BAGIKAN
Lengan Perran Ross, seorang ilmuwan yang dipenuhi oleh nyamuk yang menggigitnya (Perran Ross)

Perran Ross, adalah seorang ilmuwan yang melakukan eksperimen dengan membiarkan tangannya dihisap darahnya oleh ratusan nyamuk yang telah terinfeksi oleh bakteri Wolbachia. Suatu upaya yang merupakan salah satu bagian dari penelitiannya, untuk mengatasi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di seluruh dunia.

Virus demam berdarah dengue menginfeksi tubuh manusia dengan perantara nyamuk. Bagi mereka yang telah terinfeksi, akan menunjukkan gejala-gejalanya berupa sakit kepala, muntah-muntah, nyeri otot, ruam pada kulit dan disertai demam tinggi selama berhari-hari.

Pada sebagian kecil dari kasus yang terjadi, gejala-gejala tersebut berkembang menjadi demam berdarah dengue atau yang dikenal sebagai sindrom shock. Menyebabkan terjadinya pendarahan di bawah kulit dan muntah-muntah yang parah. Jumlah kasus yang terinfeksi semakin meningkat pada setiap tahunnya. Pada tahun 2019 saja, organisasi kesehatan dunia (WHO) telah mencatat sebanyak 4,2 juta kasus di sepanjang tahun, walaupun angka kematian akibat penyakit ini relatif kecil.



Pada beberapa wilayah tertentu di Australia, wabah dengue adalah sebuah cerita masa lalu.

Walaupun penyakit demam dengue tidak pernah menjadi sebuah endemik di Australia, di North Queensland beberapa kali pernah terjadi wabah dengue yang muncul secara sporadis akibat para pelancong yang digigit nyamuk dan terinfeksi. Pada tahap selanjutnya, nyamuk tersebut menggigit orang lainnya dan mentransmisikan virus tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah angka kasus demam dengue di Australia menurun drastis. Dan sepanjang tahun ini, hanya tercatat dua kasus lokal teridentifikasi.

“Wilayah North Queensland kini telah menjadi wilayah yang bebas penyakit demam berdarah dengue untuk pertama kalinya selama lebih dari 100 tahun,” kata dr Richard Gair, Director of Tropical Public Health Services di Cairns pada bulan April lalu.

Semua itu berkat bantuan bakteri Wolbachia

Sejak tahun 2011, para peneliti dan warga di North Queensland telah melepaskan nyamuk-nyamuk yang terinfeksi bakteri Wolbachia ke alam bebas.

Wolbachia diketahui adalah bentuk paling umum dari bakteri penginfeksi. Dalam sebuah penelitian di tahun 1990an ditemukan 17 persen dari spesies serangga yang diuji terinfeksi bakteri ini. Bakteri ini secara alami akan menghalangi transmisi dari demam dengue yang penularannya melalui perantara nyamuk. Dan kehadiran bakteri ini tidak berpengaruh sama sekali pada manusia, membuat bakteri ini dijadikan pilihan terbaik untuk memerangi penyakit demam berdarah dengue.

Tetapi ada satu masalah, Wolbachia tidak secara alami ada pada nyamuk yang menularkan demam dengue, Aedes aegypti, dan bukan perkara yang mudah untuk menginfeksi nyamuk-nyamuk tersebut dalam jumlah besar.

Untuk menginfeksinya, telur-telur nyamuk A. aegypti harus diinfeksi satu persatu dengan bakteri Wolbachia di bawah mikroskop.



“Kami mengurutkan telur-telur nyamuk dalam sebuah slide kaca mikroskop, kemudian dengan menggunakan micromanipulator, disuntikkan pada setiap telur dengan jarum yang sangat kecil,” kata Ross, seorang entomolog dari University of Melbourne.

“Kemudian kami mengambil sel-sel yang mengandung bakteri Wolbachia dari satu buah telur, dan memasukkannya ke telur lainnya. Jika kita beruntung, maka telur-telur tersebut akan bertahan hidup, dan akan meneruskannya hingga generasi selanjutnya.

Pekerjaan ini memerlukan ketelatenan. Seorang peneliti mungkin mampu menyuntikkan beberapa ratus telur per hari, tetapi dibutuhkan setidaknya 200 hingga 10.000 telur untuk bisa mendapatkan satu ekor nyamuk betina yang terinfeksi Wolbachia, sebagai pembawa bakteri ini pada generasi selanjutnya.

Ketika telah didapatkan nyamuk-nyamuk yang terinfeksi Wolbachia, para peneliti mula mengembang biakkannya di dalam lab. Jika kita ingin nyamuk-nyamuk yang terinfeksi mampu berkembang biak dengan nyamuk-nyamuk sejenis di alam bebas, anda membutuhkan sekitar satu nyamuk untuk setiap tiga atau sepuluh rumah di area anda. Dan anda bisa bayangkan bagaimana cepatnya angka tersebut bertambah.

Ross setiap hari melakukan pengamatan dan eksperimen tentang nyamuk ini. Dia memonitor pengaruh jangka panjang dan stabilitas dari bakteri Wolbachia pada nyamuk-nyamuk Australia. Selain itu, Ross juga memberi makan ribuan nyamuk-nyamuk yang lapar setiap hari. Untuk pekerjaan ini, Ross menjadikan dirinya sebagai umpan.

Sebuah foto yang memperlihatkan lengannya dipenuhi oleh gigitan nyamuk menjadi viral di bulan Mei lalu, itu terjadi setelah Ross memberi makan sekitar 5000 nyamuk dalam satu hari.

Kemungkinan nantinya akan ada lebih banyak lagi nyamuk yang harus diberi makan oleh Ross. Karena ternyata bakteri Wolbachia tidak hanya menurunkan tingkat infeksi dari dengue, tetapi juga menurunkan tingkat infeksi dari penyakit-penyakit lainnya yang disebarkan oleh nyamuk, karena bakteri ini mampu memperpendek masa hidup nyamuk A.aegypti dengan menginfeksinya.

Karenanya, nyamuk-nyamuk yang terinfeksi bakteri Wolbachia ini juga akan dilepaskan di bagian-bagian lain di dunia dimana virus Zika, dengue dan chikungunya menjadi ancaman bagi resiko kesehatan.

Pengaruh positif dari usaha pelepasan nyamuk-nyamuk yang terinfeksi bakteri Wolbachia (World Mosquito Program)

Hingga merebaknya pandemi COVID-19 tahun 2020 ini, program tersebut dihentikan sementara, kelompok-kelompok non-for-profit seperti The World Masquito Program selama ini telah mendukung program pelepasan nyamuk yang terinfeksi Wolbachia di seluruh dunia. Proyek ini telah berhasil melepaskan nyamuk yang terinfeksi di 12 negara.

Hal penelitian yang dilakukan Ross menunjukkan bahwa Wolbachia tetap stabil dalam populasi. Jadi walaupun pada wilayah dimana COVID-19 membuat program ini dihentikan sementara, nyamuk-nyamuk yang dilepaskan sebelumnya tetap berada di wilayah tersebut.

Walaupun tantangan saat ini cukup besar, Ross tetap optimis akan peran Wolbachia dalam mengatasi demam berdarah dengue di seluruh dunia.