggap tidak memiliki keuntungan secara ekonomi.

Dengan demikian, proses Seleggt dianggap sebagai solusi dalam memecahkan pemusnahan anak ayam yang secara finansial juga dapat menghemat biaya para peternak unggas.

Proses “Seleggt” yang dipatenkan dapat menentukan jenis kelamin anak ayam hanya dalam sembilan hari setelah sel telur dibuahi. Telur jantan diolah menjadi pakan ternak, sehingga hanya anak ayam betina yang menetas pada akhir masa inkubasi selama 21 hari.

Foto: SELEGGT

“Kita semua memiliki tujuan yang sama, yaitu mengakhiri pemusnahan anak ayam dalam rantai pasokan. Tentu saja, ada kompetisi, tetapi ini positif karena membuat kita tetap fokus pada tujuan itu.” kata Dr Ludger Breloh, direktur pelaksana Seleggt kepada The Guardian.

Tentu saja pemusnahan anak ayam telah menjadi semakin kontroversial sehingga mendorong perlombaan global untuk mengembangkan solusi yang lebih manusiawi.

Seleggt, pada awalnya dikembangkan oleh Breloh berdasarkan upaya gabungan dari tim ilmuwan di Universitas Leipzig Jerman yang telah mengembangkan bahan kimia yang dapat mendeteksi  hormon yang hadir dalam jumlah tinggi dalam telur wanita dengan ketepatan 98,5%, dengan sebuah perusahaan teknologi Belanda HatchTech dan meminta mereka untuk membuat mesin otomatisnya.

[Foto: Martn Bondzio / SELEGGT]
Untuk mengekstrak cairan uji dengan cepat dari sel telur tanpa harus merusaknya, para ilmuwan menggunakan sinar laser yang dapat membuat lubang sebesar 0,3 mm pada cangkang telur. Kemudian, tekanan udara diterapkan dari bagian luar cangkang yang dapat mendorong setetes cairan keluar dari lubang. Proses ini membutuhkan satu detik per telur dan memungkinkan cairan dikumpulkan dari telur tanpa menyentuhnya.

Awal tahun ini Seleggt telah menetaskan induk pertama yang dibiakkan menggunakan metode ini. Telur mereka – yang pertama kali dijual dari ayam yang dipelihara tanpa membunuh ayam jantan – membanjiri rak-rak supermarket di Berlin pada bulan November, yang dilengkapi dengan label  “respeggt”.