BAGIKAN
Benteng Naryn-Kala (Credit: National University of Science and Technology / MISIS)

Tersembunyi di bawah benteng kuno Naryn-Kala di kota Derbent-Rusia, sebuah struktur yang terkubur di bawah tanah, dibangun untuk tujuan yang tidak pernah diketahui secara pasti selama berpuluh-puluh tahun. Hingga akhirnya, dengan berkembangnya teknolologi pemindaian saat ini, kita akhirnya bisa mengetahui bentuk dan fungsi bangunan kuno tersebut. Hipotesis para arkeolog tentang penggunaan bangunan ini sebagai kuil Kristen kemungkinan besar adalah benar. Jika teori ini dikonfirmasi, bangunan ini adalah salah satu gereja tertua di dunia.

Hasil riset ini telah dipublikasikan di dalam jurnal Applied Sciences.

Para peneliti telah menggunakan sebuah teknologi fisika nuklir yang dikenal dengan radiografi muon yang bekerja dengan melacak partikel subatom muon yang bermuatan, yang tercipta ketika radiasi kosmis berinteraksi dengan atom-atom di atmosfer bumi. Partikel-partikel kosmis yang secara alami terus berjatuhan menghujani bumi ini, mampu menembus suatu ruangan jauh di bawah permukaan tanah.

Ketika radiasi kosmis melintas pada suatu ruang kosong, plat-plat emulsi nuklir yang digunakan sebagai detektor segera dapat ’menangkap’ partikel-partikel tersebut dan kemudian menghasilkan sebuah gambaran dari partikel-partikel muon ketika melintas, dan juga ketika partikel-partikel tersebut diserap dan dibelokkan (oleh suatu benda padat seperti batu atau kayu). (Metode yang sama yang digunakan pada piramida di Mesir sebelumnya.)

Dengan teknologi ini, tim peneliti melakukan pemindaian secara cermat terhadap struktur bangunan di bawah tanah tersebut tanpa melakukan perusakan. Pada akhirnya mereka mengambil kesimpulan bahwa struktur tersebut dulunya adalah sebuah gereja yang sangat besar.

Dan yang paling mengejutkan adalah, gereja itu bisa berusia lebih tua dari negara Rusia itu sendiri, diperkirakan didirikan pada tahun 300 masehi.

Sebelumnya, bahkan hingga kini, para arkelolog mempunyai pendapat yang berbeda-beda tentang fungsi bangunan ini, apakah ia sebuah gereja, sebuah waduk atau semacam tempat penampungan air, atau mungkin saja sebuah tempat peribadatan bagi agama majusi (Zoroaster). Dan berkat teknologi pemindaian ini, mereka akhirnya bisa mengetahui dengan pasti bahwa hipotesa pertama-lah yang paling mendekati kebenaran.


Pemandangan struktur dari atas (Credit: National University of Science and Technology / MISIS)

“Sebuah bangunan dengan bentuk yang tidak umum, berbentuk salib, sehingga kami perlu untuk menempatkan beberapa detektor yang dapat mengorientasi secara ketat pada berbagai sisi dunianya,” kata Natalia Polukhna, fisikawan dari the National University of Science and Technology (MISIS) di Rusia.

“Satu sisi berukuran dua meter lebih panjang dari sisi yang lain.”

Para ilmuwan tidak bisa melakukan penggalian terhadap apa yang ada di bawah benteng Naryn-Kala tersebut karena bangunan ini telah dijadikan sebagai situs warisan budaya oleh UNESCO (hanya sedikit saja bagian dari struktur tersebut muncul di permukaan tanah). Hal ini membuat tim peneliti harus menurunkan detektor hingga mencapai kedalaman dari struktur tersebut, dan menghabiskan waktu hingga empat bulan untuk memindai dimensi di dalamnya.

Bangunan tersebut mempunyai memiliki tinggi 11 meter, sisi utara hingga selatannya berukuran 15 meter, dan sisi timur hingga baratnya berukuran 13,4 meter. Sebuah kubah berada di tengah struktur yang berbentuk seperti salib.

Sebelumnya, situs ini di anggap sebagai sebuah bak penampungan air di masa lalu — bisa jadi memang pernah digunakan untuk tujuan tersebut pada abad 17-18 masehi. Namun, ditemukannya perbedaan antara struktur bangunan tersebut dengan sebentuk struktur menyerupai waduk/penampungan air yang berada tidak jauh dari situs tersebut, menyebabkan para peneliti mengambil kesimpulan bahwa bangunan tersebut bukanlah sebagai sebuah tempat penampungan air.

“Bagi saya, sangatlah aneh jika kita menganggap bangunan tersebut adalah sebuah tempat penampungan air,” kata Polukhina. “Di bawah benteng Naryn-Kala juga terdapat struktur lain sedalam 10 meter, dan itu memang sebuah penampungan air, sedangkan ini hanyalah sebuah bangunan yang berbentuk persegi panjang.”

Sebagai seorang arkeolog, kami bisa tahu, bahwa ketika struktur ini dibangun, keseluruhan bangunan berada tepat di atas permukaan tanah dan berada di titik tertinggi dari Nayla-Kala sendiri. Jadi, apakah mungkin untuk menempatkan sebuah tangki penampungan air diatas pemukaan tanah, dan bahkan berada di bagian tertinggi dari sebuah pegunungan?”


Perkiraan bentuk bangunan (Credit: National University of Science and Technology / MISIS)

Diperkirakan bangunan tersebut terkubur ketika kekaisaran Persia Sasaniyah menguasai kota Derbent, Rusia sekitar tahun 700 masehi—wilayah ini dulunya merupakan bagian dari rute perdagangan yang sangat penting antara Eropa dan Timur Tengah dan juga sangat penting secara strategi.

Hasil pemindaian juga mengungkap adanya jumlah muon yang tinggi di sayap barat bangunan, bisa jadi hal ini adalah indikasi bahwa desain arsitektur tersebut tidaj pernah berubah sejak dahulu, dan nantinya mungkin bisa dipelajari secara detil setelah dilakukan pemindaian dengan metoda non-invasif yang sama.

Selanjutnya para peneliti berencana untuk melakukan pemidaian kembali untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dari apa yang terkubur di bawah benteng Naryn-Kala.

Tetapi dari hasil pemindaian yan telah dilakukan, telah bisa diambil kesimpulan tentang untuk apa struktur kuno di bawah tanah ini sebenarnya didirikan.

“Anehnya,” kata Polukhina. “Saat ini kami memliki lebih banyak pertanyaan dibandingkan jawaban.”